Film Humba Dreams telah dapat ditonton melalui Netflix sejak tanggal 9 Juli 2020, dengan tokoh utama Martin diperankan oleh J.S. Khairen.
Ada yang menarik dalam diri Martin, yang sedang mengalami kegalauan antara harus menjalankan tradisi keluarga dengan tenggat waktu tugas yang dinanti-nantikan oleh teman-temannya. Walaupun Martin telah mendapatkan dispensasi dari dosennya, namun temannya terus mendesaknya untuk segera menyelesaikan dead line tugasnya. Dapat terlihat disini, J.S. Khairen tampil sangat cocok memerankan jati diri karakter Martin.
Tradisi keluarga yang harus dijalankannya adalah melaksanakan wasiat terakhir dari almarhun Bapaknya, yang telah meninggal beberapa tahun lamanya, namun mendadak hadir dalam “penglihatan dukun” di Sumba. Martin pun tidak mau mengecewakan Ibunya dan berupaya untuk memenuhi wasiat tersebut, walaupun banyak rintangan yang membuatnya hampir putus asa.
Bagaimana tidak, dalam wasiat tersebut yang termuat dalam sebuah kotak, ada sebuah rol film yang harus diputar oleh Martin, untuk ditonton beramai-ramai oleh dirinya, beserta keluarga dan masyarakat di desanya.
Tentunya hal ini akan menjadi mudah, jika rol film ini telah selesai dengan sempurna dan Martin dapat segera memutarnya. Namun sayangnya rol film tersebut harus dicetak terlebih dahulu dengan menggunakan bahan-bahan kimia . Sayangnya bahan-bahan kimia tersebut sulit diperoleh di Sumba. Ibu Martin pun tak mau mengerti kesulitan ini, serta tetap bersikeras agar Martin segera mencari solusinya agar film tersebut dapat segera diputar.
Selama proses mencari solusi inilah kemudian Martin berjumpa dengan Ana (Ully Triani), seorang perempuan yang bekerja di sebuah Guest House .
Di tempat ini, banyak wisatawan manca negara dan luar negeri yang datang menginap. Saat inilah penonton mulai dibawa kedalam kompleksitas permasalahan yang dialami oleh penduduk Indonesia di pelosok. Permasalahan yang awalnya hanyalah mengenai sebuah wasiat dan roll film, menjadi masalah ketenaga kerjaan, minimnya fasilitas dan sarana di Sumba, tradisi dengan modernisasi hingga akhirnya kepada permasalahan seksualitas Martin kepada Ana.
Rangkaian peristiwa ini, seolah membuka mata Martin, membuat dirinya menjadi semakin dewasa.
Namun bagaimanakah kelanjutannya? Akankah Martin mampu menyelesaikan semua permasalahanya, semua dapat ditonton melalui Netflix.
Sutradara Riri Riza, menampilkan keindahan alam Sumba berikut budaya masyarakatnya melalui dua metoda , yaitu alur cerita dan sebuah kamera analog. Perpaduan ini menjadi sangat menarik, karena membawa penontonnya kembali mengingat saat masa-masa keemasan pembuatan sebuah film dengan menggunakan kamera analog, disertai sebuah proses perjuangan untuk menampilkannya dalam bentuk yang biasa dilihat oleh penonton.
Ternyata banyak suka dukanya, seperti juga permasalahan lainnya dalam hidup, semua harus diselesaikan satu persatu, sesuai proses dan urutannya , membutuhkan suatu kesabaran dan pengertian, dengan hadiah berupa kenikmatan yang diperoleh saat semua itu berhasil tercapai.
Hal seperti ini, tidaklah sama dengan kenikmatannya dengan jika menggunakan kamera digital.
Riri Riza membandingkan semuanya dengan sudut pandang kamera yang menarik, membuat penonton memahaminya, walaupun tanpa dialog.
Akting J.S. Khairen pun terlihat perubahan demi perubahannya, saat tampil berakting pada babak awal hingga babak penutup alur cerita. Dia mampu menampilkan kedewasaan yang bertumbuh dan meresap dalam dirinya, melalui bahasa tubuh dan tatapan mata serta raut wajahnya, saat melalui tahap demi tahap perubahan, tanpa berlebihan.
Kewajaran akting J.S. Khairen beserta pesona alam Sumba, memang menjadi daya tarik utama dalam film ini. Tak heran jika film dengan durasi 75 menit ini mendapatkan penghargaan CJ Entertaiment Award pada tahun 2017.
Foto kredit : Netflix