Hamilton menjadi sensasi besar di ranah teater panggung sejak mengawali debut Broadwaynya pada bulan Agustus 2015, meski hype-nya sudah berembus pada tahun 2013 ketika drama panggung musikal ini dipentaskan untuk pertama kalinya. Lin-Manuel Miranda adalah sosok jenius di balik produksi lakon drama Hamilton ini.
Jenius karena Hamilton yang mengetengahkan kisah tokoh pelopor kemerdekaan Amerika Serikat Alexander Hamilton ini menawarkan sajian yang terbilang tidak biasa. Drama kisah sejarah bersetting abad pertengahan ini disajikan dengan balutan genre musik Hip Hop masa kini, dan paduan yang notabene kontradiktif ini berhasil dengan baik. Tidak mengherankan jika kemudian berkat karya gubahannya ini Miranda mendulang segudang penghargaan, salah satunya Tony Award untuk Drama Panggung Musikal Terbaik.
Tidak hanya itu berkat kerjasama dengan Disney, drama panggung fenomenal ini kemudian memerluas sayapnya ke format tontonan digital. Sayangnya, rencana awal untuk dihadirkan sebagai film layar lebar tidak bisa terealisasi karena dampak pandemi global Coronavirus. Lakon drama Hamilton ini tergolong sebagai salah satu akuisisi termahal untuk kategori pembelian satu judul produksi, dengan Disney membeli hak cipta drama fenomenal itu senilai $75 juta.
Dan, menjelang Hari Kemerdekaan Amerika yang jatuh pada 4 Juli, lakon drama panggung musikal ini akhirnya bisa dinikmati penonton di seluruh penjuru dunia. Alih-alih mengadaptasi lakon drama itu dalam sebuah produksi film baru, Disney lebih memilih opsi menyiarkan rekaman eksklusif drama Broadway tersebut, dengan jajaran pemain aslinya, yang difilmkan selama tiga malam di teater Richards Rogers pada bulan Juni 2016, baik dengan audiens maupun tanpa audiens.
Penulis sendiri mengetahui perihal drama Hamilton ini secara tidak sengaja, yakni lewat salah satu tembangnya yang berjudul Guns and Ship. Rasa penasaran akan irama musik rap bertempo sangat cepat nan energik serta liriknya yang tidak biasa, sempat membuat terkejut saat mengetahui bahwa tembang ini merupakan bagian dari pertunjukan drama musikal yang dengan tema dan setting masa yang sangat bertolak belakang dengan pilihan aliran musik yang dipilih.
Hamilton berkisah mengenai sepak terjang politik dan kejatuhan tragis Alexander Hamilton (Lin-Manuel Miranda). Dari kedatangan pertamanya ke New York, kontribusinya terhadap negeri bersama George Washington (Chris Washington) dalam masa revolusi, banyak pertikaiannya dengan Thomas Jefferson, kehidupan pernikahannya yang naik turun dengan istrinya, Eliza (Phillipa Soo), dan tentu hubungan cinta/bencinya dengan rival politik yang berbeda ideologi dengannya, Aaron Burr (Leslie Odom Jr.).
Satu yang perlu ditekankan pertama kali mengenai sajian ini adalah Hamilton bukanlah sebuah film. Besutan Thomas Kail ini adalah gabungan pelbagai gaya, perpaduan antara aspek sinematik dengan lakon drama panggung yang menghasilkan komposisi yang sangat berbeda. Format sajiannya mirip dengan Cats, namun yang ini lebih impresif. Betapa tidak, dialog-dialog berat sarat muatan politik yang dikedepankan dalam drama ini hadir dalam bentuk adu rap.Terlebih, eksekusi Kail di sini terbukti mampu membuat sajian ini lebih impresif. Setiap momen yang ada mampu dimaksimalkannya untuk meraih perhatian penuh penontonnya.
Penampilan para pemainnya tidak perlu disangsikan lagi dan hal itu yang memang menjadi salah satu poin menonjol yang dapat dilihat secara transparan di sini. Sekaligus menjadi bukti sahih mengapa jajaran pemain dan drama ini sanggup mendulang banyak penghargaan.
Walaupun notabene gaungnya tidak sekencang beberapa tahun yang lalu, dengan durasi yang mencapai kisaran 3 jam, Hamilton sesuai dengan kaliber yang memang sudah disandangnya. Walaupun bukan menyaksikan live secara langsung, pancaran pesonanya tetap benderang dan setelah menyaksikannya mudah mengamini mengapa drama ini sanggup memikat banyak kalangan dan menjadi salah satu yang paling signifikan di jagat dunia drama panggung hingga sekarang.
Hamilton dapat disaksikan secara streaming di Disney+ sejak tanggal 3 Juli 2020