Ditemui saat seminar di Universitas Telkom, Bandung, 13 November 2015 lalu, kami mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang sedikit bersama sutradara film Brush with Danger yaitu Livi Zheng. Film Brush with Danger ini merupakan film produksi Hollywood yang pernah masuk seleksi nominasi Best Picture piala Oscar tahun 2015 lalu. Sosok Livi Zheng yang merupakan sutradara muda asal Indonesia ini juga pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya. Berikut sedikit wawancara Cinemags bersama Livi Zheng.
Q: Bagaimana bisa masuk ke dunia film?
A: Aku sebenernya tertarik di film itu udah dari kecil, dulunya pas latihan bela diri. Waktu SMA di Beijing, aku latihan di Beijing Shicahai Sport School itu dulu tempat lulusnya Jet Li juga, pusatnya wushu. Aku latihan dari pagi sampai sore terus ngelihat ‘kok kayaknya seru sih film action’, tapi keluarga aku rata-rata engineer atau bisnis. Terus aku bingung mau mulai dari mana kan gak ada yang kenal. Apalagi aku ngambil jurusannya ekonomi. Aku sih mikirnya jurusan ekonomi kan luas, kalo lulus bisa kerja di mana pun, istilahnya banking bisa, properti bisa, bikin restoran juga bisa, macam-macam lah. Nah pas S1 itu aku mulai bantu-bantu set film, pertamanya sih jadi pembantu umum, jadi astrada, terus jadi asisten produser, pernah jadi asisten wardrobe, asisten properti, itu pernah semua. Sampai akhirnya pas mau wisuda galau, ‘aku udah lulus ekonomi, masih mau terus di ekonomi apa mau ke film y’a, yang bisa dibilang mulai lagi dari nol. Terus aku iseng-iseng ke University of Southern California. Di USC itu penerimaannya cuma 4%, dan banyak banget sutradara yang memulai karirnya di sana kayak George Lucas sutradara Star Wars, Robert Zemeckis sutradara Back to the Future dan Forrest Gump. Ternyata aku keterima, terus aku mikir ‘ya mungkin ini jodoh’. Meskipun aku S1 nya Ekonomi, tapi aku bisa kuliah S2 di film. Alasannya portfolio aku dianggap bagus dan aku masuk International Honor Society untuk jurusan Ekonomi. Gak nyangka juga sih bisa keterima, dan dari situ aku mulai coba di dunia film.
Q: Referensi gaya sutradara yang disukai?
A: Aku sih suka Luc Besson, sutradara Léon: The Professional, yang main itu Gary Oldman sama Natalie Portman. Aku suka dia, soalnya karakter-karakter dia dalam setiap film itu stand out banget.
Q: Sebagai orang Indonesia, apakah dianggap sebelah mata di Hollywood?
A: Di awal sih memang susah, tapi setelah bisa meyakinkan orang sana jadi mudah ke depannya. Mungkin mereka kurang tahu tentang Indonesia kali ya. Bahkan ada temanku mahasiswa Phd yang nanya ‘Internet di Indonesia gimana?’, ‘Toilet di Indonesia gimana’, mungkin dia mengira kalau kita tinggal di hutan. Aku juga sempat bawa teman aku ke Indonesia, justru mereka malah suka sama Indonesia. Bahkan ada yang baru tinggal 9 bulan di Indonesia, pulang ke Amerika udah bawa istri.
Q: Rencana bikin film di Indonesia dan menggaet aktor lokal?
A: Untuk film keempat aku rencananya shooting di sini. Kalau soal aktor tergantung skenario sih, misal kayak film ke dua aja aku nggak ikut main karena skenarionya gak cocok. Jadi gak usah maksain diri. Karena skenario itu dasarnya film.