Film Perempuan Tanah Jahanam telah mendapat julukan sebagai film horor yang mengerikan. Namun, lebih tepat lagi jika dikatakan twist yang diberikan ternyata sangat mengejutkan, dan membuat banyak penonton kaget, lalu menceritakan kembali rasa kaget mereka kepada kenalan dan keluarganya, sehingga membuat rasa penasaran akan film ini meningkat. Disandingkan dengar strategi marketing yang mumpuni, maka tak terasa film ini pun menjadi tontonan wajib yang harus diutamakan, dibandingkan dengar film horor lain yang sejenis.
Film dibuka dengan sebuah adegan mengejutkan dan dialog khas orang dewasa yang vulgar, seolah menegaskan dalam beberapa menit ke depan, alur cerita semacam inilah yang akan dihadapi oleh para penonton, dan batasan usia yang tepat untuk menonton. Melalui tone yang gelap, sendu dan kelam, jalan pikiran penonton dibawa ke dunia yang penuh dengan aura kegelapan, bagaikan persekutuan manusia dengan roh jahat. Seolah tiada sedikit pun aura kebaikan.
Semua seakan dibawa oleh nuansa, bahwa hanya kegelapan jadi satu-satunya jalan keluar bagi persoalan yang tengah mereka hadapi setiap waktu. Dan karena persoalan ini menyangkut esensi dasar manusia, yaitu mendapatkan keturunan yang layak dan normal, maka jalan keluar yang ditawarkan oleh pemimpin mereka seolah menjadi jalan keluar yang tak terbantahkan. Dan dunia ini yang penuh aura kegelapan ini memberikan ruang pada kepatuhan yang membabi-buta, dan kerelaan untuk mengikuti petunjuk pemimpin mereka.
Joko Anwar berhasil memasukkan ide ini dengan cara halus dan terarah, sehingga penonton tak mampu lagi mempertanyakan atau menemukan hal-hal yang biasanya cukup mengganggu, dan menimbulkan banyak pertanyaan. Selepas menyaksikan film ini, audiens seolah baru saja memasuki sebuah dunia yang unik serta penuh kegelapan, dengan penduduk yang bertingkah laku tidak lazim tapi bisa diterima oleh nalar dan logika.
Setting yang dibangun pada lokasi yang jauh dari unsur-unsur modern, dibanding tempat yang biasa dihuni oleh Maya (Tara Basro) dan Dini (Marissa Anita), sangat meyakinkan tetapi juga terasa sentuhan artistiknya, sehingga mampu membuat penonton berdecak kagum dan terpesona. Terasa kemegahan yang dahulu pernah dialami di masa kejayaannya, jauh sebelum aura kegelapan hadir, dan menjadikan kegelapan sebagai satu-satunya jalan keluar.
Dalam trailer yang dipamerkan oleh pihak produksi, kengerian yang berujung pada ketundukan para penduduk terlihat dari raut wajah Maya. Dan inilah akhirnya yang juga membuat Maya terlibat lebih jauh dalam situasi ini, juga mengapa Maya lebih merasa harus menyelamatkan diri, karena sumbernya adalah dari leluhurnya, dan hanya inilah jalan satu-satunya.
Penggiringan pola pemikiran ini sangatlah menarik, karena Joko Anwar berhasil menghipnotis para penonton dengan dialog-dialog yang tepat sasaran. Singkat tetapi padat, menyentuh tatanan sosial manusia sekaligus menyajikan misteri, tapi juga memberikan kepuasan pula bagi penonton yang merindukan adegan-adegan jump scare dalam takaran yang pas, sehingga tidak terasa membosankan.