Dunia perfilman dikejutkan dengan kabar bahwa Village Roadshow Entertainment Group, studio produksi dan pendanaan di balik film-film ikonik seperti The Matrix, Joker, dan Ocean’s Eleven, dilaporkan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan. Keputusan ini sebagian besar dipicu oleh sengketa hukum yang berkepanjangan dengan Warner Bros., terutama setelah perilisan The Matrix Resurrections.
Sebagai salah satu studio yang memiliki kerja sama erat dengan Warner Bros. selama bertahun-tahun, Village Roadshow merasa dirugikan oleh keputusan Warner Bros. yang merilis The Matrix Resurrections secara bersamaan di bioskop dan platform streaming HBO Max (sekarang Max). Studio ini menggugat Warner Bros., menuduh langkah tersebut sebagai pelanggaran kontrak. Namun, perjuangan hukum yang panjang mengakibatkan Village Roadshow kehilangan lebih dari $18 juta dalam biaya hukum, memperburuk kondisi keuangan mereka yang sudah tertekan.
Sejak sengketa dimulai, Village Roadshow mengalami gelombang PHK dan upaya penjualan yang gagal. Dalam dokumen kebangkrutannya, studio ini mengungkapkan bahwa perselisihan dengan Warner Bros. telah merusak hubungan kerja sama yang selama ini menjadi sumber pendapatan utama mereka. Dengan aset yang diperkirakan bernilai antara $100 juta hingga $500 juta, tetapi memiliki kewajiban utang sebesar $500 juta hingga $1 miliar, mereka akhirnya harus menyerah dan mencari pembeli untuk menyelamatkan aset-asetnya, yang mencakup hak atas berbagai film bersejarah.

Keith Maib, direktur pengelola Accordion Partners dan penasihat restrukturisasi Village Roadshow, menegaskan dalam dokumen kebangkrutan bahwa bahkan jika sengketa dengan Warner Bros. dapat diselesaikan, hubungan antara kedua perusahaan sudah rusak secara permanen. Ini menjadi bukti nyata bagaimana dominasi perusahaan media raksasa seperti Warner Bros. dapat menggoyahkan mitra bisnis yang lebih kecil.
Kejatuhan Village Roadshow menjadi contoh nyata dari ketidakstabilan industri hiburan di era digital, di mana keputusan strategis raksasa media dapat berdampak besar pada mitra-mitra mereka. Meski begitu, masih ada harapan bahwa studio ini dapat bertahan dalam bentuk baru di bawah kepemilikan yang berbeda. Dunia perfilman kini menanti langkah berikutnya bagi perusahaan ini dan bagaimana industri akan merespons dinamika bisnis yang terus berubah ini.