Jika Fantastic Mr. Fox (2009) tampil unik dengan humor khas Wes Anderson, sementara Coraline (2009) malah mungkin akan membuat anak-anak kecil ketakutan, lain halnya dengan Mary and Max, animasi stop-motion berjenis clay animation (salah satu jenis stop-motion yang umumnya menggunakan plastisin untuk membuat boneka-boneka karakternya-red) yang menyuguhkan atmosfer suram nan miris yang dapat membuat Anda tersenyum kecut hingga menitikkan air mata. Berkutat dengan isu depresi, bullying, gangguan mental, bunuh diri, serta menampilkan banyak rokok dan alkohol, animasi asal Australia ini cenderung berkebalikan dengan produk Disney, DreamWorks dan sejenisnya karena alih-alih menjadikan anak-anak target utama, animasi panjang pertama dari animator pemenang Oscar melalui animasi pendeknya, Harvie Krumpet (2003) ini lebih diperuntukkan bagi penonton dewasa, walau dapat pula dinikmati oleh anak-anak, meski yang masih terlalu kecil sebaiknya didampingi oleh orangtua.
Terinspirasi dari pengalaman nyata sang sineas yang memiliki seorang sahabat pena selama lebih dari 20 tahun, Mary and Max yang ber-setting di pertengahan tahun 1970-an mengisahkan persahabatan dua orang yang sangat berbeda dan terpaut jarak dua benua. Mary Daisy Dinkle (Collette) adalah anak perempuan berusia delapan tahun yang kesepian dan tinggal di Melbourne, sementara Max Jerry Horowitz (Hoffman) adalah seorang pria ateis berumur 44 tahun yang mengalami obesitas dan menyandang Asperger’s Syndrome di New York. Persahabatan pena keduanyapun mengikuti pertumbuhan Mary menjadi dewasa dan Max menjadi lanjut usia di tengah pahit manisnya kehidupan keduanya yang seringkali merasa sendirian dan hanya memiliki satu sama lain di dunia ini.
Sebagai animasi stop-motion yang terutama dikagumi dari segi desain, detail, ketelitian, dan kesabaran para filmmaker-nya, Mary and Max yang menjadi animasi pertama yang terpilih sebagai film pembuka Sundance Film Festival di tahun 2009 ini juga menuai critical acclaim sebagai sebuah animasi yang tak biasa, yang mampu mengimbangi kemumpunian tampilan visualnya dengan sebuah kisah yang terasa begitu personal dan terhubung dengan emosi para penontonnya. Memang diakui bahwa sajiannya yang dark dengan nuansa yang suram mungkin tak sesuai dengan ekspektasi orang kebanyakan dari genre animasi, serta bahwa humornya yang terkadang kekanak-kanakan cenderung bertabrakan dengan temanya yang berat, animasi black comedy ini mampu mengantungi sejumlah penghargaan bergengsi, termasuk memenangkan Annecy Cristal di ajang Annecy International Animated Film Festival, menyabet kategori Best Animated Feature Film pada Asia Pacific Screen Awards, Best Director dari Australian Directors Guild, Crystal Bear-Special Mention di Berlinale 2009, dan masih banyak lagi.