ABRACADABRA! Sebuah film karya Faozan Rizal dari produser Film Terbaik FFI 2019, Ifa Isfansyah, yang dibintangi oleh Reza Rahadian, Lukman Sardi, Asmara Abigail, Salvita Decorte dan deretan pemain bintang lainnya, mulai tayang 9 Januari 2020. Film bertema pesulap dengan genre fantasi ini merupakan film ke-7 Faozan Rizal, dan film ke-7 dari rumah produksi Fourcolours Films.
Dalam satu kesempatan, Cinemags mewawancarai kru dan cast ABRACADABRA!, mari simak keseruannya
C: Boleh perkenalkan diri dulu sama perannya sebagai apa di film Abracadabra ini..
Ifa : Saya Ifa Ifansyah, produser Abracadabra
Reza : Saya Reza Rahadian, saya sebagai Lukman di film Abracadabra
Salvita : Saya Salvita deCorte sebagai Sofnila di film Abracadabra
C: Untuk Kak Reza sama Kak Vita apa yang membuat Kakak tertarik untuk mengambil peran ini
Salvita : Buat aku ceritanya sih.. awalnya aku baca skripnya, dan aku belum pernah ditawarkan film fantasi kayak gini, terus pas aku baca, it really took me to another place and I thought it was very interesting baru I find bahwa Paul yang akan nge-direct dan diproduseri oleh Ifa.. and I said Yes.. Basically the story sih..
Reza : Ya, saya sudah lama ingin bekerja sama lagi dengan Pa-o juga, Fauzan Rizal, setelah film pertama kami, dan ceritanya sangat menarik, pasti itu, dan yang paling hook itu ya karna ceritanya sangat menarik.. ini film yang buat perjalanan karir saya juga baru lagi, sesuatu yang refreshing.. sesuatu yang baru, dan mudah-mudahan itu juga yang bisa ikut dirasakan oleh penonton film Abracadabra..
C: Kalau buat Mas Ifa, untuk pembuatan film ini berapa lama?
Ifa : Kalau syutingnya 3 minggu gitu, ga cepat banget, ga lama juga , tapi proses develop-nya yang lama, fundrising-nya itu, dan mungkin lebih lama lagi jauh sebelum itu di kepala Pa-o mungkin sudah lama, karna visinya Pa-o itu clear, visi yang jelas tetapi sesuatu yang baru gitu kalau kita omongin film Indonesia, jadi memang dari awal, itu yang membuat lama untuk kemudian mendiskusikan lagi sampai akhirnya memutuskan bentuk seperti ini yang akan kita eksekusi..
C: Ada tantangan ga sih meranin peran ini, kan perannya unik banget?
Reza : Kalau ditanya tantangan pasti ya, pertama saya belum pernah menjadi pesulap sebelumnya tentu, dan karakternya cukup spesifik profesinya adalah pesulap, perjalanan emosi karakternya juga sangat jelas, digambarkan di skenarionya bahwa Lukman adalah seseorang yang kemudian ingin berpisah dengan dunia sulapnya, kemudian ternyata ada satu hal yang terjadi pada saat perjalanannya, dan itu menjadi konflik yang kemudian membawa cerita ini berjalan.. tetapi buat saya mungkin meyakinkan penonton sebagai seorang pesulap di depan kamera ketika mereka akhirnya disajikan dalam sebuah film itu kan bukan pekerjaan mudah.. mencari detail-detail apa yang harus saya lakukan dengan properti yang sudah diberikan dan lain-lain, itu cukup membuat saya bisa punya kesempatan untuk meng-eksplor karakter yang mau dibangun seperti apa, kebiasaannya seperti apa, tetap membuat dia menjadi manusia dalam film ini itu seperti apa, jadi mungkin lebih ke situ ya tantangannya, cukup berat PR-nya cukup banyak tetapi ya Alhamdulilah sudah bisa diselesaikan, mudah-mudahan produser saya happy, dan sutradara happy juga..
Solfina : Buat aku sih sama, kurang lebih sama, karna Sofnila juga kan seorang asisten magician, dan aku personally belum pernah punya experience seperti itu, jadi aku juga ga punya reference personally from my previous memory buat ngambil dari situ gitu.. tentunya ada tantangan physically kayak kita syuting di Jogja yang lumayan panas, terus bajunya lumayan ketat, terus harus masuk box, ngelipat-lipat badan, harus nari kan, dan aku juga bukan penari gitu, tetapi senang-senang aja sih ditantang.
C: Kenapa judulnya Abracadabra?
Ifa : Personally saya sama sekali ga nemu judul lain sih yang lebih tepat, ya karEna pas awal masih working title, ada beberapa cerita yang diskusikan dengan Pa-o dan cerita ini memang judulnya sebelumnya bukan Abracadabra, tetapi pas kita ngomongin pesulap, terus kita nemu ide judul Abracadabra, jadi ya udah deh kita gunakan sebagai working title project, tetapi semakin ke sini, sama sekali ga nemu judul yang lebih tepat, dalam artian yang juga kita ngerasa pas, ngerasa klik gitu, terus sempat sih pas development, udah lama, terus tahun kalau ga salah tahun 2017, dari negara lain muncul gitu, Spanyol gitu muncul judul lain, terus kita ngerasa kayaknya kita harus ganti deh, bukan masalah mencontek atau apa, nggak, tetapi kerasanya daripada sama, terus kita sempat cari, tetapi ya ga menemukan judul yang lebih tepat karna Abracadabra saya pikir mewakili keseluruhan dari cerita ini..
C: Buat menyajikan karakter ini ada arahan dari sutradara atau dari Kakak intrepretasi sendiri dari skrip?
Reza : Semua pasti berawal dari arahan sutradara, peran saya sebagai seorang aktor adalah kemudian menghidupkan karakter ini men-develop apa yang sudah diberikan, materi-materi yang sudah diberikan oleh sutradaranya, apa yang disajikan di skenario. Jadi membangun karakternya itu menjadi PR saya, untuk mencari akan seperti apa Lukman, bagaimana dia berbicara di atas panggung, saya juga menawarkan kepada Pa-o, kayaknya perlu ada satu pembeda antara ketika Lukman berada di panggung dan di luar panggung, ritmenya harus berbeda, kemudian dia punya cara pola bicara dan tatapan yang berbeda saat di panggung dan tidak di panggung, jadi itu buat saya detail-detail yang kecil-kecil yang biasanya memang saya tawarkan kepada sutradara, kembali keputusannya harus dari sutradara, apakah setuju atau tidak setuju, tetapi sebagai aktor saya rasa itu PR saya untuk bisa memberikan opsi kepada sutradara tentang bagaimana kalau saya melakukan ini.. setuju apa nggak, inline apa nggak sama vision director-nya, dan so far kerja sama itu menurut saya sangat mutual sekali, jadi saya merasa bahwa apa yang saya tawarkan diterima baik oleh Pa-o jadi kita bisa inline karena sesuai juga dengan apa yang divisualisasikan oleh Pa-o.. Jadi tetap ada sentuhan sutradara tentu paling besar, tetapi saya juga punya sisi lain yang saya tawarkan dari sisi kreatifnya untuk karakter itu, kayak warna rambutnya pingin dibedain mungkin dan lain-lain, ini semua tidak terlepas dari kostum yang sangat mendukung ya.. karna menurut saya film ini kostumnya luaar biasa, artistiknya luaar biasa, sinematografinya luar biasa, jadi saya rasa semua kami para aktor nggak akan bisa bermain maksimal kalau nggak didukung oleh keseluruhan elemen lain yang ada di film ini..
C: Kalau buat Mbak Salvita tantangannya apa dalam film ini dari film-film yang lain?
Salvita : Selain yang tadi aku udah bilang tentang tantangan yang physical itu pas pertama kali aku baca skrip, aku kan belum pernah bertemu Pa-o jadi aku juga belum sempat ngobrol ama dia tentang visinya dia, soal Sofnila ini gimana, terus ceritanya dia dunianya dia itu seperti apa, aku punya dunia sendiri setelah aku baca skrip tentang Abracadabra ini, tapi aku nggak tau itu satu visi apa nggak dengan Pa-o, jadi waktu itu sempat ngobrol dengan Pa-o, try to understand di kepala dia itu seperti apa gitu Abracadabra.. dan sempat juga masih sampai sebelum syuting itu mempertanyakan Sofnila, tapi seperti yang Reza tadi bilang, sebenarnya pas udah ada tes kostum, tes make-up, terus lihat set-nya, itu udah kayak “Oh this is it!” dan mulai ada lebih deeper type of understanding karna vibe-nya udah dapat gitu..
Reza : Masuk ke set aja tuh, dunia kita udah berbeda sih bagi kita sebagai pemain, kita disajikan dengan set-set yang membuat kita juga “believe”, kita percaya sama dunia yang mau disajikan dalam film ini, jadi maininnya juga jadi jauh lebih enak.. Setujukan pasti?
Salvita : Dan interestingly, kalau aku boleh nambahin, pas syuting aku kadang-kadang suka ga ngerti kenapa (sama) Pa-o kepala aku ga boleh gerak dikit ternyata di belakang ada kayak, dia ngelihatnya visual, dia udah tahu perspektifnya.. so it’s very interesting.. and after watching the movie, i was like “Ah.. okay”
Reza : Oh ini toh ternyata maksudnya..
C: Dari karakter itu apa sih yang kakak lihat sampai Kakak bisa memilih karakter ini? Mungkin dari film-film sebelumnya juga gitu.. Apa yang Kakak cari dari sebuah karakterlah gitu?
Salvita : Kalau buat aku sih, aku sebenarnya maksudnya dibandingin Reza ga terlalu lama juga di industri ini dan masih considered baru juga, cuman yang aku coba di setiap film, kalau misal ada yang ditawarin baru, karakter yang belum pernah aku peranin, “I take it” karEna aku sambil belajar juga gitu.
Reza : Kalau saya sebenarnya mencari hal-hal yang belum dilakukan sebelumnya, tapi mungkin kalau saya biasanya selalu menginginkan bahwa tiap tokoh yang saya perankan itu, dia tetap harus bisa menjadi manusia, apalagi perjalanan Lukman adalah perjalanan yang sangat emosional gitu, ini adalah perjalanan dari sebuah kejadian yang orang bisa menangkap ini kejadian real atau nggak real, itu tuh abu-abu banget sebenarnya, kok bisa ternyata magic itu eksis.. jadi mungkin eksplorasi itu yang sangat menarik untuk bisa dikembangin gitu, jadi saya memang mencari bentuk tubuhnya Lukman itu harus inline aja sama keseluruhan cerita ini, dia ga boleh keluar dari jalur cerita ini sendiri jadi apapun yang saya coba tambahkan di karakternya harus berfungsi pada tempatnya, jadi saya juga tidak kepingin terlalu exagerrated dan terlalu berlebihan juga gitu, tapi saya pingin juga ini inline sama filmnya, gitu sih.. karena dunianya kan gitu yah penuh dengan keajaiban demi keajaiban yang terjadi, It’s magic, jadi ga perlu ada penjelasan yang konkrit sebenarnya kalau nonton film ini, “lho kok bisa keretanya jalan sendiri”, “lho kok bisa Sofnila nyetir terus apaa misalnya gitu, we don’t need explanation for that, ya karna ini dunia Abracadabra, dunia yang penuh dengan magic.
Awal mulanya ide film ini dari mana?
Ifa : Saya selalu ingin menjadi produser film-film yang idenya itu dari director, dan biasanya hampir semuanya juga ditulis oleh director-nya, karna itu yang pengen saya dukung, visi sutradara, saya selalu bilang bahwa saya pengen punya project yang directors-driven, itu kenapa saya tadi bilang bahwa 100 persen ini bener-bener ada di kepala Pa-o, tapi kita semuanya ini bener-bener partner diskusinya, tapi sebenernya visi kreatifnya di-lead oleh Pa-o,kemudian fungsi saya sebagai produser ya saya sebagai partner memberi batasan-batasan yang hubungannya dengan visibilty produksi, karna ‘kan ide-ide seperti ini, film seperti ini baru berupa ide aja udah pasti mentah dibenturkan dengan kepentingan-kepentingan lain misalnya dengan market, dengan pasar, artinya ya Indonesia tidak akan pernah mungkin.. mungkin tidak hanya Abracadabra, tetapi ide-ide segila ini bisa jadi hanya selesai di meja dan gak jadi film, tapi saya rasa walaupun itu jumlahnya minor penting sekali gitu, ada orang-orang yang memang memfasilitasi itu, orang-orang itu gak harus produser tetapi pemain, kalau pemain hanya mikirin pasar juga, hanya mikirin dalam tanda kutip fansnya, ga akan mungkin mau terlibat di film yang seperti ini.. karna ya film yang memang kita tahu gitu orientasinya kemana, eksplorasi, dan bahkan bukan hanya tahu tapi yang kita juga ga tau gitu, tapi yang kita believe wah ini ekplorasi nih, ini sesuatu yang bakal menemukan ke arah mana yah belum tahu, tapi yang kita percaya adalah ini menuju ke sesuatu yang memang akan berbeda, nah itu yang saya dukung, mendukung di sini bukan artinya membebaskan sebebas-bebasnya tetapi harus dipikirin visibility-nya, harus diperhitungkan, itu kenapa kalau dilihat filmnya sebenernya, bukan film yang secara eksekusi itu jorjoran, jorjoran dalam konteks bebas, tapi yang dibebaskan itu idenya, secara eksekusi justru keterbatasan-keterbatasan itu menjadi kelebihan sih di film ini, tapi yang mahal banget idenya.. Bikin mobil mundur kan gampang banget, bikin nyetir ga megang sambil ngomong di film itu kan gampang banget gitu, maksudnya orang tahu itu tinggal ditarik aja, tapi untuk punya cerita yang ada ide itu diaplikasikan pas dan diterima itu yang ya gak tau kapan lagi ada film kayak gitu..
C: Untuk meranin karakter ini ada inspirasi tersendiri gak, misalnya dari aktor siapa, atau karakter apa gitu?
Reza : Kalau saya boleh jujur, saya ga pernah mencari referensi ketika bermain, saya paling menghindari mencari referensi. Saya sebagai pemain, saya ga bisa cari referensi permainan orang lain di sebuah film gitu, ga bisa, kalau jenis filmnya misalnya sutradara punya referensi nuansa filmnya akan kayak gini lho kira-kira Reza, mungkin masih bisa saya terima, tetapi kalau kemudian saya harus mencari karakter di film A untuk menjadi refrensi saya, wah saya resistent banget untuk hal-hal seperti itu.. jadi baik buruknya lebih kurangnya peran ini menjadi tanggung jawab minimal di produksi itu, jadi saya sendiri juga yang akan ikut menanggung bagaimana nanti respon orang juga, saya senangnya begitu sih memang.. jadi susah juga sih kalau ditanya refrensinya karakter apa, kan ada beberapa yang bilang wah ini kostumnya Reza kayak di Greatest Showman misalnya gitu, well pesulap sih pakai topi begitu kayaknya di semua dunia sulap klasik, topi seperti itu ada dimana-mana, dunia sirkus, its’ everywhere.. apalagi tongkat sulap ya.. ya tongkat sulap yang umum dikenal begitu.. kalau tongkat yang lain mungkin Harry Potter.
Salvita : Aku buat karakter Sofnila nggak, tapi aku sempat tanya sama Pa-o soal universe-nya, just a refrence of the movie gitu, kayak buat nuansa or the vibe of the movie gitu apa, terus Pa-o sempat share beberapa film yang dia suka mungkin jadi inspirasi dia, atau bukan Cuma film tapi artworks, pelukis gitu, jadi buat ngebantu aku to imagine this world
Reza : Mungkin saya harus nambahin sedikit aja sih kalau soal pamor, saya harus menyanggah pertanyaan itu ya, karna menurut saya film tidak akan pernah mengurangi pamor aktornya. Tapi aktornya sendirilah, yang ketika bekerja dan tidak bertanggung jawab atas peran yang dilakukan, itu yang akan mempengaruhi karir dia berkembang atau tidak. It’s not about the movie, when the movie is good, and you play it good, you’re good.. That’s it..
C: Terakhir, syutingnya dimana ini?
Reza : Pasti orang mikirnya syutingnya dimana-dimana
Ifa : Itu justru sesuatu yang harus disampaikan karena itu rewards ya untuk daerah itu, atau manapun dimana kita syuting, karena daerah itu ngasih sesuatu ke kita, itu di Jogya, bener, dan bisa dibilang 100 persen di Jogja, tapi memang dari awal, Jogja dipilih karena memang bisa me-represent dunia Abracadabra ini, dia awal saya udah bilang bahwa ini yang jorjoran harus kreatifnya ya, jadi bukan terus kemudian kamu collect tuh daerah-daerah se-Indonesia terus bisa kita datangi, ga mungkin.. Ini bener-bener harus di satu tempat..
Reza : Itu namanya apa ya, Mas, yang kayak teluk itu?
Ifa : Itu namanya Pantai Kesirat, dan memang rumah yang ada di situ, itu bukan CGI ya, memang udah ada..
Reza : Fondasinya udah ada, kita Cuma re-touch aja..
Ifa : Kita set-up, fondasinya udah ada, terus warna apa kita sesuaikan, tetapi hampir semuanya di Jogja, dan ada, dan ga ada satupun yang kita bangun dari nol gitu ga ada, jadi memang itu yang tadi saya bilang bahwa ini nih mahal, tapi dalam konteks mahal itu ya memang mahal investasi nyari lokasinya, investasi mikirin perspektif Jogja itu dari yang mana, misalnya kayak tempat hutan pohonnya ranting-ranting, itu kan di-shot jadi mewah sekali, tapi kan dimanapun mungkin bisa kita temukan gitu, hanya investasi untuk nyari, angle dan sebagainya.
C: Apa Mas Reza untuk mendalami akting itu belajar sulapnya? Terus sampai sejauh mana kira-kira belajar sulap? Terus untuk Mas Ifa, kenapa memilih Mas Reza sebagai pemeran Lukman? Apa karena sebelumnya punya proyek bareng atau melihat Lukman ini cocok banget diperanin oleh Reza?
Ifa : Jadi sebenarnya justru Reza itu sudah attach di proyek ini, jadi proyek ini sudah as a package gitu, dari awal saya ketemu Pa-o, bahkan ditulis dikembangkan gitu udah membayangkan Reza, tentu saja Reza sebagai aktor yang secara personal kita kagumi, juga sekaligus di titik itu sudah menjadi teman yang secara hubungan personal juga sudah dekat, jadi memang pada saat saya bawa cerita ini tuh banyak sekali pertanyaan yang gak mungkinlah Reza, gak mungkinnya lebih ke karna ceritanya yang juga orang lihat absurd gitu, dan juga kapan kamu nemu jadwalnya Reza gitu, tapi ya Reza dan proyek ini tuh ya si Lukman itu emang Reza, Abracadabra itu ya Reza.. Bahkan pas Pa-o juga punya hubungan personal dengan Reza sebelumnya, jadi ini memang sudah dari awal dan bahkan kalo misalnya Reza bilang gak kok aku ga persiapan apa-apa, dari awal itu otomatis persiapan, karna pas proyek ini belum jadi pun sudah ada Reza.. jadi dua pemain di depan saya ini, satunya udah jelas banget bahwa itu Reza, perempuan yang di box ini tuh yang sampai terakhir itu kita nggak ngerti ini siapa.. ini ga mungkin kita terus pilih seseorang yang ya udah deh yang cantik atau yang populer gitu, karna memang ya harus semisterius itu.. Kadang-kadang kan susah yah menyembunyikan kemisteriusan karena apa karena kita harus sebut sinopsis, karna kita harus tulis namanya di poster, tapi walaupun itu sudah terbaca, tetap ada feeling mistery gitu, dan menurut saya waktu ngelihat Vita pertama kali, ada feel itu gitu, secara karakter gitu ya, ada feeling yang tentu saja kita bisa bilang dengan mudah oh cantik, tapi nggak hanya cantik maksudnya, dan bener sih kalau lihat filmnya pas kemunculannya dia pertama kali, dan sangat pas untuk di-edit menjadi sesuatu yang tiba-tiba yang real, terus dengan ekspresi Lukman saya pikir nggak sembarangan orang bisa memerankan..
Reza : Saya itu main dengan aktris mungkin udah cukup beberapa yah, tapi Salvita itu salah satu yang saya nggak pernah bisa baca karakternya, dia orangnya ama semisterius itu, saya itu nggak pernah bisa mendeskripsikan,misalnya kalau ditanya Salvita gimana orangnya, saya freeze nggak bisa jawab..
Oke saya jawab pertanyaannya, jadi gini waktu pertama kali akhirnya kami reading, sama Pa-o waktu itu di Jogja reading-nya, saya dibantu sama salah satu pesulap dari Jogja, yang mengajarkan beberapa trik sulap, mungkin ada tujuh, delapan, trik sulap yang diajarkan.. sebenarnya kebutuhannya justru bukan untuk saya tampilkan itu di film tetapi untuk bahan feel dan bagaimana saya mendalami peran ini, jadi ada beberapa gesture-gesture tangan yang ga mungkin bisa bohong bahwa dia adalah seorang pesulap. Cara dia mem-present sesuatu, cara dia berdiri di atas panggung mem-present trik sulapnya, buat saya itu penting banget bagi saya ketika saya tahu trik-trik sulapnya seperti apa, karna kan banyak banget sulap juga actually it’s not about the magic, tapi karna memang ada triknya, nah itu yang mungkin cukup sangat membantu ketik aproses development karakter ini, Pa-o juga Mas Ifa juga mneyediakan pesulap yang day-to-day waktu saya reading, biasanya saya reading sama pemain, abis itu saya punya waktu sendiri untuk hanya belajar tentang sulap saja, mulai dari yah macam-macamlah sulap-sulap yang simple, flip coin dan lain-lain itu dipelajari pada saat proses reading..
C: Tentang soundtrack ngalor-ngidul, apa karna filmnya kita lihat itu seperti absurd berarti sama dengan ngalor-ngidul atau bagaimana?
Ifa : Awalnya justru karakter yang namanya sekarang Marzuki itu yang kita diskusikan sama Pa-o, ini siapa ya, ini harus temen kita sendiri, karna ga ada di sepanjang film itu, jadi pada saat akhirnya kita syuting di Jogja ya udah Zuki aja Zuki.. yang akhirnya sepaket dengan, ya udah kamu punya lagu apa? Pas dia baca ceritanya dia udah punya lagu itu, dan saya pikir pas banget walaupun tidak ada di sepanjang film tetapi ada di belakang tetapi secara merepresentasikan film ini, ya seperti itu filmnya, dan seperti lagu itu yang juga ngalor-ngidul..
Reza : Beautiful scoring sih film ini buat saya pribadi, kayaknya scoring-nya itu spesial..
Ifa : Ya, tantangan kita juga waktu itu untuk scoring ya apa yang terlihat di gambar itu harus tersuarakan, makanya pas dia nendang, pas gitu..
*Transkrip oleh: Jean