Sebagai salah satu genre paling digemari penonton seluruh dunia, film romance memang selalu mempunyai pangsa pasar tersendiri. Maka, bukanlah sesuatu yang mengherankan bila para filmmaker kerap mengangkat genre ini dalam film-filmnya karena cinta memang universal; sesuatu yang kita rasakan dan butuhkan. Sayangnya, kebanyakan tema cinta yang diangkat para filmmaker (dalam hal ini cinta antar pasangan) cenderung menggunakan formula yang sama sehingga alurnya terasa membosankan. Untung saja, masih ada kreativitas di ranah film independen. Film-film independen banyak mengeksplorasi genre romance menjadi sesuatu yang mengasyikkan, salah satunya adalah In Your Eyes yang menggabungkan tema cinta dan fantasi.
Kisahnya mengetengahkan seorang wanita bernama Rebecca ‘Becky’ (Kazan) yang merasa kesepian meski bersuamikan seorang dokter sukses dengan rumah mewahnya. Di sisi lain, seorang pemuda bernama Dylan (Stahl-David) merasa hidupnya hampa karena kehidupannya yang berantakan dan tak punya arah tujuan. Kedua pria dan wanita yang tinggal berjauhan ini tiba-tiba dikejutkan oleh hubungan supernatural yang dialaminya. Becky dan Dylan dapat berkomunikasi lewat pikirannya masing-masing meski raga mereka tak bertemu di satu tempat. Perlahan namun pasti, keduanya merasakan keterikatan yang kuat hingga hidup mereka berdua mempunyai arti. Keadaan abnormal ini dirasakan oleh kerabat Becky dan Dylan yang menduga mereka berdua mengalami gangguan jiwa karena sering kedapatan berbicara sendiri. Dengan status Becky yang telah terikat hubungan pernikahan dan kondisi Dylan yang diburu oleh polisi, mampukah kedua belahan jiwa ini akhirnya bersatu?
Disutradarai oleh sineas muda, Brian Hill dari naskah yang ditulis sang arsitek the Avengers, Joss Whedon, film romance ini tampil menghibur sekaligus mengharu biru lewat elemen fantasi di dalamnya. Mengangkat premis “jodoh pasti bertemu”, kekuatan terbesar dari film ini terletak dari naskah racikan Whedon. Dialog-dialognya yang romantis namun tidak picisan, pengembangan plot dan karakter yang tumbuh semakin intim harus diberi acungan jempol, meski patut disayangkan konklusi yang dihadirkan filmnya tidak spesial dan terkesan biasa saja. Dari segi akting, penampilan kedua pemain utama juga patut mendapat kredit tersendiri, khususnya Kazan yang semakin membuktikan bahwa ia adalah bintangnya film-film indie romance usai penampilan apiknya dalam Ruby Sparks (2012) dan What if (2013).
Proses syuting film ini berlangsung pada bulan Februari 2014 mengambil tempat di New Hampshire, Los Angeles, dan New Mexico. Demi mewujudkan hasil yang otentik dan sesuai dengan naskahnya, sang sutradara berupaya keras untuk mencari daerah bersalju hingga beberapa kali mengganti lokasi. Hal yang membuat film produksi Bellwether Pictures ini semakin asyik untuk dinikmati adalah pemilihan soundtrack-nya. Tembang-tembang yang dihadirkan begitu pas dan menggerakan mood dalam filmnya. Whedon juga turut menulis lagu dalam OSTnya lewat tembang bertajuk Crumblin.