Inilah film yang hanya melalui pengamatan sepintas sudah cukup untuk membuat banyak orang memasukkannya ke dalam kategori cult. Hal ini dikarenakan film yang kisahnya merupakan hasil adaptasi serial komik berjudul sama ini sarat dengan perihal absurd pun ‘ajaib’ yang bakal sulit dimaklumi dari kacamata normal siapapun. Film ini juga dikarenakan loyalitasnya yang tergolong tinggi pada sumber adaptasinya membuatnya menjadi kemasan sebuah film unik yang karena kekhasannya yang teramat kental, sulit dicari padanannya.
Diadaptasi dari komik karya kartunis Kanada Brian Lee O’Malley, film persembahan sineas Edgar Wright menyoroti dinamika kehidupan remaja yang umumnya kerap diwarnai problematika cinta. Di mana, jatuh cinta, patah hati, putus cinta, persaingan untuk mendapatkan sang pujaan hati, cinta bertepuk sebelah tangan, maupun penolakan cinta merupakan aspek-aspek yang bisa dikembangkan menjadi pondasi cerita yang menarik baik dari proses awal mula pendekatan hingga ke suka duka yang dijalani para pelakunya dan juga dampak yang timbul pada lingkungan maupun orang-orang terdekat mereka.
Melalui kisah ini kita akan diperkenalkan dengan tokoh pemuda bernama Scott Pilgrim (Cera). Untuk ukuran seorang pemuda seusianya kehidupan Scott sangatlah mengagumkan. Pasalnya pemuda kota Toronto ini satu kalipun belum pernah mengalami kesulitan memikat lawan jenisnya meski ia belum memiliki penghasilan tetap, berwajah rata-rata, dan sehari-harinya tinggal menumpang di flat milik sahabat baiknya; Wallace Wells (Culkin). Hingga suatu ketika kehidupan pemuda yang berstatus pemetik bass dari kelompok band Sex-Bob-Omp ini berubah drastis kala ia tertarik pada Ramona Flowers (Winstead); gadis cantik berpenampilan unik yang kerap muncul dalam mimpinya
Untungnya, cinta Scott tidak bertepuk sebelah tangan karena Ramona memberi respon yang positif. Akan tetapi, berawal dari sinilah masalah timbul, karena untuk bisa menjadi pasangan Ramona, Scott harus terlebih dahulu mengalahkan tujuh mantan kekasih sang gadis
Scott Pilgrim vs the World pada hakikatnya adalah sebuah drama romansa remaja. Bedanya, selaras dengan apa yang tertuang di kisah bukunya, karakter-karakter yang ada di dalamnya berisikan individu-individu yang memiliki kekuatan istimewa yang biasanya dapat ditemui pada karakter-karakter superhero. Tidak hanya itu saja, dikarenakan daya imajinasi liar O’Malley, penuangan kisahnya membuat film ini seakan bak viedogame, di mana sang tokoh utama tumbuh semakin kuat seiring pengalaman dan reward yang diterimanya. Dengan formula yang unik dan belum pernah diangkat sebelumnya, materi film ini membuatnya terlihat istimewa dibanding-film-film drama remaja lain yang ada, meski sajian filmnya ini tidak secara mudah dapat diterima penonton semua golongan. Scott Pilgrim vs the World mampu menuai pujian meski dilihat dari segi raihan komersilnya film ini terbilang gagal.