Made for Love adalah salah satu serial komedi , sci-fi yang ditayangkan eksklusif di HBO GO, mulai tanggal 1 April 2021 . Made for Love , dibintangi antara lain oleh Cristin Milioti (Hazel Green) , Billy Magnussen (Byron Gogol) dan Ray Romano (Herbert).
Alur ceritanya yang terkesan agak aneh dan futuristik, memang akan membuat beberapa penonton merasa janggal dan juga bertanya-tanya apakah hal seperti ini akan dapat terjadi di dunia nyata ke depannya?
Baca juga : Made for Love mulai tayang 1 April eksklusif di HBO GO
Beberapa waktu yang lampau, Cinemags diwakili Nuty Laraswaty, mendapatkan kesempatan eksklusif untuk dapat berbincang-bincang bersama pemeran utamanya yaitu Cristin Milioti, yang menceritakan beberapa pendapat pribadinya akan serial ini.
Berikut adalah rangkumannya
Q: Bagaimana cara dirimu memerankan karakter Hazel Green ini dikarenakan ia seolah berkembang dan menemukan jati dirinya sejalan tiap episode berlangsung. Apakah kamu langsung mengetahui juga akhir kisah ini, saat menerima naskahnya atau seperti juga para penonton mengetahui perkembangan karakter Hazel Green per episode?
Cristin Milioti :
Saya hanya mengetahui secara garis besar saja akan alur cerita Made for Love, namun tidak begitu mengetahui secara detilnya. Di awal , saya hanya membaca 3 atau 4 draft naskah , sebelum akhirnya memutuskan untuk terlibat dalam film ini. Namun semuanya berubah karena beberapa alasan, sehingga mereka menulis ulang naskahnya. Namun saya merasakan kaitan erat antara ketiga karakter utama ini (Red: Hazel Green, Byron Gogol dan Herbert) sehingga mereka eksis pada dunianya.
Saya juga membaca bukunya (Red: novel karya Alissa Nutting), dan walaupun alur cerita pada serial ini berbeda dengan bukunya, namun saya banyak berdiskusi dan banyak pula melakukan observasi , sehingga terciptalah akting saya sebagai Hazel Green.
Q: Menurut pendapatmu, teknolgi mendekatkan atau menjauhkan manusia?
Cristin Milioti :
Menurut pendapat saya, terutama dalam kondisi saat ini, teknologi memberikan semacam ilusi, bahkan terkadang terkesan adanya perasaan kesepian. Saya sendiri bukan penggemar, seperti Instagram, lalu mengaangap wah ini sesuatu hal yang hebat. Walaupun di satu sisi merupakan sesuatu hal yang luar biasa dapat melihat video, berbicara dengan orang, melakukan interview dengan mudah, mencari musik dengan mudahnya via you tube misalnya. Entahlah, terasa bagi saya seolah ada dinding pemisah tersendiri, yang membatasi manusia untuk benar-benar berkomunikasi secara nyata. Sebagai contoh, saya tidak dapat menemukan suatu kebahagiaan nyata saat selesai mendengarkan kumpulan musik dari you tube, jika dibandingkan dengan kebahagiaan saat tanpa sengaja bertemu dengan teman lama di jalan.
Saya hanya merasa teknologi seolah ilusi yang terlihat seperti menghubungkan manusia, namun saya merasa bahwa teknologi yang banyak membantu saya selama pandemi ini juga mengandung unsur yang tidak bisa sepenuhnya saya percayai, dalam menghubungkan antar manusia.
Q: Serial ini dapat dikatakan menunjukkan jenis perkawinan yang banyak diwarnai kekerasan. Terkait dengan banyaknya kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi selama masa lockdown , bagaimana pendapatmu apakah karakter Hazel Green, mampu menampilkan perhatian akan isyu ini bagi para penontonnya?
Cristin Milioti :
Yah isyu itu memang merupakan isyu yang mengerikan. Menurut saya, jika ada suatu cara untuk meminta pertolongan ini akan menjadi suatu hal yang luar biasa. Saya turut bersimpati akan segala hal yang terkait akan isyu tersebut. Ini merupakan hal nyata yang sangat berbahaya. Saya merasa lega, hal tersebut saat ini menjadi sebuah isyu yang dibahas dan akan kesadaran semakin banyak orang yang mengetahui isyu tersebut.
Jika serial ini mampu memberikansuatu hal lain dalam proses terkait isyu tersebut, maka hal itu akan sangat luar biasa dan sangat lega karena dapat memberikan bantuan bagi yang membutuhkannya.
Berikut adalah cuplikan video trailer Made for Love