Katanya, cinta itu butuh pengorbanan. Namun, apakah pembuktian pengorbanannya harus dilakukan dengan membuat sang kekasih jatuh hati kembali dengan kita setiap harinya? Mungkin engga harus segitunya juga, tapi hal itulah yang dilakukan Henry Roth (Adam Sandler) dalam 50 First Dates, demi membuktikan rasa cintanya terhadap Lucy Whitmore (Drew Barrymore) yang tak kunjung habis.
Tidak banyaknya film bergenre romance yang dirilis tahun 2020 ini mungkin membuat moviegoer sedikit bingung memilih film yang cocok untuk ditonton saat berdua dengan pacar. Tapi tenang, tidak ada yang salah dengan menonton kembali judul-judul lawas, seperti film romantic comedy garapan Peter Segal ini.
50 First Dates bercerita tentang usaha Henry Roth dalam membuat Lucy Whitmore jatuh cinta kepadanya. Tapi kecelakaan mobil parah yang dialami sang gadis satu tahun lalu, membuatnya mengidap suatu kondisi yang disebut Goldfield’s Syndrome. Kondisi ini membuat Lucy tidak dapat mengingat satu pun peristiwa yang terjadi setelah kecelakaan. Ia masih memiliki memori hari-hari yang ia jalani sebelum kecelakaan, tapi tidak dapat menambahkan memori baru. Ingatan Lucy akan terhapus dengan sendirinya saat ia tidur. Dan saat terbangun, ia berpikir bahwa hari yang dijalani merupakan tanggal 13 Oktober, hari di mana Lucy mengalami kecelakaan.
“This is it, this is the perfect girl. I could get endless one-night-stands anytime I want to! No strings attached!” mungkin merupakan pikiran yang sering terbesit di kepala cowok-cowok jahat, yang siap mengambil keuntungan dari kondisi yang dialami Lucy. Tapi itu bukan Henry Roth; bermodal tekad, dokter hewan ini melakukan segalanya demi membuat Lucy jatuh hati padanya, meski keesokan harinya si gadis tidak akan mengenalinya. Secara sadar dan dengan kepala jernih, Henry mengulangi proses yang sama dengan tujuan mengambil hati Lucy, walau hasil yang diperoleh tidak selamanya menyenangkan.
Sebelum bertemu Lucy, Henry memiliki rencana besar untuk berlayar ke Alaska guna meneliti perilaku anjing laut. Suatu pagi, Lucy tidak sengaja mendengar rencana tersebut. Ia paham bahwa dirinya hanya menghambat karir kekasihnya, dan memutuskan untuk menghapus Henry sepenuhnya. Meski sempat berpisah, Henry dan Lucy akhirnya menikah dan dikaruniai seorang anak, dan meyakinkan pujaan hatnya untuk ikut ke Alaska.
Bayangkan: Anda terbangun di sebuah kapal di Alaska, dan tiba-tiba seorang pria asing yang memberitahu bahwa dia adalah suami Anda, dan telah memiliki anak bersama. Akan sangat membingungkan, bukan? Jika dilihat dari sudut pandang Lucy, plot seperti itu terdengar seperti film horror. Tapi nyatanya tidak; 50 First Dates berhasil mengemas segala aspeknya dengan baik, sehingga menjadikannya sebagai salah satu go-to movie yang pas ditonton kalau Anda sedang butuh tontonan yang touching.
50 First Dates sangat memenuhi tipikal film romantic comedy yang dibintangi Adam Sandler: heart warming, ringan, nyantai, dan juga memiliki konten humor yang baik. Meskipun demikian, film ini melebihi dari apa yang penulis kira. Perjuangan Henry dalam mendapatkan hati Lucy membawa penulis ke dalam emotional rollercoaster, yang membuat penulis dapat lebih menikmati film ini.
Film ini memang hanya mendapat nilai 6.8 di IMDB, tapi beneran layak untuk ditonton. Karena, tipe-tipe film feel-good yang “engga terlalu mencoba untuk jadi bagus” seperti ini, tuh, rasanya lebih mudah untuk dinikmati. Bisa dipastikan kalau memento versi romance ini bisa membuat moviegoer yang kurang suka dengan tema romantis, jadi lebih menghargai hal-hal cheesy yang ternyata disukai banyak perempuan.
“Old flicks that shouldn’t die” mungkin tepat untuk merepresentasikan perasaan penulis terhadap film romantic comedy ini, yang diharapkan menjadi judul yang timeless. Melihat segala yang dilakukan Henry untuk Lucy di film ini, cukup untuk mendeskripsikan apa itu cinta, pengorbanan, dan akar-akarnya. Jadi, Anda bisa belajar dos and don’ts dalam sebuah hubungan. [Fiqar Galih]