Bagi kalangan penyuka film bergenre aksi, film perang umumnya punya tempat tersendiri.Hal ini dikarenakan selain biasanya berisikan adegan seru yang menegangkan, film perang kebanyakan diangkat dari kejadian nyata, yang menggunggah rasa patriotisme audiensnya. Jangan heran, kalau film perang umumnya mampu mendulang sukses menggembirakan.
Maka, dalam setiap industri film maju, sedikitnya ada satu film bertema perang yang dibuat setiap tahunnya. Tidak terkecuali di Korea Selatan sendiri. Sebagai salah satu macan perfilman Asia dan juga dunia, industri film Korea juga memiliki beberapa film perang berkualitas, yang beberapa di antaranya tidak asing bagi penyuka film di tanah air, seperti: Tae Guk Gi, My Way, The Frontline, Admiral: Roaring Currents, hingga Battleship Island.
Tidak kalah kelasnya dengan judul-judul di atas, adalah film perang The Battle: Roar of Victory. Film ini digarap oleh sineas Wong Shin-yun yang sebelumnya mencetak sukses lewat film thriller kriminal Memoir of a Murderer. Di sini, Shin-yun menggamit deretan bintang Korea dan Jepang sebagai para pemainnya: Yoo Hae-jin, Ryu Jun-yeol, Jo Woo-jin, Hiroyuki Ikeuchi, dan Kazuki Kitamura.
Dikisahkan, pada tahun 1920an, Korea menjadi salah satu negara jajahan Jepang, yang pada kala itu melakukan invasi ke banyak negara di Asia. Pada situasi itulah pejuang kemerdekaan Korea, seorang pendekar pedang bernama Hwang Hae-cheol dan para anak buahnya, salah satunya penembak jitu bernama Byeong-gu mendapat misi untuk mengantarkan dana bantuan yang berhasil dikumpulkan, ke pemerintah darurat Korea di Shanghai.
Dalam proses misi itu, Hae-cheol bergabung kembali dengan Jang-ha, seorang komandan muda, yang mempunyai misi bunuh diri untuk menjebak pasukan Jepang yang dipimpin seorang Jenderal dan letnannya ke ngarai Bongo-dong. Salah satu peristiwa perang yang menjadi titik balik perjuangan kemerdekaan di Korea atas pendudukan Jepang.
Menampilkan adegan peperangan yang sangat intens dengan balutan spesial efek yang lumayan mengagumkan, sang sineas mampu mengemas film ini menjadi sajian yang memukau. Meski alur awalnya berjalan lambat, namun ia mampu membangkitkan kembali mood penontonnya dengan serangkaian aksi yang mendebarkan.
Dipresentasikan secara realistis, apa yang ditampilkan dalam film ini bisa membuat penontonnya seperti merasakan sendiri suasana perang gerilya di hutan. Adegan-adegan kekejaman perang nya pun dihadirkan secara eksplisit. Beberapa adegan dalam film ini, ditambah efek suara yang ciamik, mungkin akan sedikit mengagetkan, bahkan menjijikkan bagi yang tak tahan melihat darah. Adegan aksinya lumayan frontal dan brutal, dengan ledakan-ledakan besar yang membuat tensi ketegangan tetap terjaga.
Khas film Korea, meski daya tarik utamanya adalah suasana dan kengerian perang dengan segala unsur mencekamnya, unsur dramanya dapat terurai dengan baik pula, sehingga mampu membuat penonton bisa terhanyut. Beberapa adegan memancing tawa yang disisipkan oleh sang sineas juga membuat film perang yang kisahnya dikemas dalam balutan skrip yang sederhana ini makin mengasyikkan untuk disaksikan. Secara keseluruhan, The Battle: Roar to Victory merupakan film sejarah yang menyenangkan.
Dan, memang nyatanya film produksi Shoebox yang dirilis di bioskop pada tahun 2019 ini berhasil menjadi salah satu box office Korea pada tahun itu dengan raihan total jumlah penonton sebanyak lebih dari 3 juta orang dan raupan setara 38 juta USD.
Tonton film The Battle: Roar to Victory di Klik Film.