Kira-kira bagaimana kabar sahabat-sahabat Anda semasa kuliah? Atau teman-teman SMA, SMP? Hidup terus berjalan, dan sangat wajar jika karena terpisahkan jarak — kota, atau bahkan negara — kesibukan masing-masing baik karier maupun keluarga, dan bahkan seiring waktu sendiri, hubungan dengan sahabat-sahabat ‘satu geng’ yang dahulu begitu dekat menjadi renggang, atau bahkan lose contact sama sekali. Keadaan yang pastinya familier dan dialami sebagian besar orang ini bukan hanya sekali dua kali menginspirasi latar belakang sebuah film, dan About Alex termasuk salah satunya.
Bermula dari kabar bahwa Alex (Ritter) melakukan percobaan bunuh diri, kelima sahabatnya semasa kuliah lantas memutuskan untuk mendampingi Alex di kediamannya selama akhir pekan. Sahabat terdekatnya, Ben (Parker) diserang rasa bersalah karena tak mengangkat satu pun telepon Alex di tengah kesibukan serta kebuntuan karier penulisannya. Siri (Grace), teman Alex sekaligus kekasih Ben tengah dilanda dilema akan kemungkinannya harus pindah ke California untuk mengejar karier, sementara ia sendiri tampak tengah mengandung. Lain lagi dengan Sarah (Plaza), pengacara yang juga andal di dapur, namun merasa tak bahagia karena tak kunjung menemukan pria ‘baik-baik’. Wanita yang juga paling cemas akan keadaan Alex ini menjalin hubungan friends-with-benefits dengan Josh (Greenfield), pria sarkastik bermulut pedas yang tengah mengejar gelar S3-nya, walau sebenarnya Sarah menaruh hati sejak dulu pada Isaac (Minghella), pebisnis kaya yang datang beserta kekasih barunya yang masih muda, Kate (Levy). Berkumpulnya mereka membawa kembali berbagai masalah dan memori lama ke permukaan, dan tak peduli betapa kerasnya mereka berusaha menghindari bahasan seputar percobaan bunuh diri Alex, mereka tak akan bisa terus berkelit.
Terang-terangan menjadikan dramedy peraih tiga nominasi Oscar, The Big Chill (1983) sebagai inspirasi lewat berbagai referensi yang dipakainya — termasuk menamakan ‘pihak pemersatunya’ Alex — About Alex menandakan debut penyutradaraan sekaligus penulisan putra sineas pemenang Oscar, Edward Zwick (yang di sini menjabat sebagai produser eksekutif), Jesse Zwick, yang mengaku bahwa proses casting merupakan salah satu tahap paling sulit yang harus ia lalui karena namanya yang masih asing di telinga para aktor. Beruntung, Zwick sukses menggaet ansambel aktor andal, yang sebagian besar tenar di layar kaca, sebagai salah satu daya tarik terbesar dari karyanya. Performa dan chemistry menawan mereka yang terasa penuh dengan gejolak emosi jujur dan tulus — terutama kerapuhan karakter Plaza dan Ritter — bukan hanya mampu menggugah emosi audiens, namun juga mampu menjadi pendukung utama kisahnya untuk dapat sukses melampaui formula premisnya yang sudah sangat usang.