Di tanah kelahirannya, Spanyol, nama Nacho Vigalondo dikenal sebagai sineas berbakat penghasil film-film bergenre fantastik. Ia telah menelurkan dua buah film: Timecrimes (2007) dan Extraterrestrial (2011) yang keduanya diapresiasi positif di festival-festival film internasional. Sadar bahwa potensi film fantastik dapat diterima khalayak luas–termasuk penonton Hollywood–sineas peraih nominasi Oscar berkat film pendeknya yang berjudul 7:35 de la Mañana ini menggaet bintang terkenal Hollywood, Elijah Wood untuk membintangi karya yang bertajuk Open Windows.
Dikisahkan seorang pria bernama Nick (Wood) memenangkan sebuah kontes internet yang membuatnya dapat duduk satu meja untuk makan malam dengan aktris favoritnya, Jill Goddard (Grey). Namun, keinginannya tersebut sirna, setelah Jill menolak untuk makan malam dengannya. Di tengah kekecewaannya, seorang pria bernama Chord (Maskell) yang mengaku sebagai manajer Goddard menawarinya sebuah tawaran menggiurkan, yakni akses untuk melihat aktivitas Jill melalui layar komputer. Sempat dihinggapi keraguan, akhirnya Nick menerima tawaran tersebut yang berujung pada sebuah pengalaman yang tak akan dilupakan seumur hidupnya.
Selain menggaet Wood, Vigalondo juga membuat gebrakan lain dengan mengajak aktris porno, Sasha Grey untuk bermain dalam film ini. Grey memang telah lama dikenal sebagai pengagum berat karya-karya sang sutradara dan meminta manajernya untuk dapat bertemu langsung dengan Vigalondo.
Aktris yang menjalani debut akting profesionalnya dalam film indie garapan Steven Soderbergh, The Girlfriend Experience ini sebelumnya sudah cukup banyak membintangi film-film mainstream dan mulai mengurangi bermain di film-film porno. Kehadiran Grey dapat menjadi daya tarik bagi filmnya, terutama bagi para fansnya yang telah mengikuti kiprahnya sejak lama.
Open Windows menjadi film mainstream pertama yang tidak menggunakan kamera konvesional, melainkan menggunakan kamera-kamera web berkualitas high definition sepanjang film berlangsung. Vigalondo juga sengaja memfilmkan karyanya ini selama 77 menit tanpa putus sesuai dengan durasi filmnya, agar para audiens dapat menangkap kesan nyata dari filmnya. Ia terinspirasi membuat film ini setelah rekan-rekannya menantangnya untuk membuat sebuah film thriller yang menggunakan teknologi internet. Visi dan Inovasi di tiap film-filmnya lah yang membuat karya Vigalondo selalu dinantikan.
Film ini tayang terbatas di beberapa festival film internasional. Beberapa kritikus ada yang sangat menyukainya, tak jarang juga yang membencinya. Namun, satu hal yang pasti, film-film garapan Vigalondo terlalu sayang untuk dilewatkan karena mempunyai keunikannya tersendiri, termasuk film ini.
Baca juga: Review Film Before I Go to Sleep – Jangan Percaya Siapapun