Festival Film Jepang telah berlangsung dari tanggal 4-6 November 2022 di CGV Grand Indonesia Jakarta
Berikut ini adalah pengalaman kontributor Cinemags yang telah menonton hampir sebagian besar film-film yang diputar di jakarta
1. Lesson in Murder
Film ini membuat penonton terpaku di kursi masing-masing sejak awal hingga akhir karena terus bertanya-tanya dan mencari jawab siapa sesungguhnya pelaku pembunuhan yang tidak diakui oleh pembunuh berantai yang menjadi bintang di kisah ini.
Ini menceritakan mengenai pengungkapan pembunuhan sadis yang ternyata agak berbeda tata caranya dengan korban yang ditemukan terakhir. Yamato adalah pembunuh yang memiliki ciri khas mencabuti kuku tangan korban, namun hal ini tidak terjadi pada korban terakhir Kaoru Nezu. Karena itu Yamato meminta agar Masaya menyelidiki siapa sesungguhnya pembunuh yang sebenarnya.
Jalinan cerita yang penuh dengan twist dan kejutan ternyata berkisah lain. Adegan demi adegan, narasi demi narasi mengungkap banyak fakta yang membuat penonton terus penasaran akan siapa pembunuh yang sebenarnya.
2.Anime Supremacy
Judulnya sedikit mengecoh penonton yang awalnya mengira ini adalah film animasi, namun setelah disaksikan ternyata film ini menceritakan mengenai sengitnya persaingan di antara sutradara film animasi untuk mendapatkan gelar Haken , atau film animasi yang paling popular. Film ini merupakan adaptasi dari novel karya Mizuki Tsujimura dengan judul Haken Anime.
Film ini dimulai ketika Hitomi Saito (Riho Yoshioka) sedang diwawancara untuk bergabung di salah satu perusahaan pembuat film animasi terkenal di Jepang bernama Tokei Animation. Dan jawabannya sangat meyakinkan yaitu Chiharu Oji, yang merupakan sutradara terkenal yang menjadi idola Saito.
Nah siapa sangka 7 tahun kemudian, Saito yang sudah menjadi sutradara ditugaskan untuk membuat film animasi pertamanya dan kemudian dia harus bersaing dengan sang sutradara idola yang telah sekian tahun absen membuat animasi.
Dalam debutnya sebagai sutradara Saito membuat sebuah serial animasi yang berjudul “Sound Back, Playing Stone,” alias “Soundo Bakku , So no Ishi”. Namun digambarkan dalam film ini bahwa semangat sang sutradara kadang-kadang terguncang karena suasana dan harapan produser, Osamu Yukishiro yang menempatkan bisnis di tujuan utama.
Sementara pesaingnya, sutradara kondang yang come back Chiharu Oji (Tomoya Nakamura) muncul dengan film berjudul Fate Front: Liddle Light atau Unmei Sensen Rideruraito. Kedua film animasi ini khusus diciptakan untuk mendukung cerita film ini. Produser film ini Kayako Arishina (Machiko Ono) yang juga sangat mendukung Oji pun mencurahkan segala kemampuannya untuk film ini.
Demikianlah akhirnya Saito harus berjuang untuk membuat episode terakhir Soundback yang penuh tantangan. Namun akhirnya semua kru ternyata mendukung Saito. Namun bagaimana akhirnya, film animasi manakah yang akan mendapat gelar haken atau supermasi?
3.And So The Baton is Passed.
Hadir sebagai film pembuka, merupakan sebuah film drama keluarga yang mengharukan sekaligus mengandung unsur komedi dan tentu saja alur cerita yang tidak biasa. Bayangkan seorang gadis bernama Yuko bisa sekaligus memiliki tiga orang ayah. Dan ketiga nya hadir pada pernikahannya.
Gadis yang lain memiliki banyak persamaan dengan Yuko. Miitan namanya. Dia gadis kecil yang cantik dan sedikit cengeng dan juga tinggal bersama ayahnya Mito. Miitan sering kali menangis karena tidak pernah mengenal ibunya yang sudah meninggal dunia sejak Miitan kecil. Hanya ada sebuah foto lama ketika ibu tercinta menggendong Miitan yang masih bayi.
Kisah Yuko dan Miitan terus berjalan secara berbarengan walau kemudian tampak kesamaan yang mungkin hanya kebetulan. Miitan kecil ingin sekali punya piano sehingga ibu tirinya Rika, kemudian mendapatkan suami baru yang kaya raya. Untuk sementara Miitan dan Rika hidup berkecukupan. Namun Rika ternyata cepat bosan dan kembali meninggalkan Miitan di bawah asuhan ayah tirinya.
Dengan alur yang lambat, film ini memberikan kejutan yang menarik, dan akan membuat penonton merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan secara bersamaan.
4. Liar x Liar
Kisahnya tentang Minolta dan saudara tirinya,Toru , yang kebetulan sama sama berusia 20 tahun, Mereka menjadi saudara tiri karena ayah dan ibu mereka memutuskan untuk menikah kembali dengan masing masing membawa anak ketika mereka masih kecil. Namun Minolta dan Toru tidak akur walau keduanya kuliah di universitas yang sama.
Namun sebuah insiden di Shibuya ketika Minota sedang memakai kostum anak SMA secara tidak sengaja bertabrakan dengan Toru dan jatuh. Toru kaget dan menyebut nama Minota. Minolta mengaku sebagai gadis lain bernama Mina. Di luar dugaan ternyata Toru suka dengan Mina.
Nah dalam memainkan dua peran inilah banyak adegan-adegan dan ucapan yang lumayan lucu sehingga memancing gelak tawa penonton. Sehingga walau bergenre drama film ini bisa dikategorikan juga sebagai drama komedi.
5.Inu-Oh
Dalam narasi banyak dikisahkan tentang Noh, yang merupakan pertunjukan tarian klasik Jepang yang sudah ada sejak abad ke 14. Dalam film ini, kita seakan-akan diajak kembali ke masa sejak abad ke 12 hingga 15 terutama melalui penampilan musik yang alunannya lumayan indah, klasik, dan sekali-kali juga bernuansa modern.
Penonton dapat menikmati konser dan iringan musik yang walau pun berasal dari ratusan tahun yang lalu, tetapi tetap bisa memukau penonton di abad ke 21 ini. Gaya dan liriknya pun tidak kalah dengan konser penyanyi top masa kini.
Dua tokoh utama dalam animasi ini , akan mengungkap banyak hal berkaitan dengan sejarah dan budaya Jepang.
6.Not Quite Dead Yet
Alur kisah mengenai Nanase Nobata yang saat ini sedang kuliah di tahun-tahun akhir di Universitas. Nanase merupakan putri seorang CEO atau presiden di sebuah perusahaan farmasi bernama Kei Nobata. Sejak kecil Nanase dididik oleh ayahnya untuk menjadi anak yang pintar dan cerdas serta menguasai sains, ayahnya juga seorang ilmuwan yang handal dan sedang mengerjakan penelitian untuk menemukan berbagai macam obat Ajaib.
Dikisahkan bahwa perusahaan Kei Nobata sedang mengerjakan suatu proyek menciptakan obat ajaib yang bisa membuat awet muda yang dinamakan Romeo. Proyek ini dipimpin oleh seorang karyawan yang dipanggil kakek walau berpenampilan masih muda. Nah ternyata dalam penelitian mengerjakan Romeo, dihasilkan juga Juliet, yaitu sebuah pil yang dapat membuat orang yang meminumnya meninggal selama dua hari atau 48 jam dan sesudah itu hidup kembali.
Not Quite Dead Yet yang bisa dimasukkan ke dalam berbagai genre, baik drama, komedi, thriller dan bahkan sedikit supernatural.
Festival Film Jepang di Jakarta memang telah berakhir , namun masih ada di Makassar 18-20 November dan di Bandung 2-4 Desember 2022.
Kreator: Taufik Uieks
Editor : Nuty Laraswaty