Homo Homini Lupus + cyber world + teens = doom.
Umumnya, dunia remaja digambarkan sebagai dunia yang cerah ceria, namun bukan perihal itu yang ditonjolkan dalam film drama kehidupan remaja asal negeri matahari terbit ini, di mana dalam film karya penyutradaraan sineas Shunji Iwai yang berjudul All About Lily Chou-Chou ini, dunia remaja yang ditonjolkan bernuansa gelap dan suram. Lewat film ini pula disorot perihal fenomena yang sering terjadi di sekolah-sekolah di Jepang atau mungkin di berbagai belahan dunia lainnya, yakni perihal perundungan di sekolah.
Lily Chou Chou (Salyu) adalah musisi fenomenal yang memiliki pengaruh sangat kuat di kalangan fans-nya. Bagi sebagian di antara mereka, Lily Chou Chou adalah segalanya, dan musiknya mereka puja-puja. Begitu pula bagi Yuichi Hasumi ( Hayato Ichihara), seorang pelajar yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Baginya, sang penyanyi adalah hal yang paling penting, sampai sampai Yuichi membuat situs fans Lily, di mana sebagai adminnya, memungkinkannya berinteraksi dengan banyak penggemar Lily lainnya.
Yuichi di sekolahnya seringkali dipermainkan, dijadikan bahan olok-olok, serta menjadi korban celaan teman-teman sekelasnya, khususnya oleh Shunsuke Hoshino ( Shugo Oshinari). Keseharian Yuichi diisi dengan berkeliaran bareng anak-anak nakal dan mencuri CD musik yang nantinya dijual kembali. Pemuda berusia 14 tahun tersebut terpaksa melakukan itu karena ancaman Hoshino yang tidak segan-segan menyiksa dan mempermalukannya.
Padahal, dulu keduanya bersahabat sejak awal masa SMP mereka. Sayangnya, Hoshino yang tadinya terkenal sebagai anak yang baik dan pintar, berubah perangainya setelah nyaris kehilangan nyawanya dalam liburan musim panas mereka. Ia mulai terlibat dalam kekerasan, perundungan, pemerkosaan, hingga menjebak seorang teman sekelasnya untuk melakukan prostitusi. Yuichi yang dipaksa Hoshino untuk selalu ikut dalam aksinya hanya bisa pasrah – dan menemukan pelarian dalam musik Lily Chou Chou.
Pada suatu hari Yuichi berjumpa dengan sesama fans Lily lainnya, yang memakai nama samaran Blue Cat. Lama-kelamaan, keadaan semakin tak tertahankan, dan ia merasa hanya Blue Cat-lah satu-satunya orang yang mengerti dirinya. Hingga pada suatu kesempatan, Lily mengadakan konser musik, dan Yuichi datang ke sana, tanpa menyadari bahwa ia akan mendapat kejutan yang tidak pernah diduganya sama sekali.
Dalam penyajiannya, Iwai membungkus rangkaian adegan yang ada dengan balas-balasan pesan antara para penggemar Lily Chou-Chou, yang dapat membuat penonton menebak-nebak nama panggilan apa di dunia maya yang digunakan karakter yang mana dalam cerita tersebut. All About Lily Chou-Chou bukanlah tipe film yang akan mudah dinikmati setiap kalangan, khususnya yang tidak sanggup menahan rasa bosan melihat sajian adegan minim dialog dan sarat gambar diam.
Intinya, jika Anda tergolong penonton biasa, besar kemungkinan tidak akan menyukainya. Film ini memiliki dua kemungkinan bagi yang menontonnya, mungkin akan membenci atau mencintai film ini, namun akan jarang yang menganggapnya biasa-biasa saja selain dua perasaan tersebut.
Tidak hanya itu, dalam memaparkannya, Iwai juga memilih teknik yang tidak biasa, yakni dengan menggabungkan gaya penceritaan maju kemudian mundur, dan kemudian bergerak maju lagi di paruh pertengahan menuju akhirnya. Namun, sudah tentu bukan itu kekuatan utama dari film ini, karena kedekatannya dengan realita yang ada akan membuat film yang dikemas secara artistik ini meninggalkan makna yang sangat dalam. Film ini ‘sakit’ dan depresif serta dapat membuat kita merasa miris melihat kaum remaja yang harusnya memiliki masa depan yang masih sangat panjang harus dihancurkan hidupnya hanya karena satu orang. Namun, itulah kenyataannya. Hidup memang bisa menjadi sangat kejam.
Didukung dengan penampilan apik para pemainnya, khususnya Hayato Ichihara dan Yu Aoi yang meski masih muda mampu memperlihatkan ekspresi yang meyakinkan di film yang tergolong minim dialog ini, All About Lily Chou-Chou sanggup menarik hati para penyuka film-film berkualitas. Seperti film pendahulunya, Love Letter, karyanya ini juga menimbulkan sensasi saat dirilis di Jepang. Film yang sukses melambungkan nama aktor Hayato Ichihara ini hingga sekarang dipandang sebagai salah satu karya terbaik sineas asal Jepang yang pernah ikut andil menyumbang satu sesi cerita dalam film omnibus New York, I Love You (2008) itu.
Who is Lily Chou-Chou?
Siapakah Lily Chou-Chou? Ia adalah tokoh fiktif yang diciptakan Shunji Iwai lewat novel internet karyanya, dalam bentuk situs bernama Lilyholic . Diceritakan ia adalah penyanyi Jepang yang memiliki banyak penggemar fanatik. “She was born on December 8th 1980, at 10.50 pm, the exact time Mark David Chapman killed John Lennon.” Menurut pendapat anggota forum pecinta Lily Chou-Chou yang ada di film ini, musik Lily Chou-Chou itu memiliki ether, yang menurut salah satu anggota dapat diartikan sebagai “a place of eternal peace”. Lily Chou-Chou adalah semacam pelarian dari kehidupan nyata mereka yang penuh kesemrawutan. Hanya dengan mendengar Lily Chou-Chou sajalah mereka dapat menemukan kedamaian. Untuk keperluan filmnya, Iwai mendapuk penyanyi bernama Salyu untuk menjadi personifikasi tokoh karismatik itu