Mungkin salah satu pencapaian paling prestisius dalam dunia film adalah mendapatkan piala Oscar. Yup, penghargaan ini menjadi salah satu ajang paling bergengsi di Hollywood bahkan hingga seluruh dunia. Sineas mana yang tak mau menggenggam piala Oscar dan memajangnya di rumah? Mimpi membawa piala Oscar ini hampir diraih oleh sineas muda asal Indonesia yaitu Livi Zheng dengan filmnya Brush with Danger.
Livi Zheng adalah seorang produser dan sutradara asal Indonesia yang merintis karir di Amerika Serikat. Ia bersama keluarganya telah lama tinggal di sana, tepatnya sejak ia berusia 18 tahun. Sewaktu tinggal di Indonesia, Livi yang ahli dalam ilmu bela diri mulai merintis karirnya sebagai stuntwoman. Ia pernah terlibat dalam serial Laksamana Cheng Ho di tahun 2008 lalu. Pekerjaannya sebagai stuntwoman atau pemeran pengganti ini kemudian ia lakoni lagi ketika berada di Amerika Serikat. Livi Zheng lulus sebagai Sarjana Ekonomi dari University of Washington, dan saat ini sedang mengenyam pendidikan Master di University of Southern California.
Di Hollywood, ia pertama kali membuat film dengan judul The Empire’s Throne pada tahun 2013. Menjabat sebagai produser, Livi Zheng juga turut tampil sebagai pemain dalam film tersebut. Film The Empire’s Throne ini adalah sebuah film aksi kolosal drama yang berdasarkan pada kisah Kerajaan Majapahit. Film ini mengisahkan tentang perjuangan menuju tahta Kerajaan Majapahit dengan jumlah pemeran dalam film yang mencapai lebih dari 600 orang.
Di tahun 2014, Livi Zheng kembali membuat film dengan judul Legend of the East. Dalam film tersebut Livi Zheng mengambil jabatan sebagai produser dengan salah satu pemeran utamanya yaitu Yusril Ihza Mahendra, seorang politisi terkenal di Indonesia. Film Legend of the East mengisahkan tentang Dinasti Ming saat masa konflik. Sudut pandang dalam cerita film juga dikemas sangat unik yaitu dari Admiral Zheng He (Yusril Ihza Mahendra), seorang pelayan Pangeran Dinasti Ming. Dikisahkan Zheng He membantu sang Pangeran untuk meraih tahta yang seharusnya menjadi miliknya.
Setelah dari film Legend of the East, Livi Zheng melanjutkan karir film dengan judul Brush with Danger. Film ketiganya ini lah yang kemudian menggelembungkan nama Livi Zheng ke dunia Internasional. Film Brush with Danger arahannya sempat masuk dalam 323 besar proses seleksi nominasi Best Picture dalam ajang Oscar tahun 2015 lalu. Sebuah pencapaian yang sangat fantastis, mengingat ada lebih dari 40 ribu film Hollywood yang beredar pada saat itu.
Sekilas tentang filmnya, Brush with Danger mengisahkan tentang kakak beradik yang datang sebagai imigran gelap ke Amerika. Sang kakak ingin menjadi pelukis, namun adiknya ingin menjadi seorang pelaut. Menurut Livi Zheng, film ini terinspirasi imigran dari China dan Utopia yang melarikan diri dari perang. Nantinya film Brush with Danger akan tayang di Indonesia pada tanggal 26 November 2015.
Dalam wawancanya bersama bintang.com, Livi Zheng mengungkapkan bahwa proses pembuatan skenario untuk film Brush with Danger ini mencapai 32 kali revisi. Proses yang tentunya sangat memakan waktu dan tenaga, bahkan sebelum masuk ke dalam tahap produksi. Namun perjuangan Livi Zheng tak sia-sia, berkat konsistensi dan tekad yang bulat, film Brush with Danger akhirnya bisa diproduksi dan tayang di Amerika Serikat. Setelah beredar, film Brush with Danger lalu mendapat sambutan hangat oleh penikmat film di sana karena Livi Zheng sendiri bukan berasal dari Amerika Serikat melainkan Indonesia. Dengan klimaks, diapresiasi sebagai 323 besar Best Picture Oscar.
Livi Zheng berhasil membuktikan bahwa sineas Indonesia mampu merambah ke dunia Hollywood. Meskipun bukan yang pertama, namun dedikasinya terhadap dunia film internasional harus kita apresiasi lebih. Sukses di Hollywood bukanlah hal mustahil, untuk memcapai titik itu memang butuh kerja keras lebih dan komitmen yang tinggi. Berawal dari Livi Zheng, semoga di masa depan semakin banyak sineas Indonesia yang sukses dalam dunia perfilman dunia dan mengharumkan nama bangsa.