Tujuh tahun setelah film horor pertamanya diputar, sutradara kelahiran Lampung ini kembali menggarap film horor. Belajar dari kesalahannya di film horor pertamanya, sineas yang dinominasikan sebagai sutradara terbaik di FFI 2010 ini datang dengan membawa cerita yang menjanjikan. Terbukti melalui teaser trailer Badoet mampu menghadirkan suasana mencekam. Tidak heran bila film yang diproduksi oleh DT Films ramai dibicarakan sampai ke telinga internasional. Maka itu, pada beberapa waktu lalu, Cinemags tertarik untuk berbicang-bincang dengan sang sutradara membahas prosesnya di balik layar sampai dengan rencana sekuelnya. Berikut petikan wawancaranya:
Q: Bisa diceritakan kenapa Anda mengangkat sosok badut, ketika banyak film Indonesia yang mengangkat kisah setan urban legend?
A: Badoet film saya yang kelima belas. Sebelumnya ada dua PH yang ngajak bikin horor, tapi pas dikasih sinopsisnya pengen ke zamannya Suzana lagi, dan saya enggak mau. Lalu Daniel datang nawarin ide bikin film tentang badut. Dia bilang pengen bikin horor. Dia cerita pas kecil kecil takut sama badut dan gua juga takut waktu kecil. Jadi kenapa engak buat film tentang badut. Karena dulu kalau liat senyumnya badut bikin enggak nyaman, di balik bedak dan dandannya enggak bisa dipercaya. Jadi rasa takut yang saya rasakan waktu kecil bisa saya tularkan di film ini.
Q: Sebelumnya ada juga film yang mengangkat sosok badut, lantas karakter badut seperti apa yang dihadirkan dalam film ini?
A: Orang film nonton horor tentang badut, mungkin akan inget dengan Stephen King, yang It. Di sana badutnya bisa berubah-ubah. Jadi beda banget dengan kita yang enggak berubah-ubah jadi monster. Badutnya bukan manusia, dan pendekatanya di sini seperti Joker. Makanya kami perkuat dari make up. Kami buat make up badutnya itu jadi seram. Make up dirancang khusus. Lalu kita buat topengnya. Pak Ronny cukur kumisnya, cetak gigi biar tajam. Itu proses make up-nya terus berganti-ganti sampai jadi seperti yang sekarang. Awalnya malah ketebelan sampai Pak Ronny susah berekspresi.
Q: Sekedar beda saja kadang tidak cukup, lalu apa yang bisa menyakinkan bahwa Badoet tetap berada di kodratnya sebagai film horor ?
A: Kita enggak memakai cerita mistis, dan treatment-nya agak beda. Tanpa bermaksud menjelekan film horor lainnya yang biasanya setan muncul tiap 5 menit sekali dan jump scare yang cuma bikin kaget. Kita berusaha keluar dari pakem tersebut. Tujuannya ngeluarin setan untuk ngagetin dan nakutin penonton, tapi porsinya enggak asal muncul. Dan Badoet setia dengan genre horor yang sesungguhnya, bukan horor yang dicampurin kaya esek-esek. Makanya treatmen ceritanya, musik dan gambarnya juga beda.
Q: Lalu, genre apa yang diusung Badoet, apakah bergenre horor, thriller atau slasher?
A: Sekitar 80 persen horor, 20 persen thriller dan slasher..
Q: Mengangkat hal baru atau berbeda dari yang umum tentu akan mengalami kesulitan baru, apakah Anda menemuinya?
A: Kesulitannya, ini proyek pertama yang seperti ini. Maunya sih yang aman dan tidak beresiko untuk penonton Indonesia. Nah untuk nemuin titik tengah dan titik aman itu agak susah. Makanya penulisan naskah berubah melulu.
Q: Seperti yang Anda bilang, susah menemukan titik tengah, namun apakah Anda menemukan kepuasaan dan kebebasan di film ini?
A: Terakhir bikin film horor tahun 2008. Film horor yang pertama berbeda misi dengan produser. Jadi film horor pertama saya bukan saya seutuhnya. Kalau yang ini dikasih seutuhnya (kebebasan) tentunya dengan bujet lebih dan kebebasan.
Q: Sejak teaser trailer diluncurkan sudah menarik perhatian penonton lokal dan internasional, bahkan terdengar kabar akan di-remake oleh negara lain, benarkah?
A: : Pak Haresh (produser) punya teman di India yang tertarik dengan film kami. Katanya, India sangat tertarik ingin me-remake film Badoet. Katanya, nanti shootingnya di Indonesia dan India. Berarti Badoet gua kalau di-remake nti bisa jogged-jogedan dong (tertawa). Dan ada satu lagi, email yang saya dapat dari Amerika tertarik me-remake, tapi saya belum bisa cerita rinciannya.
Q: Melihat apresiasi yang baik dalam film ini sepertinya membuat Anda semakin jatuh cinta dengan horor, apakah ke depannya mau fokus ke satu genre itu saja?
A: Ya bikin horor ternyata dapat tanggapan yang di luar ekpektasi. Mungkin bila bergerak di action dan horor lebih menjanjikan karena genre yang lumayan universal, tapi saya tergantung cerita, saya enggak membatasi genre., tapi kalau boleh milih, film yang bergenre horor karena POV-nya lebih puas
Q: Terakhir, saat ini apakah sudah terpikir Badoet akan ada sekuelnya?
A: Ceritanya kita bikin clip hanging karena bisa bakal ada lanjutannya.