Kamis, 28 November 2019 – Tim Cinemags kedatangan tim Si Manis Jembatan Ancol, film horor yang akan ditayangkan tanggal 26 Desember mendatang. Berikut ini bincang-bincang seru bersama Anggy Umbara, sutradara film ini, serta dua jajaran pemainnya yakni Arifin Putra dan Ozy Syahputra.
Bisa tolong ceritakan Si Manis Jembatan Ancol yang sekarang ini bagaimana?
Anggy Umbara: Sebenarnya, Si Manis Jembatan Ancol itu dulunya bukan IP. Dulunya adalah mitos. Bisa dibilang mitos, bisa dibilang legenda, bisa dibilang emang sejarah, cerita rakyat, urban legend. Versinya pun sangat banyak, dan itu jadi cerita turun-temurun dari zaman Belanda. Baru dijadikan IP tahun 1973. Itu film pertamanya dengan bintang Lenny Marlina. Versi ini yang menjadi acuan kita di film ini. Tapi kita tidak melupakan perjalanan perkembangan mitos itu sendiri. Perkembangannya sendiri sudah mengalami banyak sekali perubahan. Versinya Bang Ozy tahun 1992, kemudian 2016, sampai kalau tidak salah sampai 6 kali perubahan. Di sini kita mengambil Bang Ozy sebagai benang merah franchise Si Manis Jembatan Ancol ini (tertawa).
Awalnya Mas Anggy sendiri mendapatkan proyek ini dari mana?
Anggy Umbara: Ngobrol-ngobrol dengan para produser, Pak Raam dan Manoj (Punjabi-red). Dari beberapa IP yang kita diskusikan. Yang maju duluan adalah yang ini. Yang paling siap, langsung jadi, dan konsepnya saya tawarkan kita balik ke yang dulu, namun yang kita ambil core-nya saja. Kita kemas dengan kemasan modern tapi tidak melupakan yang lama. Jadi ini classic horror dengan eksekusi modern.
Apa yang memotivasi Mas Anggy untuk membuat film ini?
Anggy Umbara: Hampir semua mitos dan legenda, tidak hanya Si Manis sendiri, sekarang sudah menjadi komoditas dan hiburan. Jadinya tidak sejalan lagi dengan kenapa cerita itu beredar turun-temurun. Jadinya mau meluruskan saja, sih, ke semula, bagaimana legenda Si Manis ini sebenarnya, itu saja.
Berapa lama proses pematangan konsep ini? Dari ide hingga pengeksekusiannya?
Anggy Umbara: Seperti hamil gitu, sembilan bulan. Proses bikin film sama dengan bikin anak. Tapi, sensasinya beda (tertawa). Jadi, bulan April mulai development, baru jalan bulan Juli, pemilihan pemain dan perekrutan krunya, syuting di September, dan beres seluruhnya di Desember. Jadi sembilan bulan.
Sekarang untuk Bang Ozy. Di sini, kan, Bang Ozy menjadi benang merah Si Manis universe. Bagaimana awalnya keterlibatan Bang Ozy di sini?
Ozy Syahputra: Awalnya saya mendapat telepon dari pihak Mas Anggy. Mereka rencana mau bikin film Si Manis. Saya mikir ya udah deh. Karena jujur saja saya kalau sudah Si Manis, Si Manis udah bosen. Namun, ya memang nama saya lekat dengan judul itu. Tapi kalau saya main peran semacam itu di film-film lain saya tidak mau. Bagi saya tidak ada peningkatan. Jadi, tadinya saya tidak antusias. Tapi begitu diceritain “Ini ceritanya beda, Bang Ozy, dan kalo Bang Ozy di sini bla-bla-bla-bla…” Saya langsung “Apa!?” (memperlihatkan mimik lucu yang memancing tawa). Jadi saya nerimanya itu antara apa ya…antara senang dan gelisah gitu. Galau maksudnya itu. Gini, Gue mampu ngga, ya? Karena, ini peran berat banget, karena di sini saya menjadi rentenir yang jahat banget. Yang ga ada perasaan gitu. Pokoknya begitu tahu peran ini, perasaan saya jadi campur aduk.
Apalagi saat mau tes kamera, dan saya akhirnya tahu siapa lawan main saya, salah satunya Arifin Putra. Karena, kan, gini: Arifin itu aktingnya kuat banget. Saya pun minta dipertemukan dan minta test reading dulu dengan dia. Dan, benar saja, ketakutan saya terjawab, dia mainnya kuat banget. Tatapannya itu, “heeeeuuuh” banget gitu. Langsung saya ciut dan akhirnya menyerah. Lalu, saya minta di-coaching untuk melatih gestur, intonasi suara, cara saya berdialog gitu, semua diubah total selama kurang lebih dua bulan. Sampai saat saya berdialog dipakein metronome karena, kan, biasanya saya bicara dalam tempo cepat. Selama dua bulan itu saya digembleng. Naah, yang paling stres itu ketika syuting karena, kan, setiap hari saya dikasi aura jahat. Untungnya meski sempat jadi depresi, selama 21 hari syuting semuanya lancar.
Berkenaan dengan peran Bang Ozy di sini. Siapa yang pertama kali mencetuskan ide ini?
Anggy Umbara: Saya. Kan, notabene tokoh Karina tidak ada di legendanya. Saya ingin menekankan hal itu. Di samping saya juga ingin lebih mengeksplor sisi keaktoran Bang Ozy di sini, dengan memberikannya peran yang lebih jauh menantang.
Sekarang beralih ke Arifin Putra. Bisakah ceritakan sedikit mengenai peran dan karakter yang dimainkan di sini?
Arifin Putra: Di sini saya berperan sebagai Roy. Saya adalah suami yang sah dari karakter Si Manis. Suami yang berusaha menjaga kelangsungan seluruh keluarganya dengan segala usaha. Yang menarik dari karakter ini adalah emosinya beragam, serta bisa dibilang menjadi katalis dari konflik utama yang ada di film ini.
Anggy Umbara: Si Manis memang kisah legenda yang sudah banyak berkembang versinya, dari film pertamanya di tahun 1973, kemudian serial televisi, lalu film layar lebar dari serial tersebut. Namun, yang ingin ditampilkan di sini adalah versi yang lebih setia, sesuai dengan zaman yang melatari legenda itu, baik itu suasana dan pakaian pada masa itu. Untuk itu kami melakukan riset cukup lama sebelum memulai proyek ini.
Apa tantangan yang dihadapi di sini?
Anggy Umbara: Karena saya baru saja mengalami kecelakaan dan mengalami beberapa patah tulang (sambil menunjuk beberapa bagian badannya-red), jadi proses syuting ini lebih ke tantangan fisik. Ini pertama kalinya saya harus men-direct tanpa berada di set yang sama dengan para pemain, namun jadinya proses syuting berjalan lebih cepat (tertawa).
Ozy Syahputra: Bagi saya tantangan di sini…adalah semuanya (tertawa). Karena, peran yang saya mainkan di sini kontras, berbeda dengan peran-peran yang biasa dimainkan dan ditawarkan pada saya. Dan ternyata, untuk mendalami peran itu sangat susah.