Dalam rangka perayaan Hari Film Nasional 2022 pada hari ini, Netflix mengajak para sineas Indonesia untuk berbincang mengenai pencapaian, situasi terkini, tantangan, serta harapan mereka terhadap industri film Indonesia. Melalui program On the Scene yang tayang di kanal YouTube Netflix Indonesia, Mira Lesmana, Ernest Prakasa, Muhammad Zaidy, dan Shanty Harmayn saling berbagi perspektif menarik yang menjadi refleksi untuk perkembangan perfilman Indonesia.
Perjalanan tanpa henti untuk melahirkan karya terbaik
Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak film Indonesia yang meraih penghargaan – baik dari dalam negeri maupun kancah global. Menurut produser Miles Films, Mira Lesmana, hal ini menjadi sebuah kebanggaan dan motivasi bagi para sineas untuk semakin berlomba membuat mahakarya. “Kita semua yang berada di industri film Indonesia berusaha untuk membuat karya terbaik yang bermakna dan memiliki kualitas yang semakin bagus.” Mira juga menegaskan bahwa sebaiknya para sineas jangan pernah merasa telah mencapai cinematic excellence, dan justru terus berusaha untuk menggapainya.
Eksplorasi genre menjadi kian penting
Produser BASE Entertainment, Shanty Harmayn, menegaskan bahwa industri perfilman Indonesia harus memperkenalkan genre-genre baru dan bagaimana metode untuk penceritaan harus sangat eksploratif, “The demand of watching saat ini sudah berbeda. Penonton lndonesia tidak hanya menonton film lokal, tetapi dimanjakan dengan begitu banyak variasi. Oleh karena itu, industri film Indonesia harus mengeksplor genre-genre baru.” Sutradara Ernest Prakasa turut berpendapat bahwa selain mengeksplorasi genre, para sineas dapat mencoba melakukan breakthrough dengan ide-ide yang selama ini dianggap kurang menjual. “Contoh-contoh kecil seperti itu bagi saya sangat refreshing,” ujarnya.
Perfilman Indonesia di masa pandemi
Masa pandemi yang dimulai pada tahun 2020 menjadi tantangan tersendiri bagi semua orang, tak terkecuali para sineas Indonesia. Di tengah situasi yang cenderung membuat frustrasi, mereka mencoba untuk beradaptasi dan semakin menyadari pentingnya berkolaborasi. “Ketika menghadapi tantangan yang semakin besar, seperti pandemi ini, kita harus berkolaborasi dan saling bertukar ide karena kita gak bisa menghadapinya sendirian,” ujar Shanty. Di sisi lain, Produser Palari Films, Muhammad Zaidy (Eddy) berpendapat bahwa situasi pandemi bisa menjadi penanda zaman, “Ada dua jenis film yang dapat dilihat dari zamannya; film setelah Perang Dunia II dan film yang lahir setelah atau saat pandemi COVID-19. Saya rasa itu juga menjadi sebuah penanda bagaimana karya-karya itu dikenal dan mungkin kita bisa mengidentifikasinya di kemudian hari.” Eddy pun menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap streaming platform seperti Netflix yang “ketika di masa-masa sulit, filmmaker dapat terbantukan karena kami punya platform untuk tetap berkarya.” Dia juga menambahkan bahwa bioskop dan streaming platform harus hidup berdampingan dan para sineas harus bisa beradaptasi.
Regenerasi dan masa depan perfilman Indonesia
Para sineas merasa optimis terhadap masa depan industri film Indonesia. Mereka berharap ke depannya lebih banyak sekolah film yang berdiri untuk melahirkan sineas muda, lebih banyak perempuan yang bekerja di industri film dan cerita tentang perempuan, serta terciptanya lingkungan yang aman bagi para pekerja film di industri ini. Selain itu, Ernest juga berharap semakin banyak penonton yang menghargai hasil kerja keras para sineas Indonesia dengan tidak menonton karya di platform bajakan. Ia juga menilai platform streaming seperti Netflix dapat membantu untuk meningkatkan solidaritas dan apresiasi terhadap film-film Indonesia. “Netflix punya visi yang jelas dan menghargai para sineas. Kehadirannya menjadi wadah untuk kita bereksperimen, berkreasi, memiliki idealisme, dan ini pasti akan berdampak positif untuk industri film Indonesia,” ujar Ernest.
Saksikan diskusi para sineas selengkapnya di bawah ini dan selamat Hari Film Nasional!