Untuk Morgan, kira-kira susah atau tidak menjalani peran dalam film ini?
Morgan: Kalo dibilang susah ya, susah. Ini termasuk salah satu one of a kind character yang datang ke saya. Di satu sisi saya ngerasa excited karena, jujur, saya sebelumnya tidak tahu webtoon Eggnoid itu seperti apa ceritanya, lalu Eggy itu karakternya seperti apa. Setelah mengenal Eggy, dia itu sempurna banget, dari segi sifat dan karakternya juga. Dia kayak malaikat yang baik hati, polos, selalu positif, nggak ada unsur negatif dalam dirinya sedikit pun. Jadi, setelah ditetapkan oleh tim produksi, tugas saya di film adalah memanusiakan Eggy, bikin dia layaknya manusia yang punya perasaan, bisa berpikir, mengalami jatuh-bangun.
Sheila: Mungkin salah satu kesulitan adalah di film ini, khususnya Ran, range emosinya cukup luas. Ups and downs-nya cukup banyak terlihat. Dan itu beda banget sama Sheila Dara yang hidupnya flat aja (tertawa). Ada banyak pengalaman hidup Ran yang belum pernah aku alami, jadi banyak membutuhkan imajinasi. Untungnya, setiap mau memulai scene, Naya selalu cerita ini scene-nya mau dibawa ke mana, dan apa yang diekspektasikan dari Ran dan Eggy untuk ditunjukkan.
Bermain berdua kan membutuhkan chemistry yang baik. Nah, bagaimana caranya Morgan dan Sheila membangun chemistry?
Naya: Sebagai sutradara, dari awal saya udah bilang pada mereka “Pokoknya gua ngga mau kelihatan kalian ini hubungannya artificial. Gua pengen bener-bener raw, bener-bener organic. Gimana caranya lo harus bisa convince gua kalo kalian berdua itu sayang satu sama lain.” Sisanya, mereka berdua yang banyak menggali sendiri, dan mereka berdua effort-nya gede banget untuk proyek ini. Gua amat-sangat terharu melihat jerih payah mereka di film ini, karena mereka ngasih lebih yang gua minta.
Morgan: Ngga ada tips and trick, sih. Saya selalu mencoba untuk terbuka, menyamankan pasangan main saya dan semua cast lain.
Sheila: Awal-awal ketemu kayaknya masih awkward, apalagi aku orangnya susah ngobrol sama orang baru. Walaupun first time dipertemukan sama Naya, tapi ternyata begitu kita mulai ke scene, aku bisa ngerasain no wonder ia (Morgan-red) adalah salah satu aktor Indonesia yang sangat dicari. Karena, aku pun ngerasain sebagai partnernya, kalau ia sangat membuka diri. Bahkan ketika itu aku langsung percaya kalau “Oh, ini dia Eggy.”
Apa yang membuat Naya yakin memilih Morgan dan Sheila sebagai bintang utama Eggnoid?
Naya: Dari semua calon, menurut saya, secara natural Morgan bisa menginterpretasikan Eggy sesuai dengan apa yang saya lihat. Ketika saya ketemu Morgan pertama kali, sebenarnya dia ngga tahu Eggnoid itu apa. Tapi ketika ia memerankan Eggy, saya langsung believe kalau dia itu Eggy, dan menurut saya itu yang paling penting.
Sama halnya dengan Sheila. Saya ngelihat Sheila bisa ngasih warna di karakternya Ran. Sebenarnya, karena di komiknya mereka masih SMA, jadi dimensinya cuma sedikit sehingga karakternya Ran jadi kurang berwarna untuk “ditarik” ke film. Saya merasa kalau Sheila justru bisa ngasih warna dan dimensi baru untuk karakter Ran.
Kembali ke Morgan. Anda kan multitalenta: dulu pernah menyanyi, menari, dan sekarang berakting. Mana yang paling Anda suka?
Morgan: Untuk sekarang sih, mungkin saya bisa bilang akting, karena memang yang saya lakuin sekarang lebih banyak di porsi akting. Lalu, saya merasa akting itu banyak sekali cabangnya; let’s say musical. Musikal itu isinya akting, tapi di dalamnya kita bisa menyanyi, menari, dan lain sebagainya. For now, I would say acting.
Ada pesan-pesan mengapa moviegoer harus menonton Eggnoid?
Naya: Pertama, ini film indonesia perdana yang mengusung tema sci-fi romance, mudah-mudahan kalian bakal seneng lihat filmnya. Juga, di film ini saya belajar bahwa manusia itu selalu hidup entah di masa lalu atau masa depan. Kadang kita fokus sama apa yang udah kita lakukan di belakang dan susah move on, khawatir sama apa yang ada di depan kita, sampai kita lupa bahwa yang nyata itu adalah sekarang.
Morgan: Selama menjadi Eggy, saya merasa ternyata esensi dari Eggnoid – kenapa Archie the RedCat bikin kayak gitu – adalah support system. Kita ngga harus menunggu manusia dari masa depan, atau egg pod mendarat di rumah, baru kita punya support system. Kita sebagai manusia masing-masing punya; bisa jadi keluarga, teman, sahabat, pasangan, bahkan hewan peliharaan. Semoga kita juga bisa menjadi Eggnoid-Eggnoid untuk orang-orang di sekeliling kita yang membutuhkan.
Sheila: Aku ngerasa kalau nonton film ini orang pasti bisa related karena meskipun science fiction, isu-isu yang diangkat menurut aku dekat sekali dengan kehidupan kita.
Demikian bincang-bincang kita dengan cast dan direktor film Eggnoid, seru khan! Terima kasih atas kunjungannya ke markas Cinemags. Sekedar info, film ini tayang di bioskop tanggal 5 Desember 2019. Enjoy watching 🙂