Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya karakteristik film-film layar lebar superhero keluaran Marvel (yang membuatnya beda dengan film superhero DC) adalah tone nya yang jauh dari kata kelam dan dewasa. Membidik pangsa pasar keluarga, sejak memiliki studio sendiri, Marvel sudah mencanangkan bahwa film-film superhero mereka bakal mudah diterima kalangan penonton manapun, tidak hanya terbatas pada kalangan fans komik semata. Dan terbukti, hai ltu berhasil mereka wujudkan melalui skema ambisius mereka, MCU, yang membuat film-film superhero Marvel memiliki keterkaitan satu sama lain dan punya potensi untuk muncul dalam satu judul film.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa dalam rentang waktu fase pertama MCU ada sebuah film superhero Marvel yang tidak hanya mengusung tone kisah yang sangat kelam dan dewasa, namun juga karakteristiknya menyimpang jauh dari formula yang telah dirumuskan studio tersebut? Film yang dimaksud adalah Punisher: War Zone, yang dirilis di bawah naungan Lionsgate.
Enam tahun setelah peristiwa naas yang membuat dirinya menjadi sekarang, Frank Castle masih mememerangi para pelaku tindak kriminal. Suatu ketika, aksi penyerangan yang dilakukannya membuat Castle menghajar habis-habisan Billy Russoti (Dominic West), seorang bos mafia. Billy kemudian bertekad untuk membalas dendam. Menyebut dirinya Jigsaw, karena luka parah di wajahnya, Billy dan saudara kandungnya Loony Bin Jim (Hutchinson) mulai menggalang kekuatan untuk menjadi tokoh kriminal nomor satu dan membuat kerusakan lebih parah lagi. Sementara itu, sepak terjang Castle juga menjadi tidak mudah lantaran pihak FBI juga kini memburu The Punisher yang dianggap bekerja di luar hukum.
Dikemas dengan menampilkan rangkaian adegan yang lebih brutal dari installment sebelumnya, film yang diproduksi dengan bujet $35 juta dan didistribusikan oleh Lionsgate ini menuai kritik tajam dari kalangan kritikus begitu pula dengan raihan komersialnya yang hanya mampu mencapai sepertiga dari total dana pembuatannya sekaligus menjadi penempat posisi pertama dalam kategori film properti Marvel dengan pendapatan paling minim di bawah Elektra dan Howard the Duck. Akan tetapi, meski demikian, film ini mampu menjaring fans setia yang tidak sedikit, salah satunya adalah komedian Patton Oswalt yang tidak hanya memujinya habis-habisan tapi juga sampai-sampai memrakarsai acara pemutarannya di Los Angeles dengan mengundang sineas Lexi Alexander sebagai tamu kehormatannya.