Batman v Superman: Dawn of Justice menjadi pembicaraan hangat dunia pekan ini. Film yang sangat ditunggu kehadirannya oleh pecinta DC maupun seluruh penikmat film yang penasaran bagaimana pertarungan dua superhero yang sangat terkenal dan ikonik ini. Bagi saya sendiri, yang sejujurnya merupakan penggemar karya-karya Marvel, sangat penasaran dengan kisah yang disajikan di film ini. Apa yang menjadi latar belakang pertarungan mereka, dan siapa yang menjadi pertarungan dalam duel itu? Jujur, saya lebih menjagokan Batman, Bat of Gotham, dengan peralatan tempurnya yang canggih ketimbang menjagokan sosok Son of Krypton, Superman.
Memasuki theater, saya sudah sangat tidak sabar menikmati film ini. Mata saya sudah keburu lapar menyantap tontonan mengagumkan yang diarahkan oleh sosok Zack Snyder yang cukup memukau dengan Watchmen. Awal pertunjukkan, saya disuguhkan dengan sorot balik ke masa kecil seorang Bruce Wayne, kemudian berlanjut ke pertarungan Superman melawan General Zod dalam point of view-nya Bat of Gotham dan menyaksikan Superman sebagai pahlawan masyarakat.
Berlanjut ke adegan-adegan berikutnya, akhirnya sang villain, Lex Luthor (Jesse Eisenberg), muncul. Sosoknya yang tampak masih muda namun memiliki perusahaan besar, Lex Corp, yang akan menuntunnya mengembangkan Doomsday yang akan menjadi musuh di final battle pada film ini dan berbekal kryptonite yang ia dapatkan serta jasad General Zod. Celotehan-celotehannya yang bisa dibilang seperti orang gila, membuat Jesse dianggap sukses memerankan sosok villain, setara dengan Joker.
Beralih ke perseteruan Batman dengan Superman, tampak Clark Kent yang bekerja sebagai jurnalis beserta pasangannya, Lois Lane, menghadapi konfliknya dalam pekerjaan. Clark Kent juga menghadapi permasalahan dirinya sebagai Superman yang menjadi pisau bermata dua, maksudnya Superman bisa menjadi pahlawan masyarakat setempat, namun juga bisa menjadi penghancur sebuah wilayah hanya untuk menyelamatkan kekasihnya di daerah Afrika. Sementara Bruce Wayne, semakin geram setelah kejadian Superman melawan General Zod yang hanya menyelamatkan Lois, kekasihnya. Bruce juga menyusun strategi untuk mendapatkan kryptonite dari Lex Luthor untuk mengalahkan Son of Krypton.
Adegan-adegan pertarungan Batman v Superman cukup memuaskan bagi saya. Apalagi, Ben Affleck yang cadas memerankan Batman. Singkat cerita, hingga kemunculan singkat superhero-superhero DC lainnya: The Flash, Aquaman, serta Cyborg. Usaha DC membangun Extended Universe-nya untuk menyaingi Marvel bisa dibilang cukup jitu. Apalagi gerak cepat DC menyiapkan film-film tiap superheronya serta Justice League untuk menyaingi The Avengers. Tak ketinggalan, Wonder Woman tampil memukau di film ini. Selain keseksiannya, kemampuan bertarung superhero wanita ini juga patut diacungi jempol. She steals the show!
KESIMPULAN
Film ini saya beri dua jempol untuk urusan visual. Kesan dark yang ingin dimunculkan sangat terasa. Kemudian untuk scoring, saya angkat topi untuk kerja keras Hans Zimmer bersama Junkie XL. Sangat worth it menikmati efek suara yang diberikan. Akting Ben Affleck serta Jesse Eisenberg juga tak lupa saya lemparkan pujian. Untuk Ben Affleck, jangan coba-coba untuk membandingkannya dengan Christian Bale. Tidaklah adil menilai perbandingan diantara mereka berdua memerankan Bat of Gotham. Ben Affleck sukses menghantam anggapan awal yang menolak dirinya memerankan Batman. Dia berhasil menggambarkan Batman yang sangar dalam bertarung. Walaupun versi yang saya tonton ini baru versi theatrical dengan rating PG-13. Bagi Anda yang belum mengetahui, Batman v Superman ini dirilis juga dalam versi DVD Blu-ray dengan rating R. Tak ayal, banyak adegan-adegan fighting yang lebih brutal namun tak ditayangkan di versi PG-13. Tak lupa, Henry Cavill juga pantas diberi applause untuk acting-nya.
Sementara itu, script cerita saya anggap sebagai kekurangan terbesar di film ini. Sebegitu mudahnya kah Batman dapat menjadi rekan Superman dalam menghadapi hadiah yang disiapkan Lex Luthor? Pemberian durasi yang sangat panjang saya rasa bisa dimaklumi untuk membangun bagaimana konflik yang menjadi latar belakang perseteruan Batman dengan Superman. Namun, satu hal yang janggal, mengapa sosok Lois Lane di film ini bisa mendapatkan bagian yang bisa dibilang sangat banyak untuk ukuran perannya sebagai kekasih dari Superman. Hal itu saya rasa sangat tidak perlu. Selain itu, perpindahan cerita di film ini juga terasa terburu-buru dan kurang halus. Untuk ending film ini, saya berpendapat kurang menyajikan betapa sedihnya masyarakat ditinggalkan salah satu superhero mereka.
Hah? ‘Ditinggalkan salah satu superhero mereka’? Siapa yang mati?
Saksikan sendiri filmnya di bioskop terdekat. Saya tidak bilang ada superhero yang mati di film ini. Bisa saja, ditinggalkan superheronya pulang kampung. Mwehehehe ~