‘Piccolo Corpo’ atau dalam Bahasa Inggrisnya ‘Small Body’, hadir dalam rangkaian pemutaran Italian Film Festival yang digelar di Jakarta dan Yogyakarta mulai 21-29 Januari 2023.
Sinopsis Piccolo Corpo
Mengambil latar berlatar di sebuah kepulauan sebelah utara Italia pada tahun 1900, saat seorang perempuan muda bernama Agata (Celeste Cescutti) melahirkan anaknya dan anak tersebut langsung mati saat dilahirkan.
Agata tinggal di sebuah komunitas di mana agama Katolik, cerita rakyat dan hal-hal berbau mistis masih dipercaya di komunitas tersebut. Agata kemudian mendengar desas-desus tentang sebuah gereja di pegunungan yang dapat menghidupkan seorang anak yang lahir mati dalam satu nafas, cukup lama untuk bayi itu dibaptis agar jiwanya bisa diselamatkan. Selama perjalanannya yang berbahaya ke utara, dia bertemu Lynx (Ondina Quadri), seorang anak laki-laki yang cerdik dan agak liar yang menawarkan dirinya untuk membantu, tetapi dengan cepat memperhatikan Agata untuk melihat seberapa baik dia bisa mendapat manfaat dari membantunya.
Agata membawa bayinya yang sudah terbujur kaku tersebut di sebuah kotak kayu yang ia buat sebagai ransel di punggungnya. Mereka akhirnya berjalan bersama dan memulai petualangan yang akan memungkinkan keduanya menemui keajaiban.
Namun, sebelum bertemu Lynx, perjalanan panjang sulit ditempuh oleh Agata dengan melewati banyak tempat dan interaksi dengan orang-orang yang belum pernah ia temui sebelumnya. Agata sempat naik gerobak petani yang akhirnya masuk perangkap seorang wanita dan dijebak sekelompok perampok.
Agata yang belum pernah melihat salju dan Lynx yang belum pernah melihat laut, membuat mereka cepat dekat. Lynx bahkan sempat menginginkan isi kotak yang dibawa Agata namun pada akhirnya mereka pun menjadi sahabat dekat. Namun, sebelum perjalanan berakhir, mereka harus menyeberangi tambang batu bara yang dilanjutkan dengan danau sebelum sampai ke pertapaan yang menjadi tujuan akhir mereka. Apakah Agata berhasil menghidupkan anaknya kembali?
Film panjang pertama dari Sutradara Laura Samani ini membawa nuansa mistis di tempat yang didominasi agama Katolik ini tak serta merta membuat kepercayaan masyarakat di komunitas tempat Agata tinggal berubah pudar.
Adapun mengenai kematian bayi perempuannya membuat Agata ingin memberinya nama agar bisa melepasnya dengan tenang. Perjalanan berbahaya di tempat yang tidak ia ketahui membuatnya makin kuat, walaupun ia sedang berduka.
Duka itulah yang membuatnya kian terikat dengan bayinya yang terus ia bawa dalam kotak kayu di punggung. Agata seolah seperti mengalami masa kehamilan kedua saat bayinya berpindah ke punggung. Kini perjalanan itu bukan lagi merupakan perjalanan fisik yang melelahkan, namun menjadi lebih transedental. Agata menyadari kalau ingin berhasil ia harus berkorban agar bayinya bisa hidup kembali
Ini adalah perjalanan spiritual yang sangat penting bagi sang protagonis untuk bisa hidup tenang..
Paling menonjol dari film ini adalah bagaimana segi estetika pada setiap pengambilan gambar diperhatikan. Penekanan emosi diperlihatkan melalui pengambilan gambar dari sudut dekat dan seakan mengintimidasi. Ini adalah sebuah film yang penuh dengan bahasa puisi.
Film ini menekankan memang pada sisi perjalanan spiritual , serta pengingat bahwa keajaiban akan hadir bagi mereka yang percaya kalau Tuhan itu memang ada.
Kontributor : Ali