Apa jadinya jika karakter fiksional superhero yang selama ini hanya kita temui dalam medium komik dan film hadir dalam kehidupan nyata bahkan turun ke jalan bersama? Mungkin dalam sekejap masyarakat akan terkejut sekaligus terkesima melihat aksi dan atraksi yang mereka lakukan. Kisah seperti ini hadir dalam sebuah dokumenter yang dibesut oleh Matthew Ogens berjudul Confessions of a Superhero. Telah dirilis pertama kali di SXSW pada 10 Maret 2007 silam, film ini sukses menuai respon positif dari kritikus, bahkan rating-nya di RottenTomatoes solid 100% dan berhasil masuk ke dalam jajaran nominasi penghargaan New Media Film Festival di tahun 2010.
Film ini mengisahkan tentang kehidupan dan kebiasaan dari tiga orang pria dan seorang wanita dengan latar belakang kehidupan yang berbeda namun sama-sama terobsesi dengan dunia superhero. Ialah Christopher Dennis yang dibesarkan di Los Angeles sebagai seorang yatim piatu dan mulai terobsesi dengan segala hal mengenai Superman. Sedangkan, Jennifer Wenger dulunya adalah seorang pemandu sorak di sebuah kota kecil sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Hollywood untuk menggeluti dunia akting. Namun, beda lagi dengan nasib Joseph McQueen yang sempat luntang-lantung menjadi tunawisma selama empat tahun, sebelum akhirnya ia mulai terobsesi dengan dunia kehidupan Hulk, serta yang terakhir, Maxwell Allen yang mengaku sebagai mantan mafia dengan masa lalu kelam yang menganalogikan garis nasibnya sesuai dengan apa yang dialami Bruce Wayne. Mereka berempat melakukan aksinya berseliweran di Hollywood Walk of Fame menggunakan kostum dan atribut lengkap layaknya seorang pahlawan super, mulai dari menegur masyarakat yang merokok sampai melakukan foto bareng yang kemudian dijadikan sebagai lahan pekerjaan bagi mereka.
Ya, hal ini memang benar adanya di kehidupan nyata, di mana sekelompok orang mulai menyamar sebagai seorang superhero di sudut jalanan Hollywood dan memperoleh penghasilannya hanya melalui tips dari wisatawan yang lewat dan mengajak berfoto bersama. Namun, dalam menjalani profesinya tersebut, terdapat kekhawatiran yang dirasakan oleh awam. Apakah mereka adalah utusan resmi dari pihak film? Ataukah mereka nyatanya mengganggu turis atau malah menyediakan layanan yang diperlukan? Kehadiran mereka banyak dianggap sebagai artis jalanan, tapi di sisi lain, banyak dari mereka yang memiliki motif atas dasar sukarela melakukannya.
Baca juga: Dian Sastro Bicara Cinta dan Akting yang Bermakna