Netflix, layanan hiburan streaming terkemuka di dunia, menyelenggarakan lokakarya virtual penulisan naskah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada hari
Jumat, tanggal 20 November 2020.
Dalam workshop , ditampilkan Christopher Mack, Director, Creative Talent Investment & Development Netflix, sebagai pembicara, workshop ini dihadiri oleh lebih dari 400 lokal kreator dan berbagi praktik-praktik terbaik dalam storytelling agar penulis skenario dapat membuat dan mendokumentasikan ide film mereka dengan lebih efektif.
Baca juga :
Nadiem Makarim : Indonesia Harus Dikenal Dunia
“Seiring pertumbuhan Netflix, kami perlu membuat lebih banyak konten untuk menghibur jutaan anggota kami di seluruh dunia dan kami sudah memperkirakan akan membutuhkan
banyak penulis naskah. Tugas saya adalah memastikan dapat memenuhi kebutuhan tersebut untuk mendukung strategi pertumbuhan konten kami, termasuk berinvestasi dalam program
lokal yang mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk pembuatan dan produksi konten,” kata Christopher dalam pembukaannya.
Christopher kemudian menekankan pentingnya membuat panduan cerita sepanjang 15 sampai 30 halaman sebelum mulai menulis naskah, yang mencakup enam bagian:
pertanyaan untuk membangun cerita, ikhtisar, latar belakang cerita, suasana, deskripsi karakter, dan garis besar cerita.
“Hindari keinginan untuk langsung menulis naskah, lalu mulai memikirkan jalan ceritanya belakangan karena hanya akan membuat kita frustasi. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang cerita Anda terlebih dahulu dan masukkan dalam panduan sebelum menulis naskah sehingga Anda dapat menikmati pengalaman menulis yang lebih baik.”
Christopher kemudian berbagi bagaimana Aristoteles, yang dianggap sebagai pencetus tiga struktur cerita, percaya bahwa plot, karakter, dan pemikiran adalah tiga pilar terpenting dalam
penceritaan.
“Banyak yang percaya bahwa plot lebih penting daripada karakter. Tapi di Netflix, karakter sebenarnya lebih penting karena penonton akan membangun hubungan dengan karakter, tidak harus dengan ceritanya. Sedangkan pemikiran adalah tema, yaitu ide pokok yang ingin Anda sampaikan kepada penonton. Jika cerita adalah perjalanan Anda untuk mencapai akhir, temanya adalah peta Anda.”
Sutradara dan penulis skenario Gina S Noer mengatakan dirinya sangat senang sekali dan melihat bahwa workshop ini sangat bermanfaat bagi penulis naskah pemula maupun yang
sudah berpengalaman. Untuk penulis yang sudah berpengalaman, workshop ini mengingatkan kembali akan pentingnya karakter yang menarik dari sebuah cerita, terlepas
formatnya, film atau serial, maupun mediumnya, layar lebar atau streaming. “Saya jatuh cinta pada karakter utama serial “The Queen’s Gambit” di Netflix, yaitu seorang anak yatim piatu
yang berusaha keluar dan survive dari hidupnya yang berantakan lewat catur. Bukan hanya mengalahkan orang lain, namun dia berhasil mengalahkan dirinya sendiri. Sampai sekarang,
serial ini masih saya tonton ulang dan saya pelajari bagaimana cara kreator membuat cerita yang begitu bagus.”
Gina merupakan pemenang Piala Citra Penulis Skenario Adaptasi Terbaik Festival Film Indonesia 2012 untuk film “Habibie & Ainun”, serta pemenang Piala Citra Penulis Skenario
Adaptasi Terbaik untuk film “Keluarga Cemara” dan Penulis Skenario Asli Terbaik untuk film “Dua Garis Biru” Festival Film Indonesia 2019.
Sutradara dan penulis naskah Lucky Kuswandi juga menyampaikan hal senada. Workshop ini sangat bermanfaat karena dapat menambah wawasan dan mengingatkan dirinya untuk tidak hanya berfokus pada plot, tapi pentingnya mengetahui tema sebuah cerita dan bagaimana tema tersebut dieksplorasi melalui karakter.
“Unsur dasar storytelling dieksplorasi dengan sangat baik dalam workshop ini: mulai dari karakter dan keinginannya, kebutuhan, dan apa yang mereka pertaruhkan. Sesuatu yang perlu diingat terus oleh kreator lokal. Pada intinya, ini semua adalah tentang karakter.”
“Saya belajar banyak hanya dengan menonton film dan serial di Netflix. Banyak dari Netflix Original memiliki cerita yang sangat menarik. Universal, namun secara khusus menggambarkan cerita yang bertumpu pada karakter kompleks dan berlapis-lapis yang membuat pilihan sulit. Saya suka ambiguitas dari karakter di film dan serial Netflix, serta betapa menariknya plot yang kemudian terungkap. Menurut saya, Netflix memiliki keberanian untuk menemukan suara-suara baru dan tetapi menarik bagi penonton,” ujar Lucky.
Lucky merupakan pemenang Silver Screen Award untuk Film Pendek Asia Tenggara Terbaik dan Sutradara Terbaik Film Pendek Asia Tenggara untuk film “The Fox Exploits the Tiger’s
Might” di Festival Film Internasional Singapura 2015, dan pemenang Student Award untuk film “The Fox Exploits the Tiger’s Might” di Jogja-NETPAC Asian Film Festival.
Salman Aristo, Ketua Penulis Indonesia untuk Layar Lebar (PILAR), yang memandu jalannya workshop, melihat bagaimana workshop ini sangat komprehensif dan bermanfaat sehingga dirinya dan anggota PILAR lain telah meminta Netflix untuk mengadakan workshop lanjutan dalam waktu dekat. “Sebagai kreator, Inilah yang kami butuhkan dan menurut saya, Netflix telah menetapkan standar yang tinggi bagi layanan streaming lainnya.”
Penulis dan presenter Stephany Josephine mengatakan bahwa workshop tersebut sangat bermanfaat untuk menambah wawasan. Sesinya juga sangat lugas, jelas, ringkas, dan mudah
dicerna.
“Studi kasus yang diberikan saat workshop juga membantu menavigasi cara berpikir saya sebagai penulis pemula. Dan buat saya, sesi workshop tersebut terasa sangat personal karena Christopher juga berbagi cerita pribadinya dalam hal storytelling dan menciptakan karakterisasi. Seluruh sesi tidak terasa seperti kuliah, namun lebih merupakan pengalaman berharga bagi saya,” kata Stephany.
Ia juga menilai sesi tanya jawab dengan Salman Aristo sangat menambah wawasan. “Saya tidak sabar untuk mengikuti sesi workshop selanjutnya, terutama untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses kurasi Netflix dan cara kerja pemetaan kontennya – dari demografi hingga selera dan genre – karena Netflix memiliki begitu banyak tayangan dari seluruh dunia,” kata Stephany.
Di antara tantangan yang saat ini dihadapi oleh para penulis skenario di Indonesia, menurut Lucky, adalah perlunya lebih banyak penulis skenario dan workshop penulisan naskah, serta
kemampuan untuk menceritakan lebih banyak cerita yang lebih beragam dan memperjuangkan perempuan, minoritas, dan subyek-subyek yang lebih “sulit” yang relevan dengan iklim politik dan sosial saat ini.
Gina juga mengatakan bahwa melalui workshop virtual seperti ini, bukan saja kita dapat mendengarkan dan bertanya langsung kepada pembicara seperti Christopher Mack dari Netflix, namun yang lebih penting juga, semakin membuka kesempatan bagi teman-teman kreator lokal yang berasal dari seluruh Indonesia untuk ikut serta sehingga bisa sama-sama belajar bagaimana membuat karakter menjadi lebih menarik dan mampu mendorong kemampuan industri film.
Gina melihat layanan streaming membawa dampak positif bagi Indonesia dan dapat hidup berdampingan dengan layar lebar. “Dengan adanya layar lebar dan layanan streaming
memungkinkan konten yang ditayangkan bisa lebih banyak sehingga mendorong kreator lokal untuk menghasilkan karya-karya yang bagus. Dengan banyaknya pilihan medium juga dapat
mendorong kreator lokal untuk berani coba-coba dengan storytelling, karakter, dan tema.”