Tahap Awal Produksi Film Ala Produser Salman Aristo
Tulisan kiriman dari Muhammad Fadhil Raihan
Industri film Indonesia berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Hadir film-film berkualitas yang mampu menarik minat penonton terhadap perfilman Indonesia. Film berkualitas tersebut tidak terlepas dari pengelolaan proses produksi film yang baik. Proses produksi film ini memiliki tahap yang rumit dan cukup lama.
Perlu dipikirkan proses yang matang agar tercipta sebuah film yang berkualitas.
Salah satu sineas asal Indonesia, Salman Aristo, menyampaikan bahwa langkah awal dalam produksi film adalah membuat skenario.
Film adalah soal menyampaikan sebuah cerita, jadi hal pertama yang harus dibuat adalah skenario atau cerita itu
sendiri. Proses produksi skenario dilakukan dalam development room atau writers room. Produksi ini dilakukan oleh Head of development, Story developer, researcher, story editor, writer, serta sutradara dan produser.
“Produser itu bukan cuma memproduksi ketika syuting, tetapi juga memproduksi skenario. Sebelum ia mengontrak artis-artis yang pertama dilakukan adalah menghubungi penulis skenario, karena kalau skenario enggak ada semua, enggak bisa jalan,” ucap Salman yang juga merupakan CEO dari Wahana Kreator Nusantara pada Selasa (20/4/21).
Peran Penting Produser
Menurut sineas alumni Fikom Unpad ini, salah satu orang yang paling berperan dalam development room adalah produser. Produser harus mampu memikirkan aspek bisnis dan seni dari sebuah film. Untuk memenuhi aspek tersebut produser juga perlu memikirkan sebuah cerita yang dapat menarik penonton. Tidak hanya soal isi cerita,
tetapi juga bagaimana cara menceritakannya dan siapa orang yang tepat untuk menceritakannya.
Dalam development room terdapat tiga peran yang sangat penting dalam produksi sebuah skenario, yaitu produser, sutradara, dan penulis skenario. Dalam tiga tim tersebut terdapat beberapa elemen lainnya yang berperan dalam produksi skenario.
Banyaknya elemen ini harus dapat dikendalikan dan dikelola dengan baik oleh seorang produser.
“Ketika produser tidak berhasil mengontrol development room, maka akan berubah menjadi development hell. Misalnya skenario enggak keluar dari development, produser perlu tahu siapa yang harus didengar, dan komentar siapa yang harus didengar,” jelas Salman.
Skill Mengelola Development Room
Untuk menghindari development room yang ‘terbakar’ diperlukan skill yang baik oleh semua peran yang terlibat. Seorang produser harus memahami dirinya sendiri, karena dalam development room selalu berhubungan dengan tim lain. Menurut Salman, kerja dalam development room ini adalah soal memberikan komentar. Komentar yang
diberikan bukan hanya pendapat, melainkan soal pemikiran.
“Untuk membentuk skill tersebut dibutuhkan tiga aspek, yaitu visi, film making, dankolaborasi. Dalam aspek visi, seorang produser harus paham soal konteks, konsep, dan konten. Produser juga harus memiliki sifat leadership dan management dalam mengelola development room dan tahap produksi film,” tambah Salman.
Dalam proses produksi film diperlukan lingkungan development room yang sehat.
Selain skill yang baik, setiap orang dalam development room juga harus memiliki empati. Empati ini meliputi memenuhi hak pekerja, mengenali rekan pekerja, memahami kondisi keahlian, fisik dan mental, serta waktu dan energi. Seorang produser juga harus menempatkan setiap peran sebagai problem solver.
“Development room itu harus menjadi ruangan yang safe, ruang aman dan nyaman. Di sini akan menjadi tempat orang untuk mencurahkan isi hati, pemikirannya, dan pandangannya tanpa harus mengalami suatu hal yang membuatnya tidak nyaman dan aman,” tambah Salman.
Selain itu, setiap orang dalam development room juga harus mengutamakan cerita atau film. Produser, penulis, dan peran lain tidak boleh mengutamakan diri sendiri dan merasa baper ketika dikomentari oleh yang lain. Maka dari itu, untuk menumbuhkan ruangan yang aman harus ditanamkan seni menyimak dalam development room.
Ruang Pengembangan Development room akan menjadi ruang sebagai wadah mengembangkan cerita atau
film. Revisi skenario merupakan salah satu tahap pengembangan film. Dalam ruang pengembangan ini harus ditanamkan sikap pantang menyerah untuk memperbaiki kesalahan dan kegagalan.
Salman mengatakan bahwa dalam menyampaikan revisi terdapat sebuah seni khusus.
Setiap orang harus memiliki rasa percaya diri, namun tetap rendah hati. Kemudian dalam revisi juga harus ditemukan pola masalahnya agar lebih mudah mencari solusi.
Terakhir, penyampaian kritik ketika revisi juga terdapat seni khusus.
“Seni kritik ini dilakukan agar orang tidak merasa tersinggung ketika dikritik. Ruangan development ini harus sehat, semua orang harus merasa dihargai,” jelas Salman.
Proses produksi skenario dalam development room harus dilakukan secara matang, karena skenario menjadi dasar dalam jalannya produksi film. Setiap pihak yang terlibat harus memiliki skill dan seni agar tercipta development room yang sehat. Jika ruang pengembangan memiliki lingkungan yang sehat, maka kegiatan produksi film
juga akan berlangsung dengan sehat.