Banyak peristiwa nyata yang telah diangkat ke dalam film. Jika kita kaji lebih dalam mengenai hal tersebut, berbagai kisah hidup yang telah diangkat, pastilah memiliki keunikannya masing-masing. Ada yang inspiratif, namun tak jarang juga yang tragis. Kumiko, The Treasure Hunter bisa dibilang mencakup dua hal tersebut. Film indie garapan David Zellner ini diadaptasi dari kisah nyata seorang pekerja kantoran asal Jepang bernama Takako Konishi. Kisahnya sempat menjadi pembicaraan publik pada awal tahun 2000-an, ketika yang bersangkutan ditemukan tewas di Minnesota saat hendak mencari harta karun melalui petunjuk yang didapatnya dari film garapan Coen Brothers, Fargo (1996).
Peristiwa unik tersebut diterjemahkan oleh Zellner ke dalam sebuah cerita mengenai seorang wanita bernama Kumiko (Kikuchi). Dikisahkan Kumiko adalah seorang pekerja kantoran yang introvert. Ia bosan dengan pekerjaannya karena tak juga mendapat promosi. Dalam pergaulan sehari-hari, ia juga tak memiliki teman dan kekasih, hingga hidupnya tak bermakna. Sampai suatu ketika, Kumiko menemukan VHS film Fargo yang di dalamnya terdapat adegan penguburan harta karun di daerah Fargo oleh karakter Steve Buscemi. Menyangka bahwa film tersebut merupakan adegan nyata, Kumiko memberanikan diri meninggalkan Tokyo dan terbang menuju Amerika Serikat untuk menemukan harta karun tersebut.
Kisah Takako Konishi sebelumnya telah diangkat ke dalam sebuah film dokumenter berjudul This Is a True Story karya Paul Berczeller. Film ini merupakan adaptasi fiksi perdana dari kisahnya. Menurut pengakuan sang sutradara, apa yang tersaji dalam filmnya mendekati apa yang terjadi dalam kisah aslinya. Meski ending-nya dibuat berbeda karena kematian Konishi yang masih diperdebatkan; penyidik mengatakan bahwa Konishi bunuh diri, sedangkan media memberitakan bahwa ia tewas karena kedinginan di hamparan salju saat hendak mencari harta karun.
Dari sisi Mise-en-scène, film ini dipuji para krikitus; akting Kikuchi dinilai sebagai sentral dari filmnya. Penyutradaraan Zellner juga tak luput dari pujian karena sang sutradara dapat menjaga mood kelam dari awal film dimulai (ber-setting di Tokyo) hingga film berakhir (ber-setting di Minnesota). Belum lagi ditambah oleh keindahan sinematografi yang ditangkap oleh mata sinematografer Sean Porter membuat filmnya memiliki cita rasa lebih. Dari sisi lain, Kumiko, The Treasure Hunter juga dapat diibaratkan sebagai obsesi seorang pencinta film yang menjadikan film sebagai hidupnya. Sebuah film yang tepat untuk para movie lovers.