Untuk ranah horor film Indonesia masa kini, nama Kimo Stamboel dan Joko Anwar namanya tengah menanjak. Keduanya mewarnai belantika horor tanah air dengan gaya khasnya masing-masing.
Kimo yang merupakan salah satu dari Mo Brothers, punya signature directing film horor dengan muatan adegan seram berdarah menjurus gore, yang akan membuat penontonnya bergidik ngeri karena visualnya. Sementara, Joko Anwar piawai mengemas film horor mencekam dan menakuti secara psikis.
Lantas bagaimana hasilnya, jika dua insan ini berkolaborasi di satu judul film? Sajian horor yang menakutkan secara visual dan psikis tentunya. Inilah tepatnya yang tersaji dalam Ratu Ilmu Hitam 2019 ini. Film yang diinspirasi dari film horor tanah air lawas berjudul sama.
Film ini merupakan rilisan terbaru Rapi Films. Sebelumnya, tahun lalu, dibidani langsung oleh Joko Anwar, Rapi Films membuat ulang Pengabdi Setan, salah satu film lawas sukses mereka.
Dikisahkan, Hanif (Ario Bayu) membawa Nadya (Hannah Al Rasyid) istrinya, dan ketiga anak mereka ke panti asuhan tempat Hanif dulu dibesarkan. Pengasuh panti itu, Pak Bandi (Yayu Unru), sudah sangat tua dan sakit keras, Hanif datang untuk menjenguk setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
Dua sahabat Hanif saat tinggal di panti, Anton (Tanta Ginting) dan Jefri (Miller Khan) juga datang bersama istri-istri mereka. Malam itu mereka semua tiba di panti asuhan yang terletak di luar kota dan jauh dari pemukiman penduduk itu.
Mereka bermaksud bermalam di sana untuk memberikan penghormatan terakhir buat orang yang telah mengasuh mereka sejak kecil. Mereka menyangka malam itu akan jadi malam yang penuh kedamaian. Mereka segera memahami bahwa mereka salah.
Satu persatu dari mereka mengalami keganjilan yang mengerikan. Sebagian diteror oleh hal-hal yang paling mereka takuti. Seseorang menginginkan mereka mati, tampaknya dengan ilmu hitam yang sangat hebat. Seseorang yang mungkin punya dendam.
Seseorang yang mengetahui sesuatu yang pernah dilakukan Hanif dan kawan-kawannya ketika di panti. Hanif dan kedua sahabatnya harus mengingat kembali beberapa kejadian yang coba mereka lupakan. Sesuatu yang mereka buang dari ingatan untuk bisa hidup seperti manusia normal.
Meski berakar dari film lawas, tidak seperti kebanyakan karakteristik film remake lainnya di pelbagai belahan dunia yang senantiasa miskin sentuhan kreatif, Ratu Ilmu Hitam 2019 hanya diadopsi unsur-unsur elementernya saja (ilmu hitam dan aksi balas dendam). Sementara, notabene bisa dikatakan pengembangannya mayoritas baru dan dikemas dengan formula kekinian.
Jika film lamanya yang mengangkat ilmu hitam vs ilmu putih dengan sudut pandang utama si pelaku, di sini fokus utamanya adalah para korban. Sedangkan, si pelaku sendiri menjadi misteri yang baru terungkap sosoknya di paruh ketiga cerita.
Suasana mencekam dan latar yang mendukung benar-benar menjadi pondasi yang kuat pada film ini. Mulai dari lokasi rumah tua yang berada jauh dari pemukiman warga lainnya hingga tata suara dan cahaya seakan mengantarkan penonton menuju teror-teror selanjutnya yang dialami keluarga tersebut.
Formula yang dikedepankan dalam versi kekinian ini, sayangnya menjadikan film ini jika ditilik-tilik, sebenarnya tidak menawarkan perihal baru. Meski, memang jika dibandingkan premis versi lamanya, premis yang sekarang lebih relevan dengan situasi dan tren horor modern.
Daya tariknya pun, bisa dibilang sejurus. Meski tentunya beda dari segi kualitas teknologi sepesial efek, adegan-adegan seram berdarah-darah menjadi andalan film ini. Dan, untuk hal ini, Kimo dapat mengeksekusinya dengan jauh lebih baik ketimbang saat menggarap filmnya sebelumnya.
Ia seperti kembali ke habitatnya. Teror, tumpahan darah, dan deretan adegan “gore” rasanya ampuh membuat penonton khawatir dan tidak tenang. Setidaknya, ada tiga scene yang akan membuat audiens yang punya jantung lemah bakal menderita.
Alurnya berjalan cepat dan tensi ketegangannya terus meningkat dari awal sampai akhir. Sayangnya, dari segi penokohannya, karena faktor banyaknya karakter, beberapa di antaranya malah terasa seadanya.
Ratu Ilmu Hitam merupakan film reboot horor yang penuh dengan kengerian dan memicu trauma. Sebuah kolaborasi Kimo Stamboel dan Joko Anwar yang bagi kalangan penggemar film horor rasanya sayang untuk dilewatkan.