Terhitung sejak bulan Maret 2019, para pencinta film Disney , akan dimanjakan dengan deretan film-film live action dari animasi Disney.
Dimulai dengan Dumbo, film ini seolah mengakhiri era “Princes Disney” , untuk kemudian berlanjut ke era baru yang lebih sesuai dengan selera jaman ini.
Apabila pilihan pertama adalah Dumbo, dikarenakan Dumbo adalah salah satu karakter yang sejak pemutaran film animasinya, telah berhasil merebut hati para pencinta film Disney.
Lagu “Baby Mine” yang dibawakan oleh penyanyi Betty Noyes, dinominasikan sebagai lagu orisinal terbaik .
Bahkan film Dumbo, dapat dikatakan sebagai penyelamat bagi industri film Disney saat itu yang mengalami penurunan, sejak filmnya yang terakhir Pinocchio .
Animo penonton yang sangat tinggi, mencatat film Dumbo berhasil menyelamatkan industri perfilman Disney.
Terlebih lagi film animasi iniberhasil menginisiasi pelbagai merchandise, video games hingga wahana populer.
“Menurut saya, petualangan terbaru ini membuka kesempatan untuk mengembangkan cerita klasik tersebut, tanpa harus mengubah kisah aslinya. Saya pribadi sangat menyukai versi terbaru ini. Kisahnya sangat sederhana, dengan sentuhan emosi, namun tetap mengikuti cerita aslinya,” jelas Tim Burton.
Ide pertama untuk menjadikan film “Dumbo” menjadi sebuah film live-action muncul lima tahun silam, saat Derek Frey, produser yang menangani produksi film-film karya Tim Burton sejak tahun 2001, menerima naskah yang ditulis oleh Ehren Kruger. Kisah klasik tersebut akhirnya dikembangkan, namun tetap dengan inti cerita yang sama.
Dumbo versi live action disutradarai oleh Tim Burton yang dikenal dengan gaya-gaya gothic atau noir-nya. Hal ini tentunya membuat penasaran, akankah film ini akan senada dengan film-film garapan lainnya yang disutradarainya seperti antara lain Edward Scissorhands , Big Fish , Sleepy Hollow ?
Namun kali ini film Dumbo versi live action seolah bermain di luar gaya-gaya Tim Burton pada umumnya. Film ini seolah lebih bermain di area yang lebih sederhana sekali, sehingga perbedaan antara hitam dan putih, perbuatan baik dengan perbuatan jahat ditampilkan dengan begitu sederhananya disertai bahasa yang sangat mudah diterima oleh anak-anak.
Film ini memang lebih ditujukan untuk segmentasi anak-anak, dengan pemeran pembantu serta sudut pandang anak-anak yang sangat cerdas.
Hal ini dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai kemampuan terbang Dumbo , disertai pemikiran logis, yang saat ini sering ditanyakan oleh anak-anak. Walaupun film ini bersifat imajinasi, anak-anak tak akan lagi puas dengan jawaban sederhana tanpa dasar logika. Anak-anak pada masa sekarang, lebih kritis pemikirannya, dan sangat menarik saat menyaksikan Tim Burton mampu memberikan sentuhan pemikiran logis ini, tanpa sedikitpun kesan menggurui, namun menjadikannya sesuatu yang menarik dan penuh petualangan.
Namun ciri khas Tim Burton masih tetap terlihat yaitu akan latar peperangan yang sedang melanda negeri, sehingga membutuhkan banyak prajurit untuk bertugas. Seringnya saat prajurit tersebut kembali , pada umumnya menderita cacat tubuh. Dalam versi live action ini digambarkan Holt Farier kehilangan tangan kirinya. Kekelamanpun juga melanda keluarga Holt Farier, saat isteri Holt Farier meninggal dan membuat hampir seluruh harta kekayaan terpaksa dijual dan hanya menyisakan sedikit kenangan yang berarti.
Dengan latar peperangan, merupakan hal yang wajar pula, jika digambarkan kehidupan sirkus sangatlah muram, terbelit dengan kesulitan keuangan ditambah semakin berkurangnya para pemain sirkus yang dapat tampil dalam pertunjukan.
Ada perbedaan yang sangat mencolok antara film Dumbo versi animasi dengan versi live action.
Pada versi animasi, Dumbo ditemani dan diajarkan banyak hal oleh seekor tikus bernama Timothy. Adapun pada versi live action, Dumbo ditemani dan diajarkan bagaimana cara terbang oleh anak-anak Holt Farier.
Pertimbangan penghapusan karakter Timothy oleh Tim Burton ini sempat menjadi salah satu pembahasan menarik di sosial media twitter
Ini dikarenakan pada versi live action, akan terasa aneh jika ada seekor tikus yang dapat berbicara serta menemani Dumbo. Pada versi live action, mau tak mau memang harus ada penyesuaian alur cerita dan penggantian karakter ini terasa lebih pas.
Anak-anak keluarga Holt diperankan oleh dua aktor prndatang baru yaitu Finley Hobbinsr dan Nico Parker. Akting mereka berdua cukup menarik dan tidak mengecewakan, cukup mewakili anak-anak yang cerdas karena situasi , namun agak lemah saat adegan yang memerlukan emosi yang kuat, seperti saat akhirnya berjumpa kembali dengan ayah mereka setelah lama pergi berperang. Tidak cukup ekspresi mendalam , saat menyadari pertama kali bahwa ayah mereka kehilangan lengan kirinya, serta sungguh sayang agak kurang dijelaskan mengapa dalam peperangan ayah mereka kehilangan lengannya. Apabila lebih dijelaskan mungkin unsur noirnya akan lebih terasa. Pertimbangan lain mungkin pada agar alur cerita tidak melebar kemana-mana.
Colin Farrell bermain menarik , terlihat kemampuannya menahan diri karena bintang dalam film ini adalah Dumbo. Adegan paling menarik adalah saat memanjat dengan satu tangan untuk membebaskan Dumbo. Adapun aktor dan aktris yang lain bermain sesuai dengan karakter masing-masing , sehingga fokus film tetap pada Dumbo, tidak melebar pada aktor dan aktris yang lain.
Tampilan CG Dumbo sangat bagus. Walaupun tujuan awal film ini dibuat dalam versi 3D, namun berkat kemajuan teknologi maka masih dapat dilihat pada layar 2D, tanpa banyak gangguan yang berarti. Namun tentunya jika mengingnkan hasil yang memuaskan, amat disarankan untuk menontonnya melalui versi 3R. Terlebih lagi saat adegan demi adegan Dumbo terbang. Tampilan gambar benar-benar mulus dan tanpa cela yang mengganggu.
Terakhir, film Dumbo sangatlah baik ditonton oleh anak-anak jaman sekarang , karena cerdas memberikan alur jalan cerita dan cukup menghibur .
(Nuty Laraswaty)