Docs by the Sea 2022 telah resmi berakhir pada Jumat, 26 Agustus 2022 lalu. Puncak rangkaian Forum dan Lab ini ditandai dengan pengumuman pemenang pada Malam Penghargaan yang disiarkan secara daring, sekaligus digelar secara luring di Bali, Indonesia.
Pada edisi ke-6nya, ajang Lab dan Forum internasional bagi para pembuat film dokumenter se-Asia ini digelar dalam format hybrid. Rangkaian Forum Docs by the Sea 2022, yang telah berlangsung sejak 22 Agustus, khususnya dihadiri secara luring dan daring oleh 90+ pelaku industri internasional yang merupakan
produser, komisioner, distributor, manajer program festival, dan agen penjualan film.
Para pelaku industri ini hadir menemui 50+ pembuat film dokumenter di balik 25 proyek terpilih dari 18 negara di Asia, untuk menjajaki kemungkinan kolaborasi internasional bagi proyek tersebut.
Sejak 2017, Docs by the Sea diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI, sebelumnya BEKRAF) bekerjasama dengan In-Docs, sebuah organisasi nirlaba yang berkomitmen untuk menumbuhkan budaya keterbukaan menggunakan film dokumenter.
Docs by the Sea 2022 juga didukung penyelenggaraannya oleh Docmonde dan Forum Film Dokumenter (FFD), dengan bantuan pendanaan dari the Franco-German Cultural Fund, serta dukungan dari Goethe-Institut Indonesien dan Institut Français d’Indonesie.
Docs by the Sea telah menjadi platform terdepan bagi pembuat film dokumenter kreatif se-Asia untuk merilis proyek mereka, serta menjembatani para pembuat film baru ini dengan sejumlah forum dokumenter internasional terkemuka. Baru-baru ini, proyek film My Sister Umi Aci (Indonesia), Mountain of Ashes (Thailand) serta The Bamboo Family (Myanmar) berhasil meraih penghargaan di Asiadoc 2021; demikian pula I am Walking (Thailand/Filipina/Malaysia/Singapura) berhasil mengakses DOK Co-Pro Market 2021 yang diselenggarakan oleh DOK Leipzig.
Berikut ini para pemenang penghargaan Docs by the Sea 2022:
- Docs by the Sea Pitch Award
Pendanaan eksklusif dari In-Docs untuk dua proyek film terpilih dari Indonesia, sebesar IDR 35.000.000 bagi setiap proyek.
SANDAN LOVE GARDEN | Indonesia
Luthfi Muhammad (Sutradara), Merio Felindra (Produser)
Gugi Gumilang, Direktur Eksekutif In-Docs menyatakan, “Proyek ini bercerita tentang pasangan muda yang berkomitmen untuk melepaskan diri mereka dari kesibukan dan keriuhan kota, namun harus dihadapkan dengan lapis kehidupan yang seperti tak dapat ditembus. Dua pembuat film muda ini merekam perjuangan pasangan tersebut untuk berdamai dengan ketegangan antara kehidupan tradisional dan modern. Kami percaya bahwa mereka bisa mengemasnya dalam sebuah kisah cinta tentang hasrat dan kepahitan mengejar mimpi.”
THE FORTUNE TELLER | Indonesia
Arfan Sabran (Sutradara, Produser), Cyrys Lamija Rose (Produser)
Gugi Gumilang, Direktur Eksekutif In-Docs menyatakan, “Proyek yang mengangkat tema akil balig ini menangani luka personal tokohnya dengan sangat unik dan berhasil menyentuh konsep identitas secara luas. Kami percaya bahwa akses leluasa terhadap sang protagonis dan suara visioner sang pembuat film dalam proyek ini dapat menghasilkan sebuah film yang kuat dalam sentuhan kelembutannya.”
2. DOK Leipzig Industry Docs by the Sea Prize
Undangan kepada satu (1) atau beberapa partisipan forum untuk mengikuti DOK Co-Pro Market, dibebaskan dari biaya pendaftaran sebesar EUR 375 dan disediakan akomodasi untuk tim selama 3 hari.
IN THE LIGHT OF DARKNESS | India
Koel (Sutradara), Koval (Produser)
3. Lyfta Award
Hibah pengembangan film sebesar EUR 5.000, dan pelatihan 360° bagi setidaknya satu (1) peserta forum. Dalam pelatihan, peserta membuat film dokumenter berbasis karakter berdurasi 3-8 menit dengan alur cerita yang kuat dan karakter sentral yang menarik.
Filmmaker akan menerima dukungan dari tim konten internal, yang terdiri dari para ahli dalam pembuatan film dokumenter, multimedia, serta antropologi, pedagogi, dan produksi dokumenter interaktif.
THE FORTUNE TELLER | Indonesia
Arfan Sabran (Sutradara, Produser), Cyrys Lamija Rose (Produser)
Beth Simpson dari Lyfta menyatakan, “Ini adalah cerita yang sensitif dan segar tentang seorang belia yang mengeksplorasi astrologi, fesyen, dan gender. Tema-tema ini akan menyatukan penonton-penonton muda kami dari berbagai belahan dunia. Kami terkesan dengan pitch dan materi visual proyek ini, serta kedekatan hubungan tim produksi dengan ceritanya. Kami tak sabar untuk menyelami kehidupan sang tokoh utama yang karismatik ini.”
4. DMZ Docs Award
Uang tunai sebesar USD 2.000 untuk satu (1) partisipan forum.
SHE WILL FIND THE SKY | Indonesia
Lies Nanci Supangkat (Sutradara), Sammaria Simanjuntak (Produser)
Sunah Kim dari DMZ Docs menyatakan, “Ini adalah proyek dengan dampak sosial yang signifikan. Kami percaya proyek ini bisa menyinggung permasalahan fundamental di berbagai masyarakat patriarkis. Para pembuat film ini telah memulai proyek ini dengan sangat berani di saat mereka hampir tidak punya pendanaan.”
5. Current Time TV
Uang tunai sebesar EUR 3.000 untuk satu (1) partisipan forum. ISLAND OF THE WINDS | Taiwan
Ya-Ting Hsu (Sutradara, Produser), Huang Yin-yu (Produser)
Galina Stepanova from Current Time TV menyatakan, “Current Time ingin memberikan penghargaan pada sebuah proyek yang menunjukkan dedikasi amat besar terhadap karakter dan ceritanya. Kami mengagumi sang sutradara yang telah mengikuti perjalanan para tokohnya selama bertahun-tahun, serta berada di samping mereka saat mereka berjuang mempertahankan rumah dan tempat mereka di masyarakat. Kami percaya materi yang terkumpul dari proses syuting bertahun-tahun ini, dipadu dengan visi penyutradaraan yang energik, akan menghasilkan sebuah film yang kuat dan humanis.”
6. Taskovski Film Training
Undangan pelatihan film untuk satu (1) proyek.
UNTITLED PROJECT | India
Pankaj Johar (Sutradara)
Esma Saric dari Taskovski Film Training menyatakan, “Kami telah menyaksikan berbagai proyek yang jelas mencerminkan kerja keras, kesabaran, dan kreativitas dari tim produksinya. Namun, kami memutuskan untuk memberi penghargaan kepada salah satu dari berbagai temuan berharga ini, sebuah proyek yang menginspirasi kami dengan idenya, usaha dan dedikasinya selama bertahun-tahun, serta kami rasa menjanjikan untuk sukses dalam waktu dekat.
7. Al Jazeera Documentary Award
Uang tunai sebesar USD 3.000 untuk satu (1) proyek.
IN THE LIGHT OF DARKNESS | India
Koel (Sutradara), Koval (Produser)
8. EST Award
Uang tunai sebesar USD 3,000 untuk satu (1) proyek film dengan durasi di bawah 20 menit yang tengah berada di tahap produksi manapun; dengan penceritaan berbasis karakter utama berlatar belakang Asia, melibatkan tim produksi asal Asia, produser Asia, dan/atau sutradara Asia. Topik yang menjadi fokus adalah seputar hak asasi manusia, human interest, serta subkultur/minoritas.
UNTITLED PROJECT | India
Pankaj Johar (Sutradara)
Stephanie Tangkilisan dari EST Media menyatakan, “Kami memilih untuk memberikan EST Award kepada UNTITLED PROJECT karena kami kagum dengan komitmen sang pembuat film terhadap proyeknya dan akses eksklusif yang ia miliki dengan tokohnya. Kami bangga dapat mendukung perjalanan film ini untuk berproduksi dalam bentuk yang lebih pendek.
Kami menantikan untuk bekerja sama lebih lanjut dengan Pankaj.”
Di samping dari proyek-proyek pemenang, seluruh pembuat film yang berpartisipasi di Docs by the Sea 2022 Forum juga berkesempatan untuk mengamankan kolaborasi produksi berskala internasional dengan para pelaku industri melalui 500+ sesi matchmaking yang berlangsung sepanjang minggu kemarin. Adapun para pelaku industri yang berpartisipasi tahun ini turut hadir mewakili berbagai festival dan institusi kenamaan; seperti misalnya Cannes Docs (Perancis),
Cinéma du Réel (Perancis), DW – Deutsche Welle (Jerman), DMZ Docs (Korea Selatan), IDFA (Belanda), NHK (Jepang), POV PBS (Amerika Serikat), Singapore International Film Festival, CPH:DOX Copenhagen (Denmark), Sundance Film Festival (Amerika Serikat), and Vision du Réel (Swiss).
Pada sesi Pembukaan Forum di 22 Agustus malam, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno, memberikan pengantarnya::
“Film dokumenter memiliki potensi menyampaikan pesan dan memfasilitasi pertumbuhan masyarakat di berbagai lini. Penting bagi kita untuk mempertemukan pembuat film dokumenter dan pelaku industri demi membangun ekosistem industri film yang menyeluruh dan sehat.
Melalui platform Docs by the Sea, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bercita-cita membangun ekosistem yang mampu membuka berbagai kesempatan pendanaan bagi industri film dokumenter.”
Setiap tahunnya, berbagai proyek dokumenter terpilih akan menerima lokakarya intensif yang memungkinkan mereka untuk menjalin hubungan dengan berbagai ahli dan praktisi dokumenter internasional dari berbagai latar belakang. Para mentor ini akan membimbing para pembuat film melalui tiga jenis lab: Storytelling Lab, Editing Lab, dan Creative Producing Lab (Lab Penceritaan,
Penyuntingan, dan Produksi Dokumenter Kreatif). Docs by the Sea 2022 khususnya menjadi bukti keanekaragaman cerita yang dimiliki Asia, diwarnai dengan sejumlah partisipasi baru dari negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Hong Kong, India, dan Bangladesh.
Sejumlah pembuat film yang berpartisipasi dalam Docs by the Sea 2022 mengakui bahwa platform ini menjadi ruang aman bagi mereka untuk membangun percakapan kreatif yang menyenangkan dan produktif. Terlebih lagi, mengingat setiap partisipan mulai dari tahapan yang berbeda-beda, serta betapa banyaknya proyek terpilih tahun ini yang mengangkat tema-tema yang sulit dibicarakan.
Docs by the Sea berencana akan kembali lagi di 2023, kemungkinan akan sepenuhnya dalam format luring, dengan harapan menjaring lebih banyak lagi proyek dokumenter dari berbagai penjuru Asia.