Grup lawak yang satu ini seakan hidup abadi di hati masyarakat Indonesia. Lewat humor yang dianggap mengakar dalam kehidupan, Warkop DKI menjadi tontonan yang hampir bisa dinikmati semua orang. Bahkan hingga saat ini, ciri khas lawakannya masih sering dijumpai dalam perfilman nasional ataupun panggung hiburan lainnya. Grup yang digawangi oleh Dono, Kasino dan Indro tentu tidak tergantikan, walaupun banyak film atau pun grup mencoba menirunya, namun tidak pernah bisa menyamai. Meskipun demikian, rumah produksi yang kini tengah naik daun di Industri film tanah air, Falcon Pictures berani melestarikan kembali spirit Warkop dengan wajah baru.
Film yang mengusung judul Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part ini mengambil kisah tentang petugas CHIPS (Cara Hebat Ikut-ikutan Penanggulangan Sosial). Kisah yang pernah difilmkan Warkop pada tahun 1982 diramu kembali dengan pendekatan yang lebih kekinian. Kisah yang diangkat seputar tiga petugas lembaga swasta yang memiliki niat baik, namun selalu sial. Dalam menjalankan tugas kerap kali Chips: Dono, Kasino, Indro justru membuat kekacauan yang tak terduga, sehingga membuat Bos Chips (Ence Bagus) jengkel. Kemudian Dono cs pun diperintah oleh si Boss untuk menangkap begal yang meresahkan warga dengan dibantu dengan chips cantik, Sophie (Hannah Al Rasyid).
Sepintas tidak ada yang spesial ceritanya, bahkan klise, namun tunggu sampe Anda menyaksikan akting dan Jokes-nya. Naskah yang ditulis oleh Anggy Umbara, Andi Awwe Wijaya, Bene Dion Rajagukguk ini penuh dengan jokes segar dan kekinian. Bene dan Awwe mungkin masih terdengar dalam jajaran penulis, tapi kualitas mereka dalam memainkan kata, jokes sudah tidak diragukan lagi dalam kancah stand up comedy. Sementara itu, mengingat Warkop seringkali kurang greget dalam cerita, demikian juga film ini, namun untungnya tertutup dengan lelucon yang sedap.
Jokes tidak akan berhasil bila tidak didukung dengan pemain yang telah teruji kualitasnya dalam berakting. Ketiga karakter legendaris itu diperankan oleh aktor yang telah diakui kemampuannya. Mereka adalah Vino G Bastian (Kasino), Abimana (Dono), dan Tora Sudiro (Indro). Di antara ketiga aktor tersebut yang lumayan mempunyai banyak pengalaman bidang komedi hanya Tora Sudiro, namun bukan jaminan seandainya semuanya komedian, film akan berhasil membuat tawa terbahak-bahak, bukan?
Menjadikan mereka seperti karakter yang sudah dikenal dan melekat di kepala, bukan perkara mudah. Ada banyak yang meragukan ketiga aktor tersebut, namun keraguan itu dijawab dengan kepiawaian akting mereka. Abimana yang akhir-akhir ini biasa berperan sebagai karakter cool, disulap menjadi karakter nyeleneh yang mengocok perut. Totalitas pemeran Elang dalam film Belenggu bukan hanya karena make up, gigi palsunya, atau perut buncit. Aktor terlaris versi Indonesia Box Office Award tahun lalu ini mampu meniru legendaris komedian Indonesia. Tingkah dan bicaranya pun tergarap dengan cukup baik, walaupun ada kekurangan, namun tertutupi dengan akting yang menawan. Bisa dibilang ini adalah salah satu akting terbaiknya selain Belenggu dan 3, dimana ia mampu menggali karakternya lebih dalam dari biasanya.
Keraguan publik dalam totalitas pemain tidak hanya pada Abimana, namun juga pemeran Kasino. Mulanya banyak yang meragukan Vino G Bastian dalam memerankan pelawak asal Kebumen itu. Aktor yang telah mencicipi beragam karakter ini berusaha keras menghadirkan Kasino dalam dirinya. Alih-alih dianggap remeh dan tidak menghibur, justru Vinolah yang paling mencuri perhatian penonton. Aktingnya tidak hanya membuat yang melihatnya bertepuk tangan, namun juga begitu pas memerankan karakternya. Ciri khas suaranya, dan tingkah Kasinolah yang paling banyak menghadirkan tawa. Di sisi lain, rekan mainnya yang dibesarkan di ranah komedi, Tora Sudiro justru yang termasuk biasa. Pemeran Indro ini masih terlihat canggung, serta masih terlihat jelas di beberapa adegan bahwa itu Tora, bukan Indro.
Film warkop tanpa menghadirkan sang legendaris itu sendiri rasanya kurang pas, terlebih Indro masih aktif berkarya. Dalam Jangkrik Boss Part 1 Indro tentu tidak memerankan dirinya, melainkan sosok lain dan mempercayakan karakter dirinya sepenuhnya kepada Tora. Namun, sayangnya, kehadiran sang maestro komedian ini seakan mulai memudar. Kehadirannya yang berperan sebagai “bayangan” kurang memuaskan. Misalnya saat menjadi Katy Perry, Minions atau pun malaikat . Keberadaan Indro seperti sekedar nostalgia dan pelengkap. Seandainya diberikan karakter yang tepat dengannya, akan jadi sesuatu yang menarik.
Di samping itu, film yang diarahkan oleh Anggy Umbara ini tidak hanya dibuat semirip mungkin dengan aslinya, namun juga lawakannya. Sejak film dimulai, Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss Part 1 mengikuti ciri khas film-film warkop. Pengenalan tokoh dengan tingkahnya yang kocak dan ketidakteraturan warga ibukota mampu hadirkan gelak tawa. Misalnya Ibu-ibu touring, berkendara yang ugal-ugalan dan lain sebagainya. Belum ditambah lagi credit title dan font yang dibuat seakan jadul, serta musik dan lagu nyanyian kode dibawakan kembali. Seakan melihat warkop hidup lagi dengan wajah kekinian.
Di balik keberhasilan lawakan tersebut tentu didukung materi jokes, penyutradaran yang baik, serta aspek lainnya. Setelah berhasil menghasilkan tawa dalam film Comic 8 dan sekuelnya yang menempati box office film Indonesia. Anggy ditantang mengolah film yang karakternya sudah dikenal hampir semua lapisan masyarakat Indonesia, Yakni Dono, Kasino, Indro. Berbekal pengalaman di ranah komedi sampai dengan action membuat filmnya tidak sekedar melucu. Selain itu, sutradara film 3 ini mampu mengolah warkop dengan indah. Ditambah, sineas yang menggilai musik ini juga mengingatkan kembali akan Warkop saat masih mengudara di radio, di kaset atau dari panggung ke panggung, yakni menuangkan kritik sosial dalam lawakannya. Perlu diketahui, Warkop semula dikenal bukanlah dengan lawakannya yang berbau porno terlebih wanita seksi berbikini dan pantainya. Lawakan mereka dikenal dengan kondisi sosial, namun menyampaikan dengan bahasa yang lugas. Di antaranya adalah dalam salah satu karyanya berjudul Pengen Melek Hukum (1985)
Oleh karena itu, ketika menyaksikan film ini seakan menemukan sesuatu yang sempat hilang dari warkop. Pasalnya terkadang komedi tidak sekedar hiburan belaka, melalui lelucon yang tepat komedi bisa menjadi proses pembelajaran, penyadaran terhadap ketidakpedulian kepada sesama, kepada lingkungan, bahkan diri sendiri. Dan di film ini tertuang hal tersebut. Hanya saja, sayangnya keunggulan tersebut sekaligus menjadi salah satu kekurangannya sebagai sebuah film. Film ini seperti dibebani dengan candaan kritiknya, beberapa berhasil ciptakan tawa, namun sebagian terlalu memaksakan hadir. Mungkin tujuannya bukan sekedar melucu, namun juga mencoba mengorek borok tanah air yang jarang dibicarakan dalam film komedi.
Secara keselurahan, film yang diproduseri HB Naveen ini berhasil membawa spirit Warkop ke dalam filmnya. Pemilihan pemeran utama pun terbilang tepat, tidak hanya itu para pendukungnya seperti, Hannah Al Rashid, Tarzan, Agus Kuntjoro, Henky Solaiman, serta para comic Arie Kriting, Ge Pamungkas, Fico Fachriza, McDanny dan sederat selebritas tanah air lainnya pun melengkapi kekocakan dalam film yang tayang 8 September 2016 ini. Selain itu, walaupun dipecah menjadi dua bagian Jangkrik Boss Part 1 dan Part 2, film ini tetap kocak dan menghibur hingga detik terakhir.
Penyutradaraan : 3.5/5
Cerita :2.75/5
Akting : 3.5/5
Jokes : 3.5/5
Sinematografi : 3/5