Save the Green Planet! dalam satu minggu terakhir ini namanya kembali naik daun, setelah beredar kabar bahwa film istimewa asal Korea ini akan dibuatkan versi remakenya. Tidak main-main, selain melibatkan kembali insan yang mensukseskan film aslinya, insan film terkemuka khususnya dalam genre horor di kurun waktu lima tahun terakhir ini, Ari Aster (Hereditary, Midsommar) akan ikut ambil bagian di dalamnya.
Dengan mencampur thriller maupun elemen aksi dengan melodrama dan sisipan unsur budaya lokal di dalamnya, sebuah film emotional thriller berjudul Save the Green Planet! sulit dicari padanannya. Sejak awal pertama kali dirilis pada tahun 2003, apresiasi yang sangat tinggi diberikan banyak insan film dunia terhadapnya, atas paket super lengkap yang disajikan di dalamnya.
Menganggap bahwa seluruh penyakit sosial yang terjadi di Bumi disebabkan skema jahat yang dilakukan oleh makhluk angkasa luar dari salah satu gugusan bintang yang ia sebut Andromeda, pemuda berusia 23 tahun bernama Byung-gu (Shin Ha-kyun) menyadari bahwa ia harus bisa berinteraksi dengan sang pangeran (pemimpin makhluk luar angkasa tersebut), sebelum gerhana matahari terjadi, yang dianggap sebagai tenggat waktu baginya untuk menyelamatkan Bumi.
Maka, untuk bisa menghubungi sang pangeran, Byung-gu lalu memutuskan menculik sosok yang disangkanya merupakan pilihan logis, yakni Kang Man-sik (Yoon-sik) Presiden CEO dari perusahaan kimia terkemuka, Yoojae. Berawal dari kasus penculikan ini, dimulailah pergulatan fisik antara Byung-gu yang melakukan berbagai siksaan dalam upaya mengungkap motif rahasia para makhluk luar angkasa untuk menghancurkan Bumi dengan si korban yang berpikir bahwa si pelaku sudah kehilangan akal sehatnya dan berusaha mati-matian kabur dari tempat penyekapannya.
Sementara, gerhana matahari akan terjadi tinggal dalam hitungan jam saja, apakah kecurigaan dan segala tindakan Byung-gu berdasar dan korban yang diculiknya benar-benar bukan dari Bumi ataukah pemuda itu memang tidak waras, seperti bukti yang berhasil dikumpulkan dari penyelidikan pihak kepolisian? Jawabannya ada di bagian penghujung film yang dirilis di bawah bendera C.J. Entertainment ini.
Menyaksikan Save the Green Planet! membutuhkan ketahanan sendiri. Pasalnya, sang sineas mengemasnya tanpa basa basi dan sangat percaya diri.
Betapa tidak, dalam paruh awal film yang yang kaya rasa dalam arti sebenarnya karena nyaris semua genre film dapat ditemui di sini (komedi, drama, misteri, sci-fi, mockumentary, action) ini, Joon-hwan tidak merasa perlu membuang-buang waktu untuk memberi petunjuk-petunjuk terselubung guna memberi penonton informasi yang memuaskan mengenai validitas aksi sang tokoh protagonis. Sehingga penonton ibarat dipaksa menelan bulat-bulat persepsi yang dihadirkan, tanpa mendapat secuilpun kesempatan untuk mampu mengetahui benar atau salahnya, sebelum waktunya pengungkapan faktanya.
Satu hal yang perlu ditekankan di sini, sajian Save the Green Planet! tidak diperuntukkan bagi semua kalangan. Bahkan, jujur saja penulis sendiri sempat kebingungan sebelum kemudian mengakui bahwa hasil kerja keras sang sineas memang punya kualitas di atas rata-rata.
Namun, tentu saja nilai plus film ini bukan saja dari genrenya yang gado-gado tersebut. Dengan sinematografi yang menawan dan teknik pengeksekusian adegan per adegan yang diambil secara sederhana namun efektif, meski mungkin secara keseluruhan film ini akan membingungkan, paruh terakhir film yang berfungsi sebagai pelengkap kepingan puzzle akan menjawab segalanya dan bisa memanuver penilaian terhadap rangkaian kisah dalam film ini secara keseluruhan.
Terbukti formula ini mampu menawan banyak kritikus film dunia khususnya yang mengamati perihal film-film Asia, buktinya banyak yang memuji bahwa lewat film ini Joon-hwan telah menghasilkan sebuah karya unik nan eksotis serta sulit dicari padanannya. Kini, Save the Green Planet! mendapat pengakuan sebagai cult di kancah film fiksi ilmiah selain mendulang banyak penghargaan di kancah festival film internasional.