Meski fungsinya bagi banyak kalangan lebih ditujukan sebagai ajang hiburan, sulit dibantah bahwa bila dicermati lebih seksama, setiap film punya nyawa dan gaya bahasanya tersendiri untuk menyampaikan pesannya. Tidak ketinggalan pula, bahwa masing-masing film itu memiliki target pasar dan sasaran penontonnya. Hal itu lah yang dipertimbangkan dengan matang oleh rumah produksi Rumah Film dan Evergreen Pictures dalam memproduksi filmnya. Lewat film terbaru hasil arahannya, Satu Hari Nanti, Salman Aristo memiliki sasaran spesifiknya untuk target golongan penontonnya, yakni 21 tahun ke atas.
Film yang setting lokasinya mengambil tempat di negara Swiss ini berani menyasar target penonton khusus 21 tahun ke atas. Hal ini bukannya tanpa alasan, menurut penuturan Dienan Silmy, produser Suatu Hari Nanti, rating 21+ didapat atas dasar permintaannya sendiri ke Lembaga Sensor Film (LSF). Alasannya, adalah karena berdasarkan konten cerita yang dikedepankannya, drama bersetting negara Eropa yang terkenal dengan produksi cokelatnya itu sesuai dengan usia 21 tahun ke atas.
“Pilihan rating memang sengaja 21 tahun ke atas. Bahkan, saat kita submit ke LSF, kita langsung minta untuk 21+ karena secara konten untuk usia sekitar itu, tidak bisa dikonsumsi untuk 21 tahun ke bawah. Kalau dianalogikan, kita enggak akan mungkin membicarakan obrolan anak SMA di depan anak SD,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Silmy menambahkan bahwa sebelum memilih rating tersebut, pihaknya telah memiliki hasil riset mendalam. “Data analisa pasar saat ini. Brand manager manapun memang sedang selektif market ke arah itu.Dimana potensi pemasukan pasar di usia 21-35 sedang naik-naiknya. Mungkin karena mereka sudah bisa di tahap heavy cost,” tuturnya.
Di sisi lain, sutradara Salman Aristo menjelaskan keberanian ini didukung hasil riset yang dilakukan pihak IKJ di 16 kota besar pada 2016. Berdasarkan riset tersebut terungkap bahwa penonton film Indonesia berusia 25-38 berada di posisi kedua setelah 18-25.
“Sebenarnya pemilihan 21 tahun bukan tanpa visi, justru berdasar riset penonton Indonesia di tahun 2016, di 16 kota besar, penonton dengan range umur karakter tokoh film ini berada di nomor dua. Beda tipis 2% dengan range 18-25 tahun di nomor pertama. Jadi ini memiliki pasar yang sangat besar sekali,” jelas Salman.
Selain itu, sutradara yang juga menulis skenario film Satu Hari Nanti menuturkan ia tidak ingin setengah-setengah dalam menggarap proyek ini. Tidak heran bila dalam naskahnya, filmmaker yang pernah meraih penghargaan sebagai penulis skenario terbaik ini total dan tidak memberi celah untuk bermain aman agar filmnya bisa dikonsumsi penonton remaja.
“Kalau kita membuat agar bisa disasar segmen remaja, filmnya jadi nanggung. Makanya kita garap pasar dewasa ini, bicara betul-betul tentang mereka, jangan terpancing untuk meleset,” tutur Salman. Menyambung rekannya, Dienan Silmy mengatakan bahwa ingin membuat film yang jujur. “Kita sedang berusaha untuk membuat film yang jujur dan tepat untuk penonton,“ tutupnya.
Satu Hari Nanti bercerita tentang pilihan dan kegelisahan anak muda dalam membangun sebuah komitmen di Swiss, baik dalam lingkup cinta, keluarga maupun pekerjaan. Lika-liku pertemanan dan kisah cinta yang kelam tumbuh bersama dalam pencarian makna akan jati diri mereka di negeri orang.
Film yang akan tayang mulai 7 Desember 2017 ini diperankan sejumlah aktor dan aktris berbakat tanah air. Mereka adalah Adinia Wirasti (Alya), Ringgo Agus Rachman (Din), Ayushita (Chorina), Deva Mahenra (Bima). Tak ketinggalan pula, film ini didukung oleh aktor kawakan Donny Damara yang berperan sebagai ayah Alya.