Kompleksitas hubungan asmara selalu menjadi tema yang menarik diangkat ke layar lebar, ini adalah fakta yang sangat sulit dibantah. Hal ini dikarenakan, apa yang dikedepankan bisa saja menjadi cerminan pengalaman hidup seseorang ataupun menjadi studi kasus agar hal yang sama bisa terjadi atau dihindarkan sehingga hubungan asmara yang tengah dijalani bisa tetap terjaga dan berakhir bahagia.
Gambaran itulah yang juga ditawarkan sineas debutan negeri ginseng bernama Kim Han-gyeol ini. Berfokus mengenai hubungan kompleks dua rekan kerja yang sama-sama berusaha bangkit dari problematika cinta masa lalu mereka, film ini menjadi ajang reuni aktor Kim Rae-won dengan Gong Hyo-jin setelah kolaborasi mereka di Snowman, 16 tahun yang lalu.
Jae-hoon, seorang praktisi di bidang advertising baru saja putus dari tunangannya namun masih belum bisa rela melepasnya. Akibatnya, setiap mabuk, rutinitas yang dilakukannya adalah menghubungi sang mantan dan bertindak spontan. Hingga di suatu pagi hari, Jae-hoon menyadari bahwa saat semalam sebelumnya mabuk, tanpa disadarinya ia sudah menghubungi nomor lain dan berbicara dengannya selama lebih dari dua jam.
Segera, ia mengetahui bahwa seseorang itu adalah Sun-young, rekan kerjanya, yang baru saja bergabung dengan timnya dan memperkenalkan diri kepadanya kurang dari 24 jam sebelumnya. Sementara itu, Sun-young sendiri sedang mengalami perpisahan yang berantakan. Pada hari pertama di kantor, ia menabrak Jae-hoon sambil menjelek-jelekkan pacarnya yang tidak setia untuk putus dengannya.
Terlepas dari kenyataan bahwa mereka datang untuk belajar lebih banyak tentang hubungan cinta satu sama lain daripada bekerja, ketegangan dan kecanggungan halus di antara mereka tidak bertahan lama. Mereka mulai saling mengadu domba dalam waktu singkat. Bahkan, ketika memanggil satu sama lain dengan sebutan menyedihkan dan konyol, mereka masih saling peduli satu sama lain di dalam hati mereka. Apakah mereka masing-masing bisa mengatasi hubungan asmara mereka sebelumnya dan memulai hubungan baru?
Hal yang paling menonjol dari film drama komedi romantis khususnya dari Korea sendiri adalah pilihan sang sineas menentukan usia dua karakter kuncinya. Crazy Romance menghadirkan pasangan berusia 30 tahunan yang limbung oleh hubungan cinta mereka sebelumnya dan sudah memendam beban emosi mereka sejak lama. Hal ini membedakan film ini dengan stereotip banyak film drama rom-com Korea lainnya yang menyajikan problematika pasangan berusia muda dengan ketidaknyamanan diri mereka.
Dikemas sealami mungkin, hingga nyaris tidak ada perihal yang fantastik atau lembut, sepertinya sang sineas ingin membuat film komedi romantis yang benar-benar dekat pada realita hubungan asmara kaum dewasa. Faktanya, interaksi antara dua protagonisnya adalah tarik ulur membingungkan dan reaksi multitafsir yang mudah menjadi salah paham. Hal ini membuat ‘romansa’ yang dikedepankan menjadi lebih menarik dan terasa lebih segar ketimbang kisah formula boy-meet-girl yang terus berulang di film-film lainnya.
Pun juga dengan subplotnya. Dampak destruktif dari media sosial dan “gosokan” (gosip orang kantoran-red) di lingkungan kerja rasanya akan ampuh membuat banyak kalangan merasa mudah berempati pada kisah yang dikedepankan di sini.
Meski demikian, film yang punya judul asli Just an Ordinary Love Story bukan tanpa kekurangan. Pacenya yang bisa dibilang lambat dan beberapa akting yang mungkin terasa agak berlebihan pada beberapa karakter sedikit mengurangi kenikmatan menyaksikannya. Untuk ukuran film drama rom-com sendiri unsur humor dan drama yang dibangunnya juga kurang terbangun baik. Untuk ukuran film drama percintaan kompleks Korea lainnya, Crazy Romance menurut kami masih bukan yang terbaik.
Secara overall, meski tema dan storyline yang dikedepankannya dekat dengan realitas banyak orang khususnya golongan pekerja yang masih lajang, gaya penuturan sang sineas di sini membuat film ini bukan sajian yang bisa dinikmati semua kalangan. Namun, bagi kalangan yang baru saja berpisah dan perlu semangat hidup untuk bisa bangkit kembali, film ini rasanya cocok menjadi rekomendasi sebagai alternatif pilihan.