Bagi yang penggemar film-film bertemakan hak asasi manusia, toleransi, dan kesetaraan, maka dari tanggal 20-29 September 2019, dapat mengikuti 100% Manusia Film Festival 2019 , yang berlangsung di 4 kota besar yaitu Jakarta, Bekasi, Depok, dan Tangerang.
Pada festival ini akan ditayangkan 95 film nasional maupun internasional. 100% Manusia Film Festival adalah satu-satunya festival film di Indonesia yang mengangkat isu tentang hak asasi manusia, toleransi, dan kesetaraan serta digelar secara tahunan.
Tercatat pada tahun 2018 , jumlah penonto festival mencapai 4.514 penonton, pengunjung website sebanyak 54.328, menjadikan 100% Manusia Film Festival yang tahun ini mengusung tema Resilience atau kemampuan manusia untuk bertahan, kerap ditunggu kehadirannya.
“Kami ingin merayakan bagaimana manusia Indonesia bisa tegar menghadapi masalah hidup dan memilih menghadapi dengan berani. Termasuk mereka yang membuka jalan untuk toleransi, para penyintas ketidakadilan dan keinginan menciptakan lingkungan yang menghargai kesetaraan bagi semua. Kami berharap tema ini bisa memberikan inspirasi bagi semua, terutama bagi mereka yang sedang merasa di bawah,” jelas Rain Cuaca, Direktur 100% Manusia Film Festival
100% Manusia Film Festival diadakan di 14 tempat yang meliputi kantong kebudayaan lokal, komunitas film Indonesia, galeri seni, universitas, tempat pemutaran film
independen, pusat kebudayaan asing, restauran, mall dan co-working space seperti @america, Cinespace, Erasmus Huis, Goethe Institut-Indonesia, Galeri Indonesia Kaya,
Galeri Kertas, Institut Français Indonésia, Istituto Italiano di Cultura, Ke:Kini Ruang Bersama, Kineforum, Komunitas Salihara, Selatan, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi
Jakarta dan Summarecon Mall Bekasi.
Putri Ayudya yang terpilih sebagai duta festival tahun ini mengungkapkan betapa pentingnya keberadaan 100% Manusia Film Festival di Indonesia. “Saya percaya setiap manusia lahir istimewa dan hidup dengan perjuangan, harapan, dan kenangan masing-masing. 100% Manusia Film Festival menjadi pengingat saya untuk terus menyajikan setiap tokoh sebagai manusia yang utuh,” ungkapnya pada saat Konferensi Press 100% Manusia Film Festival yang berlangsung di KeKini Kamis 12 September 2019.
100% Manusia Film Festival 2019 juga hadir dengan program non film seperti 100% Nyinyir: Self Love, 100% Talk: In-Chains; pameran seni di 100% Exhibition bersama
seniman Budi Mulianto (Bly) dan seniwati Aji Yahuti.
Selain karya seni, festival ini juga mengadakan peluncuran buku “Tutur Feminis” oleh Yulia Dwi Andriyanti serta novel remaja Creepy Case Club vol. 3 oleh Rizal Iwan dalam program 100% All You Can Read; sebuah tur jalan kaki dalam 100% A Walk To Understand yang menelusuri lokasi syuting film kemanusiaan di Jakarta, pertunjukkan musik 100% Express To Impress; serta 100%
Cinergi (Cinema Berbagi) yang memutar sinema untuk teman-teman difabel.
Ada program baru 100% Manusia Premiere yang menayangkan untuk pertama kalinya film-film terbaru produksi lokal maupun internasional dan 100% Manusia DIY Filmmaking yaitu lokakarya pembuatan film seputar isu HAM. Kali ini 100% Manusia DIY Filmmaking mendatangkan filmmaker asal Amerika Serikat James Lefkowitz untuk berbagi ilmu.
“Mempunyai suara adalah hak tiap manusia dan film berperan dalam meraih audiens yang lebih jauh dan luas untuk semua suara itu. Saya merasa sudah tugas saya sebagai pembuat film untuk membantu memberi akses bertukar pikiran dalam rangka menciptakan dunia yang lebih pengertian” jelasnya. Selain James, sutradara dan produser film Evening Shadow dari India Sridhar Rangayan juga turut berpartisipasi sebagai tamu festival.
5 Film Unggulan terpilih di 100% Manusia Film Festival 2019 adalah Working Woman, terpilih dalam Toronto Internasional Film Festival 2018 dan Busan Film Festival 2018,
Song Lang dinominasikan sebagai film terbaik asia terbaru dalam Five Flavours Asian Film Festival 2018, Nyanyian Akar Rumput dinobatkan sebagai Film Dokumenter Terbaik FFI 2018, Free Men yang terpilih untuk Geneva Human Rights International Film Festival 2018, serta film pendek Home Is Where The Heart Is. Sementara film pembuka
festival adalah pemenang film terbaik Dublin Film Critics Circle Award dari Irlandia berjudul Rosie.
“Kami merasa terhormat bahwa Rosie, sebuah potret yang kuat tentang tunawisma di Irlandia telah dipilih untuk membuka festival ini. Tema utama film ini yang kuat dan dapat dimengerti oleh semua pecinta film, dan dapat menimbulkan pemahaman bahwa kita bisa terpuruk meskipun dalam belas kasihan kekuatan sosial dan ekonomi” jelas Duta Besar Irlandia, Olivia Leslie, tentang film Rosie.
Semua pemutaran film dan acara di 100% Manusia Film Festival tidak dipungut biaya serta dilengkapi sesi diskusi bersama lembaga HAM, ahli terkait dan pembuat film
(cinemags/nutylaraswaty)