Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
No Result
View All Result

Review Film Foodfight! – Yang Terburuk

by Paulus Ladiarsa
July 8, 2016
in News, Reviews
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Share on FacebookShare on Twitter

Review Film Foodfight!

Di ranah perfilman, genre film animasi adalah genre yang memiliki rasio kegagalan paling rendah dibading genre-genre film lainnya. Terlebih, jika rating yang ditujukan memang untuk pangsa pasar semua kelompok umur, yang logikanya membuat cakupan potensial untuk meraih pundi-pundi yang banyak sudah tentu jauh lebih besar dengan genre film lainnya yang hanya bisa disaksikan oleh batasan umur tertentu.

 Dan, nyatanya memang demikian, meski memang harus diakui bahwa proses pembuatannya tidak mudah dibanding film yang mengusung format live action, buktinya film-film animasi layar lebar yang dirilis beberapa tahun belakangan ini hampir kesemuanya mampu hadir memuaskan dan tampil impresif, baik dari segi raihan finansial maupun dari segi kualitasnya. Bahkan, kalau mau diusut-usut lagi, sejak film animasi layar lebar pertama kali hadir, sangat jarang kita mendapati film animasi dikemas atau menuai hasil yang hancur-hancuran. Maka, berbarengan dengan momen menjelang perilisan film animasi Big Hero Six, terbersit pertanyaan menggelitik, apa film animasi terburuk yang pernah ada?

Untuk itu, kita tidak perlu melirik jauh ke belakang, karena jawaban dari pertanyaan itu ada pada film animasi yang dirilis dua tahun silam yang berjudul Foodfight!   

Awalnya digarap untuk tontonan keluarga di momen Natal 2003, Foodfight! yang kisahnya diangkat dari konsep yang dikembangkan Lawrence Kasanoff dan Joshua Wexler pada tahun 1999 ini

dibekali amunisi yang terbilang lumayan dengan keberadaan beberapa nama besar di jajaran pengisi suaranya, belum lagi sokongan dana produksi awal sebesar $50 juta. Plot cerita filmnya sendiri mengadopsi formula Toy Story namun dengan setting supermarket.  Film ini berkisah mengenai aktivitas di sebuah pusat perbelanjaan serba ada setelah jam tutup toko yang berubah menjadi kota, karena para penghuninya yang terdiri dari maskot-maskot produk komersil (seperti Mr.Clean, Cheester Cheetah, Mrs.Buttersworth, Charlie the Tuna) hidup dan bergerak tak ubahnya manusia dan perseteruan mereka dengan kekuatan jahat “Brand X”.

Baca Juga:  Adaptasi ‘God of War’ di Prime Video Gaet Sutradara Peraih Emmy

Hancur lebur sejak proses pengembangannya, Foodfight! Harus menapaki jalan terjal dalam masa produksinya akibat berbagai kendala, mulai dari perbedaan kreativitas, kesulitan menggalang dana pinjaman,penundaan tahap produksi yang berulang-ulang hingga beberapa kali pindah tangan investor  

yang membuat film garapan Kasanoff ini tidak mampu memenuhi target jadwal rilisnya. Apalagi setelah pihak produser tidak mampu mengembalikan dana pinjaman proses produksinya, seluruh aset dan hak cipta kepemilikan film ini dilelang oleh pihak asuransi pada tahun 2011, sebelum akhirnya film ini beredar juga ke publik satu tahun berikutnya,walaupun dalam kadar rilis rendah dan kebanyakan di beberapa wilayah diedarkan secara direct-to-DVD.

Sama sekali tidak menarik, membosankan, seperti digarap asal-asalan, mutu dubbing yang sangat buruk, jauh dari kata lucu, serta kualitas CGI yang sangat mengecewakan membuat pengalaman menyaksikan Foodfight! ibarat memberi siksaan simultan, baik pada mata maupun otak penontonnya. Hal tersebut diperparah dengan pilihan konflik yang diketengahkan, yakni produk-produk bertema Nazi yang mencoba mengakuisisi sebuah supermarket, lengkap dengan karakter bak Hitler wanita berpakaian ibarat paduan penggemar Nazi dan seorang stripper yang disuarakan oleh Longoria membuat film ini muatannya terlalu ofensif untuk disaksikan oleh anak umur lima tahun sekalipun. Mudah diduga, film ini tidak hanya dicaci maki oleh kalangan kritikus maupun para penikmat film, namun juga hanya mampu menghasilkan raihan sebesar $73.706 dari bujet produksi akhirnya yang konon melambung hingga $65 juta.

Tags: Review Film
Previous Post

[FACE 2 FACE] Sky High vs Zoom

Next Post

Review Film No – Selamat Tinggal Tuan Pinochet

Related Posts

KPop Demon Hunters
Anak dan keluarga

‘KPop Demon Hunters’ Rilis Video Pendek Baru untuk Sambut Antusiasme Fans, Jadi Jembatan Menuju Sekuel di 2029

05/12/2025
The Bone Temple
Action

Trailer Baru ‘28 Years Later: The Bone Temple’ Tunjukkan Teror Babak Berikutnya dalam Dunia Post-Apocalypse Danny Boyle

05/12/2025
Paranormal Activity
Barat

James Wan Resmi Ditunjuk Blumhouse untuk Menghidupkan Kembali Franchise ‘Paranormal Activity’

05/12/2025
The Batman Part II
Action

Scarlett Johansson Dikabarkan Bergabung dalam The Batman Part II

05/12/2025
Next Post

Review Film No - Selamat Tinggal Tuan Pinochet

[elfsight_youtube_gallery id="2"]

Popular 24 Hours

  • Traveloka CGV

    Sebelum Nonton, Kenali Dulu Ragam Kelas di Bioskop CGV

    31193 shares
    Share 12477 Tweet 7798
  • Scarlett Johansson Dikabarkan Bergabung dalam The Batman Part II

    402 shares
    Share 161 Tweet 101
  • Trailer Perdana “Trap House” yang Dibintangi oleh Dave Bautista Resmi Dirilis

    419 shares
    Share 168 Tweet 105
  • Netflix Kembangkan Spin-Off Internasional Extraction Bertajuk Extraction: Taigo

    411 shares
    Share 164 Tweet 103
  • Trailer Baru ‘28 Years Later: The Bone Temple’ Tunjukkan Teror Babak Berikutnya dalam Dunia Post-Apocalypse Danny Boyle

    402 shares
    Share 161 Tweet 101
Cinemags

© 2021 - 2025 Cinemags

Information

  • About Us
  • Advertise
  • Privacy Policy
  • Contact Us

Follow Us

No Result
View All Result
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop

© 2021 - 2025 Cinemags