Satu dekade kebelakang kita telah disuguhi oleh film-film superhero berkualitas. Sebut saja Spider-Man, Batman dan Superman. Sajian aksi sang protagonis dalam film-film tersebut berbaur dengan efek komputer yang canggih hingga menghasilkan sajian yang ‘waw’. Awalnya, kemunculan film-film superhero adalah sebagai pencetak box office dan umumnya disutradarai oleh para pelaku film kenamaan dengan biaya yang fantastis. Kini, perlahan sineas film indie mulai berani menjejakkan kakinya di genre superhero. Todd Burrows telah membuktikannya dengan menggarap film indie bertitel Sparks. Anggaran biaya yang dikeluarkan terlampau kecil. Tapi itu, tak lantas mengurangi kualitas filmnya.
Alkisah di tahun 1930-an, Ian Sparks (Wiliamson) kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan mobil yang mengerikan. Ia mengingat betul orang-orang jahat yang telah mencelakai kedua orang tuanya. Ia mencoba mencari kebenaran di dalam realita yang ia hadapi dengan menjadi pahlawan bertopeng, meski ia tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Namun, ketika penjahat berkekuatan super bernama Archer (Brown) membuat resah warga kota dengan aksi kriminalnya, Sparks nekat turun tangan meski itu bisa membajayakan nyawanya.
Film berdurasi 90 menit ini menggabungkan unsur noir dengan superhero. Selipan noir pada tone filmnya memberikan nuansa gelap pada filmnya. Dengan jalan cerita dan konsep yang orisinal, Sparks berhasil keluar dari pakem film-film superhero komersil pada umumnya. Jajaran aktor pendukung seperti William Katt (Greatest American Hero, Carrie), Clancy Brown (Shawshank Redemption), Jake Busey (Starship Troopers) dan Clint Howard (Star Trek, Fringe) juga tampil prima dalam film. Meski banyak nada pujian untuk filmnya, tak sedikit kalangan yang menyayangkan penyajian yang serba nanggung di film ini. Special effect yang tak terpoles cukup baik (tentu karena masalah dana) menjadikan film ini kurang menggigit. Ibaratnya film ini nanggung bergerah ke arah Super (2011) dan Kick Ass (2010), atau ke ranah film-film mainstream. Hanya saja konsep film ini tentu harus diapresiasi karena mengingatkan kita pada film-film seperti Sin City (2005) dan The Spirit (2008) ini
Film yang dirilis pada tahun 2013 di ajang Cinequest ini mendapatkan beberapa penghargaan di festival-festival fantastik, di antaranya di gelaran Best Off the Edge Feature Festival Film Omaha dan nominasi Best Film di Best Film Fantasporto 2015.