Review Film Joker Indonesia – Di antara karakter-karakter ikonik fiksi paling populer di dunia, nama Joker pasti ada di dalamnya. Meski notabene muncul pertama kali dari lembaran komik, tokoh musuh bebuyutan Batman ini juga bukan karakter yang asing di kancah perfilman. Hal ini dikarenakan karakter Joker yang sangat kompleks umumnya selalu berhasil memancing para aktor untuk melakukan effort luar biasa untuk memerankannya.
Tidak hanya itu juga, meski tidak terlalu bersifat mutlak, peran Joker seakan merupakan jaminan mutu dan memberikan ganjaran yang sangat manis bagi para pemerannya. Tidak percaya? Coba saja telusuri daftar para aktor yang pernah memerankan karakter ini seperti Jack Nicholson, Heath Ledger, dan Jared Leto, besar kemungkinan performa mereka sebagai Joker akan menjadi yang paling mudah diingat di antara sepak terjang perfilman mereka yang lain.
Sampai-sampai Mark Hamill, si pemeran Luke Skywalker di saga Star Wars, kiprah paling sukses lainnya adalah saat menjadi pengisi suara Joker di film-film dan serial animasi Batman. Bahkan, di kancah serial televisi pun, aktor Cameron Monaghan mendulang kesuksesannya dari performanya memainkan personifikasi tokoh ini. Pendek kata, menjadi pemeran Joker niscaya sukses.
Dan, rasanya anggapan itu kembali terbukti kesahihannya setelah menyaksikan performa Joaquin Phoenix di film terbarunya ini. Namun, sebelum membahas bagaimana perihal performa Phoenix, terlebih dahulu mari kita kupas dulu filmnya.
Dengan setting kota Gotham dan segala hiruk-pikuknya, Arthur Fleck berusaha menyambung hidupnya dengan berprofesi sebagai badut sewaan. Situasi sosial Gotham yang keras membawa tekanan tersendiri dan semakin menambah beban berat kehidupan Arthur yang harus mengasuh sendirian ibunya, Penny Fleck.
Padahal, kondisi Arthur sendiri juga tidaklah baik, ia mempunyai riwayat kesehatan gangguan kinerja otak yang membuatnya bisa tertawa tanpa bisa dikontrolnya. Salah satu mimpi Arthur adalah menjadi seorang komedian panggung sukses seperti idolanya, komedian TV sukses Murray Franklin yang acaranya selalu disaksikan Arthur bersama sang ibu setiap harinya.
Permasalahannya, ia tidak memiliki materi humor yang cukup untuk bisa memancing tawa dan simpati, bahkan saat dirinya mengalami ketertarikan dengan seorang single mother yang menjadi tetangganya. Hingga sebuah insiden yang melibatkan tiga pria dalam sebuah perjalanan kereta membuat batas toleransi Arthur mencapai puncaknya, yang membuatnya bertransformasi dan lahir kembali menjadi sosok yang akan mengubah wajah Gotham untuk selamanya.
Dituangkan secara kelam dan keras, Joker yang dibesut Todd Phillips sengaja menjauh dari kisah originnya di komik, menjadi kisah penuangan studi karakter kompleks yang sangat memikat. Mirip dengan apa yang ditempuh Nolan di Batman Begins, sang sineas berhasil menyajikan angle segar namun pas untuk memperkaya latar belakang dari tokoh Joker yang sudah dikenal dunia.
Phillips juga sangat cermat dalam menata elemen-elemen di film yang sajiannya mengingatkan pada Taxi Driver ini untuk menghasilkan penuangan storyline yang impresif. Baik itu melalui pelbagai penggunaan perspektif kamera yang berbeda untuk mengusik benak penontonnya, penataan suara maupun pilihan tembang soundtracknya, hingga ke pilihan tone warna adegan-adegannya semuanya efektif untuk menambah jiwa yang ingin ditampilkannya di sini, bahkan sejak menit pembukanya.
Sementara, untuk performa si pemeran utamanya, seperti sudah disinggung sebelumnya, Joker adalah ajang pembuktian kualitas akting seorang Joaquin Phoenix, tanpa mengesampingkan deretan pemain pendukung seperti Robert DeNiro, Frances Conroy, maupun Zazie Beetz yang juga bermain baik. Secara sensasional Phoenix mampu menginterpretasikan secara sempurna dan nyaris tanpa cela transformasi karakter seorang psikopat yang lahir akibat himpitan keadaan. Lewat bahasa tubuh, gaya berbicara, hingga cara dan suara tawanya yang mampu menghantui benak penontonnya. Sungguh sebuah penampilan yang sejatinya membuahkan ganjaran yang prestisius, Oscar untuk Best Actor, mungkin?
Secara keseluruhan, banyak aspek yang bisa dikagumi dari hasil besutan Todd Phillips ini. Solid dari segi penuturan kisahnya hingga pemilihan unsur-unsur yang menghidupkan ceritanya, Joker adalah representasi gamblang dari seorang individu yang mengalami gangguan mental, sosok yang kemudian dikenal sebagai tokoh antagonis populer. Walaupun muatannya membuat film ini bukan untuk semua orang, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa lewat apa yang disajikan Phillips, Phoenix, dan timnya telah berhasil menghasilkan sebuah paket tontonan berkelas yang bakal mudah menjadi karya klasik di masa depan.