Charlize Theron, aktris pemenang Oscar yang dikenal lewat aksi memukaunya dalam Mad Max: Fury Road, Atomic Blonde, dan The Old Guard, baru-baru ini melontarkan kritik tajam terhadap industri Hollywood. Dalam wawancara terbaru bersama The New York Times, Theron mengungkap betapa beratnya perjuangan perempuan untuk bertahan — apalagi bersinar — di genre film aksi yang masih didominasi oleh pria.
Meski telah membintangi sederet film laga besar, Theron mengaku perjuangannya membangun karier sebagai bintang laga bukanlah hal mudah. Ia bahkan menyoroti bagaimana aktor pria kerap mendapat “tiket gratis” meski film-film mereka gagal, sementara aktris harus menghadapi risiko karier yang hancur hanya karena satu kegagalan.
“Film aksi dengan pemeran utama perempuan jauh lebih sulit untuk disetujui [oleh studio]. Itu sudah menjadi rahasia umum. Yang membuat frustrasi adalah, para pria bisa terus mendapatkan proyek, meski film mereka sebelumnya gagal. Tapi ketika kami, para perempuan, mencoba dan filmnya tidak terlalu sukses, kami tidak selalu mendapat kesempatan kedua,” ujar Theron blak-blakan.
Komentar ini muncul dalam konteks promosi film terbarunya, The Old Guard 2, yang mempertemukannya kembali dengan aktris legendaris Uma Thurman. Meski Thurman terkenal lewat perannya sebagai The Bride dalam Kill Bill, rekam jejak Theron dalam genre aksi jauh lebih panjang. Dari Æon Flux, Prometheus, The Fate of the Furious, hingga peran ikoniknya sebagai Furiosa, Theron telah menjadi salah satu pionir aktris laga papan atas.

Namun, di balik layar gemerlap, aktris asal Afrika Selatan ini mengungkapkan bahwa dunia aksi menyisakan banyak luka — secara harfiah. Ia mengenang pengalaman pahit saat syuting film Æon Flux tahun 2005, yang disebutnya sendiri sebagai “film buruk”. Di hari kesembilan syuting, ia mengalami kecelakaan serius saat melakukan back handspring dan mendarat dengan leher di atas jembatan beton.
“Itu aksi pertamaku, dan aku cedera parah. Aku menjalani operasi leher 18 tahun lalu, dan sejak itu juga operasi pada kedua siku, bahu kanan, ibu jari, carpal tunnel, dan beberapa patah tulang. Sulit memang, dan semakin berat seiring bertambahnya usia. Sekarang, tanda kalau aku butuh istirahat adalah ketika aku tak bisa duduk di toilet tanpa berpegangan di dinding,” candanya.
Tak hanya berbicara soal diskriminasi gender, Theron juga menyoroti pentingnya pengakuan terhadap para stunt performer (pemeran pengganti aksi) dalam industri film saat ini.
“Sudah saatnya kita benar-benar menghargai para stunt performer. Mereka bukan hanya pelengkap, tapi bagian dari pembangunan karakter. Banyak adegan yang tak akan mungkin ada di film-filmku tanpa kehadiran mereka,” puji Theron.
Dengan komentar yang tajam namun sangat relevan, Charlize Theron sekali lagi menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar wajah tangguh di layar, tetapi juga suara penting bagi perubahan di industri yang masih menyimpan bias gender. Harapannya, keberanian dan kejujurannya membuka jalan bagi lebih banyak aktris untuk mendapat kesempatan yang setara di genre yang selama ini dianggap sebagai “wilayah pria”.





