Indonesia memperkirakan bahwa jumlah orang yang memiliki kemungkinan kontak dengan tersangka Covid-19 mencapai lebih dari setengah juta, kata pihak berwenang pada Jumat (20 Maret), ketika pemerintah memulai pengujian cepat untuk virus pada populasi.
Kelompok “berisiko tinggi” antara 600.000 dan 700.000 orang ini tersebar di seluruh negeri, Jakarta Selatan yang paling terpukul, kata pihak berwenang.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi nasional mengatakan Indonesia memulai pengujian cepat untuk virus tersebut pada Jumat sore,.
“Kami melakukan test di daerah berdasarkan pelacakan kontak dari pasien (coronavirus). Kami akan pergi dari rumah ke rumah untuk menguji setiap penduduk, “kata Jokowi. “Hasil pemetaan kami menunjukkan daerah yang paling parah terkena dampak adalah Jakarta Selatan.” Namun pak Jokowi belum mengungkapkan lokasi lain.
Indonesia yang merupakan negara terpadat keempat di dunia, dengan jumlah penduduk mencapai 270 juta, sedang melakukan uji coba terhadap warganya yang mungkin membawa infeksi virus corona seiring dengan kritikan yang meningkat perihal keterlambatan mendeteksi infeksi. Indonesia mengumumkan dua kasus pertama coronavirus pada 2 Maret.
Ada beberapa kasus di mana pasien dengan pneumonia hanya terdeteksi memiliki coronavirus setelah mereka meninggal, atau hanya sehari sebelum kematian mereka.
Bapak Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk manajemen Covid-19, mengatakan kepada media briefing pada hari Jumat bahwa Indonesia memiliki 60 kasus baru, sehingga total infeksi menjadi 369 pada hari Jumat.
Sementara itu, kepala Palang Merah mengatakan kepada Reuters bahwa Indonesia kemungkinan memiliki jumlah kasus virus corona yang jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan, karena tingkat pengujian yang rendah dan perlu mempertimbangkan tindakan yang lebih keras seperti penguncian.
Indonesia berubah dari nol kasus menjadi 309 dalam waktu kurang dari tiga minggu dan jumlah kematian telah mencapai 25, lebih tinggi dari negara Asia Tenggara lainnya.
“Jika tesnya rendah, maka kasusnya rendah,” kata Bapak Jusuf Kalla, mantan wakil presiden dua periode Indonesia dan ketua Palang Merah, ia menambahkan bahwa jumlah sebenarnya harus diungkapkan setelah Indonesia mendapat lebih banyak hasil pengujian dari laboratorium.