Serial Sweet Tooth adalah serial Netflix adaptasi dari komik DC berjudul sama. Namun, berbeda dengan kebanyakan hasil adaptasi materi DC lainnya yang kebanyakan adalah kisah adiwira konvensional, apa yang dikedepankan di sini adalah kisah pasca apokaliptik di mana anak-anak yang lahir kemudian dikenal sebagai kaum Hybrid, karena tubuhnya merupakan setengah manusia dan setengah hewan, ras baru manusia yang kelahirannya berbarengan dengan kemunculan pandemi virus fatal baru yang menewaskan sebagian besar populasi manusia di Bumi.
Serial Sweet Tooth berfokus pada kisah Gus (Christian Convery), seorang anak yang juga dikenal sebagai Sweet Tooth nama panggilan yang diberikan karena ia menyukai makanan manis. Gus bukanlah anak biasa, ia memiliki tanduk bercabang-cabang dan telinga rusa di kepalanya. Setelah sang ayah yang menemaninya menjalani hidup tersembunyi di sebuah kabin terpencil selama satu dekade meninggal dunia, Gus memulai petualangannya, dengan tujuan mencari sang ibu berdasarkan petunjuk sebuah foto yang ditemukannya.
Saat mulai menjajaki dunia luar untuk pertamakalinya itulah ia mendapati keadaan yang tidak ramah terhadap anak-anak lain yang senasib dirinya. Di mana para hybrid dikumpulkan secara paksa untuk jadi objek penelitian, dan dituding banyak kalangan sebagai biang penyebaran virus.
Jadi target kejaran Last Men, manusia-manusia pemburu hybrid, Gus berjumpa dengan Big Man (Nonzo Anosie), mantan atlet futbol yang dulunya juga seorang pemburu. Keduanya lalu mulai bertualang bersama. Sepanjang jalan mereka berulang kali masuk dan keluar dari masalah, mengumpulkan sekutu dan dikejar musuh. Hingga, kebenaran tentang Gus — dan asal mula pandemi — akhirnya terungkap.
Ditilik dari sajiannya, serial Sweet Tooth adalah pertunjukan yang unik. Dikembangkan oleh Jim Mickle dan Beth Schwartz dari karya komik Jeff Lemire serta diproduseri oleh Robert Downey Jr bersama sang istri, serial ini notabene bermaterikan tema kelam dan dewasa, namun terasa diperlunak untuk menjadi sajian yang dapat dinikmati untuk audiens keluarga.
Entah secara kebetulan ataukah tidak, situasi yang menjadi latar di serial ini juga relevan dengan apa yang tengah melanda dunia dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Hal ini pula yang demikian kentara, yang membuat production value dan kebijakan protokol Covid-19 yang diberlakukan (Serial ini difilmkan di Selandia Baru pada 2019 -red) memaksa pendekatan lebih sederhana yang pada akhirnya justru membuat visual serial ini seperti diuntungkan untuk bisa lebih terlihat real.
Namun, sudah tentu nilai jual serial ini tidak hanya itu. Selain juga merupakan adaptasi dari sumber yang sudah terhitung solid, Sweet Tooth memiliki misteri, keterkaitan, kisah penceritaan serta karakter-karakter yang menarik.
Materi kisah yang bagus, skenario yang bagus, akting yang bagus, pengembangan karakter yang bagus, VFX yang sangat bagus, lokasi yang bagus, perjalanan yang mulus dari seluruh petualangan semuanya bagus di sini. Tidak ada lagi yang negatif kecuali terlihat seperti dongeng dalam skala visual dan tidak terlalu segar mengenai urutan aksi.
Walaupun seri ini notabene tidak revolusioner, namun secara keseluruhan serial Sweet Tooth menarik untuk diikuti. Baik itu dikarenakan fokus interaksi antara dua tokoh utamanya yang memang menjadi jantung serial ini dalam perjalanan mereka di dunia yang rusak dan penuh ancaman, maupun dari sisi visualnya yang secara apik mampu menyajikan keseimbangan kisah kelam dan tema menantang namun mudah dicerna pelbagai kalangan.
Serial Sweet Tooth dapat disaksikan secara streaming di Netflix