“God versus Man, Day versus Night” – Lex Luthor
Siapa yang tidak menunggu DC movie yang menghadirkan dua tokoh ikoniknya saling bertarung dalam satu layar lebar?. Batman V Superman (BvS) sudah menjadi salah satu film yang sangat ditunggu-tunggu pada tahun ini semenjak kemuculan trailernya pada akhir tahun 2015 lalu. Film ini bahkan sudah menjadi kontroversial dan menjadi trending topic semenjak trailernya yang menunjukan dua tokoh ikonik lainnya yaitu Wonder Woman dan “Doomsday”. Setelah penayangan perdananya pada 20 Maret 2016 di Los Angeles, film yang di sutradarai oleh Zack Synder ini menjadi pembicaraan hangat karena Bad Review-nya yang berterbangan di media sosial. Walaupun begitu, secara mengejutkan, antusiasme para calon penontonnya menjadi meningkat karena ingin membuktikan kebenaran akan berita tersebut.
sumber : http://screenrant.com/wp-content/uploads/batman-v-superman-trailer-poster-comic-con.jpg
Failure of Double Premise
Film ini diawali dengan premis dari Bruce Wayne sebagai Batman (Ben Affleck) yang digambarkan menanam dendam terhadap Superman (Henry Cavill) karena dianggap sangat mengancam kehidupan manusia sejak pertarungan Superman dan Zod (Michael Shannon) yang menyebabkan hancurnya gedung Wayne yang “kebetulan” ada di Metropolis. Walaupun dengan delivery yang tidak begitu apik, film ini juga menunjukan konflik lain yang dialami Clark Kent sebagai Superman yang mulai dipertanyakan keamanannya untuk hidup di bumi. Senator Finch (Holly Hunter) menjadi pusat perhatian sebagai penengah untuk masalah tersebut dan Lois lane (Amy Adams) juga menjadi penenang untuk Superman.
Double Premise yang ditawarkan oleh film ini sepertinya tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Kegagalan ini ditunjukan dengan banyaknya pemaksaan dan kebetulan yang muncul pada awal cerita. Ketidaknyamanan ini ditambah dengan banyak adegan tidak perlu serta ledakan-ledakan berlebihan yang harusnya bisa dihapuskan sehingga membuat film 153 menit ini bisa menjadi lebih ringkas dan to the point. Tidak selesai sampai disana, pembangunan karakter Batman yang merupakan “New Character” dan sorotan utama dalam film ini menjadi begitu sangat gamblang dan kurang mendalam. Terlepas dari karakter yang tidak sesuai dengan komiknya, pembangunan karakter yang gagal juga muncul dari Lex Luthor (Jesse Eisenberg) yang tidak begitu jelas apa yang diinginkannya.
Random Story Board
Masalah BvS yang paling nyata juga dapat dilihat dari berantakannya storytelling yang diberikan sehingga membuat penonton, terutama bagi penonton awam yang bukan penggemar DC Comic, merasa tidak nyaman untuk menontonnya. Screenplay yang tidak konsisten dan berantakan membuat penonton menjadi bingung dengan apa yang terjadi terutama dari transisi cerita antara Bruce, Clark, dan Lex Luthor. Secara cerita, akibat pemaksaan dan kebetulan, BvS juga masih memiliki banyak plot hole yang harusnya diperhatikan dalam pembuatan story board-nya. Lalu juga adanya karakter yang tiba-tiba muncul dengan pembangunan karakter yang tidak baik, seperti Wonder Woman (Gal Gadot) yang membuat banyak penonton awam begitu penuh dengan pertanyaan.
Penempatan Easter Egg dan Cameo yang tidak cerdas dan dipaksakan juga menjadi concern yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagaimana tidak, Easter Egg yang harusnya tidak begitu detil ditunjukan pada sebuah film menjadi salah satu scene yang dapat dikatakan begitu merusak story board dan mengganggu jalan cerita film secara keseluruhan. Sangat terlihat bahwa film dengan budget 250 juta US$ ini, sedang mempromosikan film selanjutnya yang tidak kalah “Megah”-nya.
sumber :http://cdn.collider.com/wp-content/uploads/2016/01/collider-movie-talk-wonder-woman-slice-600×200.jpg
The Great Hans Zimmer
Terlepas banyaknya kekurangan dalam installment kedua dari DC Extended Universe (DCEU) ini, BvS memberikan pertunjukan aksi yang sangat luar biasa. Sama seperti halnya pada installment pertamanya Man of Steel (2013), keunggulan dari DCEU ini adalah pertarungan maha dasyat yang ditunjukan dengan CGI yang apik dan mencengangkan. Secara mengejutkan, pertarungan Trinity DC comic dan musuh utamanya menjadi hal yang bisa dikatakan elemen paling sempurna di film ini. Ditambah dengan musik arahan Hans Zimmer dan Junkie XL, yang begitu wah dan megah sejak credit awal film dimulai, pertempuran pada BvS mejadi sangat enjoyable untuk disaksikan. Tidak hanya itu, pemain yang dianggap akan gagal, sebut saja Ben Affleck, telah berhasil dengan sangat sukses membawa karakter Bruce Wayne. Walaupun dengan pembangunan karakter yang buruk dari script yang diberikan, pemain lain seperti Gal Gadot dan Jesse Eisenberg juga tidak kalah baik dalam berakting menjadi salah satu karakter pusat dalam film yang bersyuting di 10 lokasi ini.
sumber :http://www.telegraph.co.uk/content/dam/film/BatmanVSuperman1-xlarge.jpg
Secara keseluruhan film Batman v Superman, seperti yang diberitakan, memang masih banyak kekurangan terutama pada storytelling dan plot hole yang dibiarkan terbuka lebar. Tidak hanya membuat para penonton awam kebingungan, tapi juga membuat para penggemar DC Comic yang notabennya lebih tau ceritanya juga geram dengan jalan cerita serta penokohan yang tidak sesuai (Terutama kemunculan makhluk yang dikatakan sebagai “Doomsday” disana). Namun, Kekurangan tersebut dibayar dengan pertarungan epik dan megah yang diiringi musik dahsyat karya kolaborasi arahan Hans Zimmer dan Junkie XL serta akting yang memukau dari para pemainnya. Singkatnya, untuk para penonton yang hanya mengharapkan pertarungan dahsyat, film ini akan sangat luar biasa dan penuh ketegangan. Namun hal ini akan berbanding terbalik bagi mereka yang mengharapkan cerita atau plot yang sempurna.
Rating : 6/10