Genre horor di Amerika Serikat memang tengah kembali menggeliat pasca kesuksesan franchise Paranormal Activity, Insidious dan The Conjuring. Terakhir kali, film-film horor menjadi ‘raja’ terjadi pada periode 70-80an dengan kesuksesan besar The Exorcist (1973), Halloween (1978), dan Poltergeist (1982). Ada hal menarik dari fenomena kebangkitan film horor dewasa ini. Pertama, kebanyakan film diproduksi dengan bujet yang minim. Kedua, film-film yang mampu menarik minat audiens dibuat dengan pendekatan retro layaknya film-film horor lawas. Tak terkecuali dengan film yang penulis bahas kali ini. Berjudul It Follows, film indie garapan David Robert Mitchell ini dinilai sebagai salah satu film horor paling menakutkan tahun ini.
Kisahnya mengetengahkan seorang gadis bernama Jay (Monroe) yang mengalami gangguan supernatural usai berhubungan intim dengan Hugh (Weary), lelaki yang baru dikenalnya. Wanita berambut pirang ini selalu merasa diikuti oleh sosok makhluk seram berwujud manusia yang hanya bisa dilihat olehnya saja. Untuk dapat menghilangkan ‘kutukan’ tersebut, Jay harus secepatnya berhubungan badan dengan lelaki lain karena jika makhluk itu sampai berhasil menyentuh tubuhnya maka nyawa Jay akan melayang. Dibantu oleh adik perempuan dan dua sahabatnya, Jay harus segera mencari solusi terbaik agar makhluk tersebut hilang dari hidupnya.
Apa yang tersaji dalam It Follows memang mirip dengan formula yang digunakan film horor-horor lawas. Ketakutan banyak dibangun melalui suasana-suasana hening dan music scoring. Menariknya film ini justru berhasil memberikan atmosfer ketakutan lewat pergerakan kameranya ke arah kanan atau kiri (teknik panning). Sosok monsternya juga sangat menakutkan karena tidak dibuat dengan efek CGI melainkan sosok manusia dewasa yang menyeramkan dan terkadang datang dengan telanjang. Jika dicermati sekilas, konsep kutukan dalam film ini mirip dengan konsep kutukan dalam Ringu/The Ring di mana ada proses pendelegasian kutukan dari satu korban ke korban yang lain. Namun, banyak kritikus berpendapat bahwa konsep penyebaran kutukannya mirip dengan proses penyebaran penyakit menular seksual (PMS) atau HIV/AIDS karena ‘penyakit’ ini hanya bisa disebarkan ketika berhubungan badan.
Ide film ini didapat dari sang sutradara ketika ia sering bermimpi diikuti oleh makhluk-makhluk menyeramkan di masa kecilnya. Beberapa referensi tentang kematian juga terdapat dalam film, di antaranya saat guru bahasa Inggrisnya membacakan novel The Love Song of J. Alfred Prufrock karya T.S Elliot serta ketika salah satu sahabatnya membacakan kutipan dari novel The Idiot karya Fyodor Dostoevsky. It Follows pertama kali tayang di gelaran bergengsi Cannes Film Festival 2014 dengan sambutan yang positif. Mayoritas kritikus menyukai filmnya kerena memiliki naskah yang pintar, akting yang apik dan atmosfer horor yang menegangkan.