Beberapa waktu ke belakang, tepatnya 2 Agustus, track mengguncang dari GLOSALIA resmi dirilis Warner music untuk menjadi bagian dari kompilasi soundtrack #GundalaSongTribute sebagai pengiring ending kredit film bersama dengan lagu-lagu terpilih lainnya.
Lalu kira-kira siapakah sosok-sosok misterius dibalik band pengusung industrial metal yang lumayan terdengar langka di bumi pertiwi ini?. Untuk mengobati rasa penasaran, beberapa waktu lalu Cinemags berkesempatan mengunjungi markas mereka dan mewawancarai para personil band asal Cicadas ini lebih dalam. Namun, sebelum menuju ke segmen obrolan santai, mari simak biografi singkat mereka
GLOSALIA didirikan di wilayah tercadas Bandung timur dari dua kakak beradik Arif Ganjar (IF) dan Irsyad Ali pada tahun 2012, berawal dari pengerjaan proyek band-band teman, kabaret anak anak sekolah hingga pemuda pemudi mesjid di lingkungan sekitar, sang vokalis menambahkan aktivitas mereka hanya mendengarkan lagu, membuat lagu, dan tidur begitu seterusnya.
Sempat beberapa kali ganti personil, pada akhirnya orang yg diajak bergabung adalah cuky dari band trashpunk tcukimay untuk mengisi kekosongan bassist, kemudian Dawan Saputra di posisi drum, Dawan saat ini masih terlibat juga di beberapa band lain seperti Rock ‘n Roll Mafia, Fuzzy I, Nadin Amizah.
GLOSALIA sangat dipengaruhi oleh musik musik rock berbau industrial, alternatif rock, dan metal, diantaranya Smashing Pumpkins, A Perfect Circle, NIN, Deftones, Tool, Garbage, dsb. Kalau dari dalam negeri boleh dikaitkan dengan beberapa nama seperti Sieve, Sel, Helm Proyek, Ralat, Koil, Toreh, Kubik, Sycminded.
C: Bisa diceritakan bagaimana awalnya sampai bikin soundtrack GUNDALA?
G: Awalnya tau dari temen di jakarta yg kasih kabar, justru kita ga tau kalau itu sejenis sayembara, tau itu sayembara pas kita hunting di internet aja, tapi kita memang ada rencana bikin single baru, ya ini itung-itung pemanasan aja buat single yang baru, karena kita sudah lama tidak masuk studio.
C: Apa yang menjadi motif mengikuti kompetisi bikin lagu buat GUNDALA, apa karena iseng, karena memang suka, atau ambisi, apa gimana?
G: Karena dikasih kabar kalau itu film Gundala, dan sutradaranya kece, ya secara tidak langsung ingin banget terlibat, dan nothing to lose aja setelah kita tau itu kompetisi. Kirain kita disuruh masukin sama temen di jakarta itu bukan buat kompetisi.
C: Referensi untuk track ini datang darimana saja, apakah dari baca komiknya, lalu influence band-band indrustrial misalnya?
G: Referensi musik track Hail Gundala itu sangat simple, kita waktu itu menyukai lagu “Judith”-nya A Perfect Circle, nah ini pengembangan dari lagu itu, musik dasarnya hampir 80% mirip, tapi ya kita kembangin, kemudian masuklah inspirasi inspirasi baru seperti dari band Tool yang judulnya “Aenima”, atmosfer “Everlasting Gaze”-nya Smashing Pumpkins, hingga akhirnya part drumnya pun mirip sekali dengan Beautiful People-nya Marilyn Manson.
C: Beberapa orang mengkaitkan lagunya dengan ost Thor, apakah sempat terbesit inspirasi dari situ?
G: Mengenai orang mengaitkan dengan “Imigrant Song”, ya itu kita memang terinspirasi dan memang sengaja tapi bukan karena film Thor-nya
Tapi sudah pasti itu karena Led Zepellin.
Dalam proses pembuatan lagu hampir semuanya kita selalu bermain main dengan lagu apa yg pernah kita dengarkan dan disukai. Hampir sama mungkin dengan apa yg sering dilakukan Ahmad Dhani di setiap lagunya, salah satu contoh, lagu Ahmad Band track 2 kalau gak salah, itu dia kentara sekali ambil sampel nya Bjork di album Debut, atau “mungkin” mas Donijantoro dari Koil dia listener sejati, proses kreatif dia sepertinya sama. Dan mungkin masih banyak lagi musisi yg proses kreatif nya serupa.
C: Isi lagunya/liriknya menceritakan tentang apa?
G: Kalau lirik tentunya karena sudah nonton Gundala jaman dulu, jadi ada basic-nya lah, kemudian karena tema Gundala yg sekarang itu tentang negeri ini butuh patriot, ya kita berusaha bikin lirik yg nasionalis sekaligus anthemic, contohnya; “harapan ini adalah kita yang membangun bangsa”
C: Mengingat genre industrial rock rata-rata menggunakan peralatan elektronik dalam prosesnya, bagaimana dengan “Hail Gundala” sendiri, apakah melalui fruity loops, atau aktivitas jamming?
G: Hampir semua lagu yg pernah dibuat kita itu melalui proses komputer bukan melalui jamming. Karena kita sudah terbiasa dengan itu, ya sudah kita melalui proses itu dan hasilnya selalu ajaib. Kalau kita jamming pasti hasil nya biasa dan standar.
C: Film favorit personil yang menginspirasi?, boleh dari luar dan dalam negeri
G: Beda-beda dan banyak
Irsyad Ali: MCU, Catch if You Can, Perfume: the Story of a Murderer, Saving Private Ryan’s, Furry, the Curious Case of Benjamin Button.
Dawan: Batman: The Dark Knight Rises, Parasite, Satan Slaves, Kala.
Cuky: Semua film dokumenter dan sejarah
IF: Charlie and the Chocolate Factory, Edward Scissorhands, Seven, Babel, Basic Insting, Black Swan.
C: Harapan GLOSALIA untuk masa depan perfilman bumi pertiwi
G: Film Indonesia tambah maju dan akan semakin maju, kita percaya itu, begitu banyak seniman yang idenya sangat liar pasti akan semakin rame lah perfilman Indonesia.
Kabar terakhirnya, GUNDALA berhasil masuk Toronto International Film Festival (TIFF), salah satu festival film bergengsi dan terbesar di dunia, bersanding dengan beberapa film yang lolos seleksi tahun ini, di antaranya Joker (Todd Phillips), Radioactive (Marjane Satrapi) Knives Out (Rian Jhonson), First Love (Takashi Miike), dan adaptasi cerpen H.P. Lovecraft, Colour Out of Space karya Richard Stanley yang dibintangi Nicholas Cage. GUNDALA akan segera tayang tanggal 29 Agustus 2019. Jangan lewatkan, kapan lagi ada superhero dari dalam negeri, mari dukung terus perfilman Indonesia!.