We Live In Time menceritakan tentang Almut (Florence Pugh) dan Tobias (Andrew Garfield) yang dipertemukan dalam sebuah kejadian mengejutkan yang mengubah hidup mereka. Lewat cuplikan kehidupan mereka bersama – saling jatuh cinta, membangun rumah tangga, menjadi sebuah keluarga – sebuah kebenaran yang sulit terungkap yang mengguncang fondasi mereka. Ketika mereka memulai perjalanan yang ditantang oleh batas waktu, mereka belajar untuk menghargai setiap momen dalam perjalanan kisah cinta mereka yang tidak biasa, dalam kisah cinta yang sangat mengharukan dari sineas John Crowley dalam rentang waktu satu dekade.
Dengan kekuatan cinta untuk membentuk waktu-menghentikannya secara dramatis, melajukannya dengan cepat, meledakkannya hingga momen terkecil dan terindah sekalipun menjadi monumental-menjadi mesin penceritaan dalam kisah baru John Crowley dan Nick Payne yang menggugah tentang roman klasik. Dalam We Live In Time, warga London masa kini, Almut dan Tobias, saling bertemu satu sama lain sebagai orang asing yang kebingungan. Satu dekade kemudian, setelah saling mengenal kembali, mereka akan melakukan apa saja untuk tidak pernah melepaskan satu sama lain. Namun tidak ada kisah cinta yang benar-benar mudah. Dan potret pernikahan yang ringan dan menyentuh hati ini mencerminkan bagaimana kita benar-benar mengalami cinta: dalam proses yang tidak terduga, di luar logika linier, dalam momen-momen singkat namun tak terhapuskan yang indah, lucu, penuh kegelisahan, menghanyutkan, menyedihkan, dan menggembirakan, terkadang dalam waktu yang bersamaan.
Crowley, yang dikenal dengan pandangannya yang hangat dan lembut tentang cinta dan migrasi dalam film Brooklyn yang dinominasikan dalam Oscar, membuat We Live in Time lebih didorong oleh penampilan murni daripada struktur yang menyenangkan. Dengan chemistry yang tidak hanya instan, namun juga semakin kuat, Andrew Garfield dan Florence Pugh berhasil menghadirkan Tobias dan Almut yang penuh semangat sebagai pasangan kontemporer yang berbeda-dua orang yang sangat independen dan tidak tahu bagaimana memadukan kehidupan mereka yang penuh sesak dan keraguan yang sudah terbentuk dengan baik, namun tetap tergugah untuk mencobanya. Kisah mereka yang saling tarik-menarik mulai dari godaan, penolakan, kompromi, hingga menjadi orang tua, hingga menentang waktu yang terus berdetak dengan membuat momen terbaik mereka bertahan.
Film ini menandai reuni yang menarik bagi Garfield dan Crowley. Crowley pertama kali menyutradarai Garfield pada awal karir Garfield yang penuh berkah, dalam drama kriminal yang dipuji, Boy A, jauh sebelum superhero dan jejaring sosial muncul. Sejak saat itu, keduanya terus berhubungan, saling bertukar kabar tentang berbagai proyek selama bertahun-tahun. Ketika Crowley mengirimkan naskah We Live in Time, Garfield langsung menyambutnya.
Mari mengenal 2 bintang utama dari film ini:
Florence Pugh
Florence Pugh adalah aktris Inggris peraih penghargaan Academy Award dan nominasi BAFTA yang telah memberikan penampilan yang luar biasa di berbagai film dan televisi. Pugh terakhir kali tampil sebagai ”Princess Irulan” dalam film Dune: Part 2 yang mendapat banyak pujian, yang disutradarai oleh Denis Villeneuve.
Kemudian, Pugh akan membintangi film We Live in Time bersama Andrew Garfield. Film ini tayang perdana di Toronto International Film Festival dan akan dirilis di Amerika Serikat dan seluruh dunia pada Oktober 2024.
Pada tahun 2023, Pugh berperan sebagai ‘Jean Tatlock’ dalam film Christopher Nolan yang memenangkan Academy Award, Oppenheimer. Dia juga mengisi suara sebagai ‘Kiriko’ dalam versi sulih suara berbahasa Inggris dari film animasi pemenang Academy Award karya Studio Ghibli, The Boy and the Heron. Selain itu, Pugh membintangi dan berperan sebagai Produser Eksekutif dalam film A Good Person.
Pada tahun 2022, Pugh membintangi film Netflix yang mendapat pujian, nominasi BIFA dan BAFTA, The Wonder, dan membintangi film Don’t Worry Darling untuk Warner Bros. Ia juga mengisi suara ‘Goldilocks’ di film animasi Universal yang dinominasikan di Academy Award, Puss in Boots: The Last Wish.
Beberapa film Pugh yang lain adalah Black Widow dari Marvel Studios, Little Women yang masuk nominasi Academy Award, Midsommar, Fighting With My Family, Outlaw King, Roadside’s Lady Macbeth, dan The Falling. Di televisi, Pugh dapat disaksikan di Hawkeye di Disney+, Little Drummer Girl, dan Marcella.
Pugh baru-baru ini menyelesaikan produksi Thunderbolts dari Marvel Studios, yang akan ditayangkan pada tanggal 2 Mei 2025 dan segera memulai produksi untuk serial Netflix, East of Eden, di mana Pugh juga akan berperan sebagai EP.
Andrew Garfield
Andrew Garfield adalah aktor peraih dua kali nominasi Academy Award®, nominasi Emmy Award®, dan aktor peraih Golden Globe Award yang penampilannya yang transformatif di berbagai film studio besar, film independen, dan di atas panggung telah memikat penonton global selama lebih dari satu dekade. Karyanya terus berkembang dengan setiap peran baru dan narasi yang menarik.
Garfield akan segera membintangi film We Live In Time dari A24 dan StudioCanal bersama Florence Pugh, yang disutradarai oleh John Crowley dari naskah yang ditulis oleh Nick Payne. Dia juga sedang mengerjakan dua proyek film di London: The Magic Faraway Tree, yang diangkat dari cerita klasik anak-anak kesayangan Enid Blyton, disutradarai oleh Ben Gregor dan dibintangi oleh Claire Foy; dan film After the Hunt karya Luca Gua- dagnino, yang ditulis oleh Nora Garrett, di mana ia beradu akting dengan Julia Roberts, Michael Stuhlbarg, dan Ayo Edebiri.
Prestasi terbaru lainnya adalah Under The Banner of Heaven dari FX, di mana ia menerima nominasi Emmy pertamanya untuk perannya sebagai Jeb Pyre, dan Tick, Tick… Boom! dari Lin-Manuel Miranda, di mana ia memenangkan Golden Globe Award untuk Aktor Terbaik dan mendapatkan nominasi Academy Award, Critics Choice, dan Screen Actors Guild Award untuk perannya sebagai Jonathan Larson.
Kredit film penting lainnya adalah: Spider-Man: No Way Home, di mana ia mengulangi perannya sebagai Peter Parker; The Eyes of Tammy Faye; Mainstream karya Gia Coppola; film noir-thriller Under the Silver Lake karya David Robert Mitchell; Breathe karya Andy Serkis; Silence karya Martin Scorsese; Hacksaw Ridge karya Mel Gibson; 99 Homes karya Ramin Bahrani; The Amazing Spider-Man dan The Amazing Spider-Man 2 karya Marc Webb; The Social Net karya David Fincher; Never Let Me Go karya Mark Romanek; I’m Here karya Spike Jonze; The Imaginarium of Dr. Parnassus; Julian Jarrold’s Red Riding Trilogy – 1974; Lions For LambS karya Robert Redford; dan Boy A karya John Crowley, di mana ia memenangkan Penghargaan Aktor Terbaik BAFTA pada tahun 2008.